Koridor kelas 12 yang sebentar lagi akan ditinggalkan, kini terasa begitu ramai dengan tawa dari beberapa murid yang disebut-sebut sebagai murid berandal. Mereka itu termasuk ke dalam sekian persen murid yang sering pergi ke kantin dengan alasan ke toilet. Sisi positifnya, mereka sangat menentang keras adanya perkelahian dan bullying.
Di saat jamkos alias jam kosong begini, Aksa dan beberapa temannya dari kelas lain memilih bermain gitar di depan koridor kelasnya. Mereka rela meminjam gitar dari ruangan multimedia demi mengisi kekosongan hari ini. Karena kelas 12 hampir seminggu ini tidak terlalu kondusif dalam belajar.
Lagu "Sempurna" milik Andra and the Backbone mereka nyanyikan saat ini.
"Kau begitu sempurna, di mataku kau begitu indah
Kau membuat diriku, akan s'lalu memujamu
Di setiap langkahku, ku kan s'lalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu ...Janganlah kau tinggalkan diriku ...
Tak 'kan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu 'ku akan bisaKau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku, lengkapi diriku
Oh sayangku kau begitu
Sempurna ... sempurna ....."Suara acak mereka memenuhi koridor dengan Aksa dan Joel yang memetik senar gitar. Selebihnya, mereka bernyanyi tanpa beban dan keraguan sembari mengecengi adik kelas yang melewat.
Ada beberapa orang yang tertawa melihat konser dadakan ini, tentu ada juga yang menatap risih. Seperti halnya Brian beserta teman-teman karibnya—teman kelas Aksa yang sedikit arogan— yang baru saja keluar dari kelas dan menatap perkumpulan Aksa dengan meremehkan. Raut wajahnya seperti mengatakan, "mau jadi apa anak-anak kayak mereka nanti?" tanpa Brian dan teman-temannya tahu bahwa mereka juga mempunyai mimpi yang begitu besar. Misalnya, membahagiakan kedua orang tua.
Membahagiakan, tapi bikin ulah di sekolah? No, mereka tahu itu salah, tapi bagi mereka mungkin hanya itu satu-satunya cara untuk menghilangkan sedikit rasa khawatirnya. Karena sejauh ini, mereka tidak pernah membuat masalah seserius itu.
Mereka juga sama berusaha, bekerja keras. Hanya saja tidak banyak orang yang mengetahuinya termasuk para guru, berbeda dengan guru BK yang selalu memantau kegiatan mereka. Jalan mereka dilalui dengan caranya sendiri, saling merangkul dan menguatkan. Meski orang-orang sekitar selalu memandang remeh seperti itu, mereka tidak peduli. Toh, yang menjalani hidup mereka dan yang paling mengetahui tentang hidupnya hanya mereka sendiri.
Pertemanan itulah yang menumbuhkan rasa juang itu ada.
"Kau genggam tanganku, saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata, dan hapus semua sesalku ...."Hidup itu bukan untuk sekedar membuat orang-orang selalu memahami kita. Tetapi, hidup itu tentang bagaimana cara kita berproses dan menyelesaikannya sampai akhir. Siapa yang berhasil bertahan, maka ia menang.
Suara mereka bernyanyi kini semakin meninggi. Otomatis membuat orang-orang yang tadi menikmati justru balik menutup telinga akibat kegaduhan. Ternyata, hal itu mampu memancing guru BK keluar dari ruangannya. Karena letaknya berdampingan dengan kelas Aksa. Yah, mereka terlalu berani.
"Ayo semuanya!" instruksi salah satu dari mereka.
"Kau adalah jantungku! Kau adalah hidupku lengkapi diriku oh sayang ku kau begitu!"
Satu sepatu terlihat melayang ke arah mereka membuat konser itu seketika berhenti. Semuanya, menatap bingung satu sepatu tanpa pemiliknya.
Di balik tembok yang menjadi pembatas setiap ruangan, akhirnya muncullah seseorang yang dimaksud. Pak Rega dengan wajah garangnya. Aksa dan yang lain lantas berancang-ancang untuk berlari ketika Pak Rega kini mendekat ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rasa, Haechan
Teen Fiction"Setiap pengalaman akan membuatmu tumbuh, dan setiap penyesalan akan membawamu pada ruang keikhlasan." "Semua anak itu punya rasa sakitnya masing-masing. Entah itu abang, aa, atau adik. Jadi, urang nggak mau ngeluh di sini." Apa itu menyerah? Padaha...