Hai teman-teman, akhirnya aku bisa nepatin janji update di hari Sabtu hehe.
Senang nggak senang nggak?
Berapa dari kalian ini yang bertahan sekarang?
Ayo semangat lagi menjalani harinya. Suatu saat nanti kamu bakal punya orang kayak Rekha.
Ini kalian dari daerah mana aja gaes?
Ada yang dari Bandung?
Tos dulu kita🖐️Oh iya teman-teman, sebelum baca ceritanya, aku mau minta dua hal deh sama kalian.
Aku minta komennya nih sama bintang nya. Ayo komen, satu huruf aja itu gapapa.
Mohon kerjasamanya yah, terimakasih.
Selamat membaca Aksara Rasa yang masih mencari jati diri.
🌻🌻🌻
"Anin, lo baik-baik aja kan?"
"Iya, kenapa emang?" Keningnya berkerut.
Rezka menggeleng. "Gue khawatir aja sama lo."
"Gapapa, biasa aja."
"Tapi, lain kali lo jangan gitu Anin. Gue gamau lo kena masalah."
Anin menatap Rezka dengan bingung. "Terus aku harus pura-pura nggak denger?"
"Lo nggak ngerti Anin," lirih Rezka.
"Justru kamu yang nggak pernah paham situasi, Rezka. Diam yah, jangan gini."
Anin baru saja mencoret-coret buku diary nya. Perbincangan dengan Rezka tadi di sekolah menguras energinya ternyata. Seharusnya, yang pura-pura tidak peduli itu adalah Rezka. Bagaimana dia bersikap seperti itu pada Anin yang jelas-jelas tengah di rundung gundah. Mengingat Temannya Asya yang ikut kena marah akibat dirinya.
"Ternyata, perasaan sama pikiran orang emang nggak bisa ditebak," ujarnya menghela nafas.
Buku catatan di depannya begitu berserakan dengan berbagai garis-garis abstrak yang ia buat untuk memudahkan proses pembuatan cerita.
Anin suka menulis, dan entah sejak kapan ia mulai menekuninya meski tidak konsisten. Kedua telinganya bahkan sudah ia sumpal earphone, berusaha untuk terbawa suasana oleh lagu-lagu yang sudah ia masukkan dalam playlist khusus untuk ia menulis.
"Bisa-bisanya aku mikirin hidup karakter fiksi, sedangkan hidup aku sendiri dibiarkan berantakan. Semua penulis ngerasain kayak gini nggak yah?" gerutunya. ia membolak-balikkan satu buku catatan yang sudah banyak sekali goresan pena di sana. Anin itu definisi orang yang suka menulis cerita di buku terlebih dahulu, setelah itu baru ia salin ke dalam ponsel. Katanya, supaya tidak banyak melihat layar ponsel.
Di saat pikirannya terbagi dua oleh sikap Rezka tadi dan apa yang harus ia tulis selanjutnya, tiba-tiba ketukan dari jendela kamarnya mengalihkan atensinya. Anin terkejut karena ada Rekha di sana sembari mengangkat satu kresek hitam yang entah apa isinya.
Segera, Anin melepaskan earphone nya dan membukakan jendela untuk Rekha. "Kenapa nggak lewat depan? Kan nggak dikunci," Anin membantu Rekha melewati jendela kamarnya.
"Jawab ih," kesal Anin.
Rekha hanya terkekeh. "Kirain di kunci karena sepi banget. Terus gue liat ke kamar lo, eh ada ternyata, ya udah," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rasa, Haechan
Teen Fiction"Setiap pengalaman akan membuatmu tumbuh, dan setiap penyesalan akan membawamu pada ruang keikhlasan." "Semua anak itu punya rasa sakitnya masing-masing. Entah itu abang, aa, atau adik. Jadi, urang nggak mau ngeluh di sini." Apa itu menyerah? Padaha...