Chapter 6

4.4K 284 8
                                    

Ada fake chat dalam bab ini, tolong dibaca dalam keadaan online.

Vote untuk chapter ini..


"Ih jawab dulu ngapain bawa gue ke sana?" Protes Meitha meskipun kepalanya sedang dipasang helm oleh Diaz.

"Banyak tanya, udah ikut aja" ujar Diaz segera membawa Meitha pergi.

Selama perjalanan, Meitha terus meminta penjelasan kenapa dia dibawa, namun Diaz malah diam atau sengaja bersiul membiarkan perempuan di belakang itu berceloteh tiada habis.

Roda dua itu berhenti di depan rumah yang cukup asri ditanami beberapa macam tanaman dengan tanah yang dilapisi kerikil hias yang cantik.
Kaki Meitha berjalan mengikuti Diaz yang lebih dulu masuk ke dalam.

"Duduk dulu, gue mau buang air kecil"

Meitha berdecak kecil, dijatuhkannya diri di atas sofa sembari memijat betis dengan bola mata bergulir melirik setiap sudut rumah kontrakan Diaz.
Tidak terlalu luas namun tidak terasa sempit, ukurannya pas untuk dua orang penghuni.

Kaki Meitha melangkah pelan, menyelusuri setiap sudut melihat-lihat apa saja yang ada di dalam rumah tersebut.
Untuk penghuni lelaki seperti Diaz, rumah itu cukup bersih dan juga rapih. Lantainya kinclong dan beberapa figuran tertata rapih di atas meja.

Diaz melihat Meitha tengah berdiri di samping meja yang memang dikhususkan untuk pajangan dari foto-foto miliknya.

"Mau minum apa Tha"

Badan Meitha tersentak, Diaz diberikan lirikan tajam tetapi pria itu hanya terkekeh pelan.

"Air dingin aja"

Meitha berjalan menghampiri Diaz yang berada di dapur.

"Dah lama gak main di sini, gue pikir ada yang berubah ternyata masih sama aja"

Diaz tersenyum menyodorkan sebotol air mineral dingin ke arahnya.

"Makanya gue bawa lo ke sini biar lo lihat kalau rumah gue masih gini-gini aja"

"Yang penting bersih dan nyaman itu udah cukup" sahut Meitha yang dibenarkan Diaz.

Keduanya sama-sama kembali ke ruang tamu, mendudukkan diri di atas karpet bulu melihat tayangan dari TV led.

"How's life?" tanya Diaz membuka kembali obrolan.

"Not much" balas Meitha menyandarkan diri ke kaki sofa.

"Mama sama Papa sehat?"

"Hm"

"Kok lesu gitu?"

"Gue putus sama Fandi"

Diaz tersedak dengan minumannya, menoleh cepat ke arah Meitha sedangkan Meitha yang tau dirinya dilihat dari samping hanya fokus menatap acara televisi.

"Kok bisa?"

"Dia dah tunangan, dan sebentar lagi mau punya anak"

Diaz sempat menutup mulut dengan sebelah tangan, kabar dari Meitha cukup mengagetkan. Bagaimana bisa hubungan yang sudah begitu lama pada akhirnya kandas karena pengkhianatan.

"Lo gak papa?"

Meitha tersenyum kecil, "Menurut lo?"

Diaz menggelengkan kepala, "Lo gak oke"

"Makanya hibur gue"

"Sorry to hear that. Orang tua lo reaksi mereka gimana?"

"Seperti yang lo liat kemarin"

Two become One (jenrina) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang