12. Urutan Terakhir

67 5 2
                                    

Sepasang nayanika cantik milik seseorang menatap nanar secarik kertas sticky note di depannya. Sepertinya, adegan mamah dan bapak yang berpamitan padanya bukan hanya sekedar mimpi belaka. Satu tangannya mengambil sticky note yang tertempel di meja makan dan menelisiknya, mencerna apa yang di tulis di sana

Halo aa, adek. Mamah sama bapak pergi dulu ke rumah nenek. Cuma  3 harian kok. Besok ke-100 harinya kakek pergi kan, jadi mamah sama bapak bantu-bantu di sana mumpung bapak juga kerjanya lagi libur. Sengaja mamah nggak bilang kalian karena nanti kalian mah mau ikut.

Semangat! Ada telor di kulkas  buat sarapan.

From : Mamah
To : Aa dan adek

Matanya mengerjap, lantas melihat ke arah jam dinding. Baru setengah 6. Ada perasaan lega dalam hatinya. Berarti sekarang ia harus menyiapkan sarapan untuk ia dan Juan? Oke.

Aksa berjalan ke arah kulkas. Membukanya dan menghela napas sejenak sebelum akhirnya mengambil 2 butir telor ayam. Ia menimang-nimang apa yang harus ia buat dengan telor ini. Pikirannya tiba-tiba melayang kepada Candra. Rasanya, ia sudah merindukan abangnya. Mungkin jika ada, part masak bisa digantikan oleh Candra.

"Ini urang lagi sial apa beruntung?"

Dua pemikiran Aksa saat ini, yaitu sial karena harus menjadi kepala keluarga dadakan dan ibu rumah tangga. Sedangkan dari sisi beruntungnya, yaitu ia menjadi bebas di rumah dan bisa bermain dengan teman-temannya hingga malam.

Setelah menyimpan kedua butir telor itu di atas meja makan, dengan sedikit semangat, Aksa berjalan ke arah pintu rumah. Membukanya dan udara segar pagi ini langsung menyapa tubuhnya. Aksa menghirup napas dalam-dalam. Kesegaran apa ini? Kenapa ia baru merasakannya? Kentara sekali bahwa Aksa definisi orang yang tidur kembali selepas shalat subuh. Apalagi hari ini ia tidak shalat subuh di masjid karena tidak ada bapak yang membangunkan.

Tiba-tiba kakinya merasakan usapan lembut. Ia langsung menatap ke bawah dan melihat Bilu yang tengah menggesek-gesekkan tubuhnya di kaki Aksa.

"Lapar kamu?" tanyanya. Bilu terdengar mengeong dengan penuh harap. Aksa mengangguk dan mengambil makanan si kucing abu itu di atas aquarium yang dimana ikan di dalamnya juga belum diberi makan. Itu adalah ikan milik Juan yang didapatkannya dari memancing ikan di pasar minggu.

Bilu yang duduk di ambang pintu menunggu Aksa langsung berbinar dan mengikuti langkah anak laki-laki itu yang kini tengah menuangkan makanannya di mangkuk miliknya.

"Sok makan yang kenyang. Aa mau buat sarapan sekarang." Bilu mengeong kembali memberi jawaban. Kepalanya pun diusap oleh Aksa sebelum ia kembali menyimpan makanan Bilu di atas aquarium dan memberi makan ikan milik Juan.

Jika dirasa sudah selesai tugas memberi makan hewan-hewannya, ia kembali ke dapur untuk membuat sarapan. Tidak lupa mencuci tangan terlebih dahulu supaya terhindar dari kuman.

Kedua telur sudah kembali ia genggam sekarang. "Bikin telor dadar aja gitu yah? Mun di ceplok mah engke ngabeledag kan teu lucu nya," monolognya. Akhirnya Aksa memutuskan membuat telor dadar untuk sarapan pagi ini.

🥚🥚🥚

Tubuh tinggi Juan menuruni anak tangga dengan seragam SMP yang sudah melekat rapih di tubuhnya. Sampai di bawah, Ia celingak-celinguk melihat keadaan rumah yang tampak berbeda dari biasanya. Begitu sepi dari keberadaan manusia. Hanya ada Bilu yang sedang makan.

Hingga akhirnya, suara minyak goreng panas menjadi atensinya kali ini. Langsung saja ia berjalan ke arah dapur dan melihat seseorang yang jarang sekali berkutat dengan peralatan dapur—termasuk dirinya juga—selain memasak mie dan telur seperti sekarang.

Aksara Rasa, HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang