40

1.3K 139 6
                                    

MengYao tampak tidak nyaman dalam duduknya. Ia melihat sekeliling kamar utama Lan Xichen. Sungguh kamar yang megah dan mewah. Sangat menggambarkan kamar seorang Kaisar.

"Mengapa tiba tiba ia memanggil ku dan meninggalkan aku di kamar ini sendirian..." MengYao melihat sekeliling

"Apakah.. kami akan tidur di ranjang yang sama..." Sontak wajah MengYao merona.
"Tidak.. tidak.." MengYao menggeleng gelengkan kepalanya. Lan Xichen yang baru saja memasuki ruangan, tersenyum tipis melihat tingkah MengYao

"Mengapa kau menyakiti leher mu seperti itu." Lan Xichen yang telah memakai pakaian tidur, berjalan pelan kearah MengYao.

"B-baginda.. ada apa anda memanggil saya?" MengYao merasa gugup dan malu secara tiba tiba.

"Mengapa pakaian tidur Baginda seperti itu? Apakah ia sengaja memperlihatkan sebagain dadanya?" MengYao

"Tentu saja untuk kau menemaniku tidur." Lan Xichen duduk di sebelah MengYao.
"Anda masih di temani saat tidur?"MengYao
"Apa kau sedang mengejek ku?" Lan Xichen mencubit lembut pipi MengYao. Lalu kemudian, ia mengelus lembut pipi mulus itu.

"MengYao, aku tau kau paham dengan tujuan ku." Lan Xichen
"T-tujuan apa...." MengYao tampak mengindari kontak mata dengan Lan Xichen.
"Tidak tau?.. baiklah, akan ku beri tau." Lan Xichen meraih dagu MengYao. Membuat ia melihat kearah nya. Dan mencium bibir kecil ? MengYao terdiam, kedua matanya tampak membulat, namun kemudian memejam erat saat bertatapan dengan Lan Xichen.

Lan Xichen tertawa di depan bibir MengYao, lalu menjilat kecil bibir itu.

"Tidak tau?" Lan Xichen
"Atau.. pura pura." Lan Xichen dengan lembut membuat MengYao berbaring di atas ranjang empuk itu.

"Anda.. yakin dengan ini? Saya yakin sebelum nya anda tidak pernah melakukan itu dengan seorang pria." MengYao
"Pria atau wanita, bukan kah sama saja. Aku nya perlu memasukan milik ku." Lan Xichen

"Baginda..?! Dari mana anda belajar kata kata seperti itu?" MengYao tampak terkejut mendengar kata kata Lan Xichen, raut terkejut nya membuat Lan Xichen tertawa dan dengan gemas mencium bibir nya berulang.

"Jadi.. mari kita lakukan apa yang ingin ku lakukan." Lan Xichen menarik lembut pengikat pakaian MengYao.

Wajah MengYao sontak semakin merona. Ia tampak memalingkan wajah saat Lan Xichen menempelkan tangan nya di atas dada Mengyao.

"Tubuh mu ini.. sungguh kecil yaa.." dengan halus, Lan Xichen mengelus dada hingga pinggang samping MengYao.

"Mmhhn.... Saya tidak kecil..." MengYao berucap pelan. Ia tampak malu saat mengeluarkan suara aneh.

"Anda yang memiliki tubuh yang besar." Mengyao.

"Benarkah...?" Lan Xichen tampak fokus melihat tonjolan pink di dada MengYao. Lalu dengan jarinya, ia memainkan tonjolan itu.

"Hhnnh... Mmhh...." MengYao dengan erat memejamkan matanya. Rasa geli dari sentuhan jari Lan Xichen membuat ia mengeliat tak nyaman.

"Ahh! Baginda?!" MengYao tersentak, saat lidah hangat Lan Xichen memanjakan tonjolan pink di dadanya. Hisapan dan jilatan lembut lidah Lan Xichen membuat MengYao tidak dapat menahan suaranya.

"Mmhn.. hhhnghh... Baginda...."

"Huan.. panggil nama ku." Lan Xichen menatap MengYao.

"H-huan...." MengYao melihat Lan Xichen dengan wajah merona tipis dan matanya yang sayu.

"Yao'er.. apa kau sedang menggoda ku?" Lan Xichen tampak meremas kuat bantal di dekat kepala MengYao
"Menggoda?! Kapan saya melakukan nya?" MengYao terkejut.

Aku Tidak Ingin Menikah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang