21. Kesempatan

47 7 2
                                    

Hai, teman-teman!

Maaf baru bisa update, soalnya kemarin agak drop kondisinya.

Makasih yah buat kalian yang selalu senantiasa mendukung karya ini 💗💗

Gimana harinya aman nggak nih?

Yang lagi sekolah semangat yah!!!

Oke langsung aja deh....

Ada Bagas yang akan memenuhi hari kita hari ini.

Masih inget Bagas?

Aku lupa chapter berapa hahah pokoknya dia yg ganggu Juan.

Let's go, jangan lupa vote dan komennya guysss.

Mohon kerjasamanya.



Mohon kerjasamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bagas Atmaja)







"Juan Mahendra! Kenapa kamu tidur saat pelajaran saya?"

Juan tersentak dari tidurnya. Seketika ia dibuat kikuk oleh beberapa tatapan yang kini mengarah padanya. Nyawanya benar-benar belum sepenuhnya terkumpul karena dibangunkan paksa oleh teman sebangkunya.

"Maaf, bu," lirihnya sembari membenarkan letak duduknya. Hanya kalimat itu yang bisa ia keluarkan dari mulutnya saat ini.

Guru sejarah itu hanya bisa menghela nafas. Untung saja bel tanda pergantian mata pelajaran sudah berbunyi membuat Juan sedikit terselamatkan. Tapi dengan catatan, Juan harus mencatat kisah Ramayana yang dimana pertemuan antara Dewi Shinta dan Rama kembali ke kerajaan Ayodya.

Semua ini efek karena semalam Juan bergadang memikirkan skenario apa yang akan terjadi hari ini. Pikirannya terlalu kalut untuk dibiarkan istirahat. Ternyata, rasa kecewa pada dirinya sendiri sangat besar membuat ia memilih terjaga sampai tengah malam.

Setelah guru itu keluar, barulah semuanya tertawa melihat ekspresi lucu Juan tadi ketika kepergok oleh Bu Widi. Hingga gebrakan dari meja belakang membuat semuanya menoleh termasuk Juan yang langsung terlihat segar dibandingkan tadi.

"Berisik!" Penekatan yang tajam itu membuat semuanya lantas terdiam heran.

"Apa lo lihat-lihat?" Bagas menatap Juan yang sedari tadi menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Biasanya, pandangan Juan akan selalu terlihat ciut di depannya, tetapi sekarang justru tatapan berani tertera di sorot matanya.

Dengan berani, Juan berdiri tegap di depan Bagas membuat tubuh tingginya itu menjulang. "Kamu yang berisik, Bagas," ujarnya penuh penekanan. Hal itu sontak membuat semuanya termasuk Acel yang sedang mencoret-coret kertas menghentikan aktivitasnya karena terkejut.

Aksara Rasa, HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang