17

1.9K 238 5
                                    

"Apa terjadi sesuatu? Pelayan mengatakan kau pulang dengan perasaan kesal." Wei Changse dan Wei wuxian tampak sedang menikmati makan malam mereka.

"Itu..." Wei Wuxian meremas sumpit makan nya.
"Aku.. bertengkar dengan Jin Zixuan... Di restoran saat aku makan siang dengan teman teman... Ia bahkan membawa Jiang YanLi untuk membuat ku kesal." Wei Wuxian tersenyum sedih.

"Apa yang orang itu katakan." Wei Changse meremas kuat sumpitnya sampai itu patah
"Ia meminta ku untuk meminta maaf.. dan kami akan kembali seperti dulu.." Wei Wuxian

"Ayah.. dulu aku pasti begitu menyulitkan mu yaa. Dengan sikap tidak tau malu ku kepada Jin Zixuan. Padahal... Ia telah berulang kali mengusir ku.. tetapi aku... Aku tetap datang kepadanya seperti orang bodoh... Maaf.." Wei Wuxian menunduk dalam. Wei Changse tersentak, saat melihat linangan air tampak membasahi pipi anak nya.

"Kau tidak perlu meminta maaf. Ayah tidak pernah kesal dengan tindakan mu. Selama kau menyukainya, ayah tidak masalah." Wei Changse berpindah tempat dan memeluk Wei Wuxian

"Tapi.. ayah pasti menderita karna aku.. setiap masalah yang aku sebabkan, selalu berlalu begitu saja.. entah besar atau kecil.. ayah.. selalu membungkam mulut mereka..." Wei Wuxian

"Sudah menjadi tugas ayah.. Wu Xian .. untuk melindungi anak nya." Wei Changse menghapus jejak air mata di pipi Wei wuxian

"Ayah...." Tangis Wei Wuxian semakin jadi

"Jin Zixuan kurang ajar...! Tidak akan ku biarkan kau lolos!" Wajah Wei Changse tampak begitu marah.

Wei Changse tampak menghelang nafas nya pelan, setelah menangis dan meminta maaf cukup lama akhirnya Wei Wuxian tertidur.

"Selama ini.. pasti berat untuk mu juga.. A Xian.." Wei Changse membubuhkan kecupan manis di dahi anak nya sebelum ia meninggalkan kamar Wei Wuxian.

.+.

"Yang Mulia... Malam semakin larut, sudah saatnya bagi anda untuk beristirahat." MengYao, pria mungil yang berstatus sebagai asisten Lan Xichen itu. Tampak memasuki ruang kerja Lan Xichen.

"Em, aku sudah selesai." Lan Xichen meletakan lembar dokumen terakhir yang ia periksa.
"Saya akan meminta pelayan untuk segera menyiapkan air mandi anda." MengYao memindahkan tumpukan kertas yang telah di kerjakan oleh Lan Xichen.

"Tampaknya, anda semakin bersemangat bekerja akhir akhir ini." MengYao

"Ia bahkan mengerjakan pekerjaan untuk Minggu depan. Apa yang ia rencanakan." Alis MengYao menukik curiga.

"Tuk.."
"Ugh..!"

"Kau tidak perlu sibuk dengan fikiran mu sendiri. Isi pikiran mu itu terdengar sangat keras loh." Lan Xichen tersenyum sambil menyentuh lembut kening MengYao

"Kalo begitu, apa yang sedang anda rencana kan? Anda mengerjakan semua dokumen bahkan dokumen untuk Minggu depan." MengYao

"Tentu saja.. untuk menghabiskan waktu bersama mu." Lan Xichen tampak semakin mendekat kepada MengYao

"Saya merasa terhormat, saya akan meminta pelayan untuk menyiapkan sesuatu agar anda dapat beristirahat dengan nyaman." MengYao agak melangkah mundur. Ia menggunakan dokumen di tangan nya untuk menghalangi wajah Lan Xichen yang semakin mendekat.

"Kau memang, ajudan yang tanggap ya MengYao." Lan Xichen tersenyum kalem.
"Pujian anda terlalu berlebihan." MengYao melihat kearah lain.

"Tapi.. bukan itu yang ku inginkan." Senyum Lan Xichen tampak hilang dari wajah nya.
"Sisi ku yang mana yang membuat mu tidak puas, MengYao. Sehingga kau selalu melangkah menjauh." Lan Xichen, MengYao tersentak saat melihat wajah serius Lan Xichen

Aku Tidak Ingin Menikah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang