•Bab 16 Putus

599 40 8
                                    

Sepulang dari cafe tadi rakha pergi ke kamarnya, mengurung diri di sana. Salma mengetuk pintu kamar rakha.

"sayang buka dulu yu, ini bunda".

Rakha membukakan pintu tersebut, lalu berjalan ke arah kasur, salma masuk ke dalam kamar lalu menutupnya kembali.

"kenapa anak bunda ini?"tanya salma duduk di sebelah rakha.

Lelaki itu hanya terdiam, ia memikirkan ini, bagaimana ia berbicara pada mala jika dia di jodohkan oleh fathir dengan clarissa. Pasti hidup mala akan hancur setelah mendengar berita ini.

"bunda, gimana caranya aku bilang ke mala kalo rakha bakal di jodohin sama clarissa?".

"kamu pasti bisa bilang ini sama Mala, bunda yakin mala ngertiin ini semua".

"Tapi rakha sayang bund sama mala, begitu juga mala udah sayang sama rakha. Rakha udah janji sama mala kalo enggak akan nyakitin dia, apalagi ini denger rakha bakal di jodohin, pasti mala kecewa sama rakha bund..." lelaki itu meneteskan airmatanya. Menangis.

Salma nenghapus air mata rakha yang jatuh mengenai pipinya. "jagoan bunda kok nangis?, ga boleh nangis doang, bunda yakin ada sesuatu di balik ini. Bunda percaya sama rakha kalo clarissa itu ga baik buat rakha. Bunda rasain kaya beda gitu sama mala".

Rakha memeluk salma"makasih bunda udah percaya sama rakha...".

Salma membalas pelukan itu. "iya sayang. Apapun itu bunda pasti dukung anak bunda".

*******

Pagi ini mereka semua sudah berada di kelasnya, guru juga tengah mengajar di dalam kelas itu, menjelaskan materi yang akan di berikan kepada anak murid. Sampai bel istirahat berbunyi, semua siswa keluar dari kelasnya masing-masing.

Rakha mengajak mala ke taman belakang, katanya akan ada yang ingin ia bicarakan pada mala. Mereka berdua duduk di kursi yang telah di sediakan.

"kamu mau bilang apa?"tanya mala menatap rakha.

Lelaki itu tak menjawabnya, malah memeluk mala dengan erat. Mala sudah tau jika rakha tengah banyak pikiran, bahkan saat beljar tadi ia sampai tak fokus. Mala membalas pelukan itu, mengusap rambut rakha dengan sangat lembut.

"kamu kenapa hm?, ada apa bicara aja sama aku" Rakha melepas pelukanya, ia memegang tangan mala.

"aku mau bicara ini sama kamu, tpi janji ya jangan marah?".

Mala mengagguk, "engga kok, mau ngomong apa?".

Rakha menghela nafasnya. Lalu mulai berbicara meski ini pasti akan menyakitkan bagi mala. "aku di jodohin sama papah, di jodohin sama clarisaa".

Deg!!

Mala perlahan melepas gengaman rakha, menatap lelaki itu, "Kamu udah janji sama aku buat ga nyakitin aku, tapi kenapa kamu malah gini?"tanya mala.

"maafin aku. Aku terpaksa nerima ini, ini juga salah aku sendiri".

Flsh bck...

Dua orang bocah itu tengah membeli es krim di pinggir jalan.

"tunggu akuuu"teriak gadis itu, saat bocah laki-laki itu berlari meninggalkanya.

"apaan sih!"balas lelaki itu. Bocah lelaki itu berlari ke arah jalan yang cukup ramai pengendara, dengan berlari kencang sampai tak sadar ada mobil yang melaju kencang.

"RAKHA AWASSSSS"Gadis itu berlari mendorong bocah lelaki itu hingga ke pinggir jalan, sementara gadis tadi terpental jauh.

"CLAAAA"teriaknya menghanpiri gadis itu.

Semua orang berkerumun ke arah mereka berdua, begitu juga dengan orang tua mereka.

"ya allah claa"kata ali.

"mas kita bawa cla ke rs cepat!!!"kata raina.

Mereka membawa gadis malang itu ke rumah sakit, gadis itu tak sadarkan diri. Memang cla dan rakha tidak se akrab yang orang tua mereka bayangkan.

Cla di bawa ke ruang ugd, ali, raina, salma, dan juga fathir menunggu di luar ruangan.

Dokter kitu keluar ruangan, " dengan keluarga pasien?" tanya dokter tersebut.

"saya maminya, bagaimana keadaan anak saya dok?"tanya raina.

"anak ibu kritis, harus di bawa ke rumah sakit singapura, di sini kita tak mendapat peralatan yang cukup lengkap, mungkin jika di sana akan mendapat penanganan yang lebih lengkap".

"ya allah cla.."lirih salma.

"baik saya akan bawa anak saya ke singapura untuk mendapat perawatan" kata ali.

"Dan untuk fathir, jika saya telah kembali ke sini, saya akan minta hutang budi ke pada anak anda, karena anak saya telah menyelamatkan anak saya".

"Oke" jawab fathir.

Flsh bck...

Mala menghapus air matanya, "iya gapapa, aku ngertiin kamu juga kok, mungkin kita bukan jodoh" kata mala dengan suara serak.

"tapi aku maunya nikah sama kamu, gamau sama clarisaa, aku ga cinta sama dia, ku ga suka sama dia la.."kata rakha memegang tangan mala.

"kamu terima aja, lagian ini kemauan papah kamu kan?, kamu terima ya?. Dan satu lagi, karna kamu mau nikah sama clarissa jadi aku minta kita-".

"PUTUS" Rakha menatap mala, sementara mala menangis, mungkin ini adalah cara terbaiknya, ia harus memilih ini, dari pada ia harus merusak hubungan orang lain, bahkan ini akan menikah.

"la?. Aku gamau putus sama kamu, aku masih sayang sama kamu, ku cinta sama kamu la, aku cinta sama kamu lebih yang dari kamu pikirin, aku ga mau pisah sama kamu".

"IYA IYA AKU TAU KHA!!. Aku harus pilih jalan ini satu-satunya, aku gamau rusak hubungan kalian berdua.. Bahkan kalian bakal nikah" mala melepas tanganya dari gengaman tangan rakha.

"Maaf kha, kali ini kita harus putus, meski ini sakit bagi aku, tapi aku harus terima ini semua. Maaf kha aku pergi dulu" Mala beranjak dari duduknya, meninggalkan rakha sendiri yang duduk di bangku taman sekolah itu, memang rkha juga merasakan hal yang sama seperti mala.

"AGRH BODOH, SEHARUSNYA GUE GA TERIMA PERJODOHAN INI. AAAAAAAAAA" Rakha berteriak sekuat mungkin di bawah derasnya hujan, sepertinya hujan juga sedih setelah mendengar dua pasangan itu berpisah.

Sekarang bel pulang berbunyi, mala di jemput oleh supirnya, toh jika pulang bersama rkha kan sudah tak ada hubungan lagi, hujan juga masih turun dengan deras. Mala memasuki mobil yang sudah ada di depan gerbang sekolah, ia menatap ke arah luar jendela, saat melewati taman sekolah ia melihat rakha yang masih terduduk di bngku tersebut, dengan hujan yang deras dan juga ada petir.

Mala berniat turun untuk menghampiri rakha, namun ia berfikir kembali jika mereka tak ada hubungan lagi. Mala masih menatap rakha yang terduduk di sana, ada rasa kecewa ketika melihat itu semua, rasanya sakit...

Mala telah sampai di rumahnya, ia menangis di dalam pelukan sang ibu. Gista sudah tau karna mala menceritakan semua dari awal rakha mengajaknya ke taman sekolah.

"hiks... Ibu mala takut... Ternyata rakha sama saja ibu seperti lelaki yang dulu mala kenal, hiks...".

Gista mengusap punggung sang anak, menenangkanya yang masih menangis tersendu-sendu, "gapapa sayang, mungkin sudah takdir. Kamu harus bisa mengiklaskan rakha, dia akan menjadi suami orang dalam waktu hitungan minggu. Jangan nangisin rakha mulu ya?, takutnya nanti kamu demam".

*************

My first loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang