07. Minuman dingin

96 6 0
                                    

Bapak pernah bilang begini, "Sesama saudara itu harus saling membantu karena kita tidak pernah tahu kapan akan membutuhkan bantuan. Bisa jadi suatu hari nanti, kita yang butuh mereka."

Aksa menggerutu karena perkataan bapak memang benar tetapi, ia tidak bisa merelakan motornya begitu saja dibawa Candra pergi kuliah . Sedangkan Aksa sendiri harus memakai sepeda ke sekolah. "Emang keren kuasa anak sulung tuh," gerutunya.

Belum lagi ada satu hal yang membuat Aksa kesal, yaitu tadi pagi tepatnya di gerbang  sekolah ia terkena razia gara-gara kaus kakinya di bawah mata kaki. Aksa mengutuk Alga yang matanya sangat jeli bak elang.

"Woy, Sa! Hayu main bola. Si Alga jeung nu lain ges nungguan di lapang!" Di tengah lamunannya, Aksa mendengar teriakan Joel yang berhasil membuat teman-teman kelasnya menoleh.

Aksa lantas berdiri menemui Joel yang berada di ambang pintu. "Nanda mana?" tanyanya karena ia tidak melihat keberadaan anak itu di kelas.

Joel menunjuk lapangan dengan dagunya. Ah, rupanya Nanda sudah bergabung di lapangan. Aksa dibuat terkekeh ketika melihat Nanda melompat-lompat sembari memegang bahu Rezka yang tinggi itu.

"Hayu atuh," ajak Joel lalu berjalan lebih dulu diikuti Aksa. Di lapangan yang multifungsi itu sudah ada beberapa orang yang menunggu dan Aksa mengenal mereka semua. Lantas salam laki-laki pun tercipta.

"Harus di samper yah," kekeh Rezka. Aksa ikut terkekeh dan menatap tajam seseorang yang berada di samping Rezka. Sedangkan yang ditatap hanya bisa terkekeh. Sepertinya Aksa masih dendam padanya karena masalah razia tadi pagi. Yah, itu bukan salah Alga karena ia hanya menjalankan perannya sebagai anggota OSIS.

"Kalau gitu, kita bagi dua tim sekarang." Rekha si paling ramah langsung memulai.

"Oke."

Setelah dibagi atas persetujuan bersama, ke-2 tim itu kini terdiri dari :

Tim 1
• Rezka
• Alga
• Milo
• Jidan

Tim 2
• Aksa
• Joel
• Nanda
• Rekha

Pertandingan kini dimulai. Masing-masing tim terlihat tidak mau mengalah. Bahkan Aksa sampai guling-guling. Entah apa tujuannya yang pasti ia langsung mendapat pukulan dari Nanda karena seragam Aksa jadi kotor.

"Oper, Kha!" Rekha mengangguk dan segera mengoper bolanya pada Aksa. Bola sudah berada di kaki Aksa saat ini dan di depannya ada Rezka yang membantu Milo menjaga gawang.

Di tengah ketegangan itu, Aksa justru malah berlagak seperti pemain terkenal. Ia melakukan  juggling dan teknik-teknik lainnya yang ia anggap keren. Mereka yang melihat itu hanya bisa melongo menyaksikan kelakuan Aksa yang meminta mereka untuk menendang tubuhnya sampai ke gawang.

Saat Aksa melakukan juggling seperti Ronaldo, tanpa di sadari Jidan sudah mulai ancang-ancang untuk merebut bolanya. Tapi ternyata, Aksa justru menyunggingkan senyumnya membuat Jidan heran. Ia tidak menyadari jika ternyata Joel sudah berada di dekat gawang sisi sebelahnya. Bola itu kini  Aksa oper ke Joel dan....

"Gol!" Teriakan Aksa membuat tim 1 melongo tak percaya. Bisa-bisanya mereka terlalu fokus pada Aksa sampai lupa bahwa Joel sudah dekat gawang. Ternyata mereka bisa terkecoh juga oleh seorang Aksa.

Pertandingan kini berakhir dengan skor 2-1 dan tim Aksa yang memenangkannya. Deru nafas merekapun terdengar saling bersahutan dengan peluh yang mereka biarkan mengalir.

"Wah, bangga urang bisa ngalahin orang-orang pinter," seru Aksa tertawa. Mereka yang mendengar ikut tertawa, apalagi ketika melihat wajah Aksa yang kelewat bangga. Selain dalam hal akademik bolehlah dibicarakan, begitulah kira-kira pikiran Aksa saat ini.

Aksara Rasa, HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang