Chapter 21

3.6K 235 12
                                    





⚠️Trigger Warning [TW]
Sexual Assault⚠️

Pastikan kamu cukup umur membaca cerita ini. Bijak dalam membaca.

Fiksi


"Tha?" panggil Diaz dengan suara serak.

Tak ada jawaban apapun dari panggilan miliknya, sekali lagi Diaz mencoba memfokuskan pandangannya ke sosok yang masih berdiam diri di ambang pintu.

Harusnya kacamatanya ia pakai, tapi sayangnya benda itu tidak sempat dibawa, alhasil Diaz melihat sosok misterius itu dengan keadaan mata yang buram.

"Still alive?"

Jantung Diaz nyaris berhenti berdetak sesaat mendengar suara yang ia kenali.
Langsung saja badannya merinding dan mulai bergetar gelisah.

"H-haris" ucap Diaz lirih.

"Harusnya gue pukul lo sampai mati"

Orang itu menyeringai sebelum menutup pintu kamar dan berjalan mendekat ke arah ranjang, mendekati Diaz yang berusaha untuk bangkit tapi Haris lebih dulu menarik paksa tubuh lemah Diaz agar berdiri.

Leher Diaz dicekik tidak terlalu kuat  namun mampu mengunci pergerakannya untuk memberontak.

"Dengan kondisi lo lemah begini, mudah bagi gue hancurin lo sekarang juga" bisik Haris tepat di wajah Diaz yang meringis sakit bagian tubuhnya.

"Akan gue ulangi cara Chaoser menyerang korbannya. Lo pasti rindu masa-masa itu kan?"

Pupil Diaz membesar, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, keringat dingin bercucuran saat bayangan kejadian tempo dulu lintas di pikirannya.

"Kita main-main sedikit sebelum nafas lo habis"

Siapapun segeralah datang, Diaz menggeleng kuat tak bisa membayangkan jika kejadian yang membuatnya seperti ini harus terulang ke dua kalinya, batin Diaz berteriak.

.
.

Binar bahagia terlihat nyata di wajah Meitha. Gadis itu tak menghilangkan garis senyum di bibirnya sejak melihat bagaimana Diaz sadar di saat dirinya ada di samping pria itu.

Penantian Meitha selalu berharap kesadaran Diaz berbuah manis, pria itu telah berhasil melawan koma dua harinya dengan baik.

Sebagai istri, Meitha masih merasa kurang dalam menjaga Diaz. Namun dia diberi semangat oleh orang-orang terdekat.
Gadis itu menenteng bubur yang baru ia beli, bubur ayam adalah bubur kesukaan Diaz.

Kaki itu melangkah lebih cepat tak sabaran membuka pintu ruangan inap sang suami.
Mulut Meitha terbuka dengan kalimat yang menggantung saat kakinya masuk ke dalam ruangan.
Wajah kaget Meitha tidak bisa disembunyikan, jelas sekali apa yang ia lihat bukanlah sesuatu yang ingin ia lihat.

Di hadapannya sana, entah bagaimana bisa Haris bisa berada di dalam kamar inap sambil mengintimidasi Diaz melalui perlakuan kasar seperti mencekik dan memakinya.

Tau dirinya tertangkap basah oleh Meitha, bukannya mengelak atau mencari-cari alasan, Haris justru menyeringai ke arah gadis yang tampak shock di depan pintu sana.

"Timing yang pas huh?" kekeh Haris dengan nada mengejek.

"A-apa ini?"

Meitha ingin sekali mendekat namun pemandangan di hadapannya saat ini membuat kakinya seperti ada perekat tak mampu digerakkan dari tempat.

Two become One (jenrina) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang