Chapter 10

4.4K 259 7
                                    

Tinggalkan vote.


Hiasan bunga cantik berjejer di setiap sudut ruangan, meja dan kursi telah tertata rapi, hidangan makanan pun turut menggugah selera bagi para tamu undangan yang hadir.
Ketika seseorang sudah memantapkan niat untuk serius, maka tidak ada kata nanti ataupun tunggu untuk menunda agar niat itu segera tercapai. Itulah yang Diaz dan Meitha lakukan tanpa berlama-lama lagi.

Yup., hari ini menjadi hari pilihan Meitha dan Diaz dalam melangsungkan acara proses ijab kabul di kediaman rumah orang tua Meitha.
Rumah yang menjadi saksi menggemanya suara Diaz saat berikrar ijab kabul di hadapan penghulu dan para saksi yang hadir.

Tidak banyak yang diundang, hanya keluarga inti dari masing-masing mempelai dan beberapa teman dari Diaz dan Meitha.

Bunyi pintu diketuk dari luar membuat Meitha bangkit dari kasur membukanya.

"Gue ganggu gak?"

Ternyata pelakunya adalah Kiki. Wanita cantik itu senyum sumringah melihat ke arah Meitha yang tak kalah cantik darinya.

"Ganggu dikit, Sam mana?"

"Ada di depan sama Diaz dan Bokap lu"

"Gue masih gak nyangka lo berdua beneran nikah, siapa yang gak kaget kalau enam tahun akan kalah dengan sahabat sendiri"

Meitha melempari Kiki dengan bantal, ada saja yang keluar dari mulut gadis itu.

Lama terdiam, Kiki menilai sahabat perempuannya itu sangat cantik dengan pakaian pengantin wanita dan rambut yang ditata indah.

"Ini gak ada keterpaksaan kan?"

"Gimana ya gue bilangnya" ujar Meitha mengetuk dagunya dengan jari telunjuk.

"Terpaksa enggak juga. Kita sepakat pilih jalan ini demi kita berdua, makasih lho berkat kata-kata puitis lo, pikiran gue sama Diaz kebuka dikit"

"Padahal gue cuma asal kasih saran, gak nyangka  sarannya masuk di telinga lo berdua" ucap Kiki sedikit jumawa.

"Thanks ya Ki. Di saat-saat gue lagi terpuruk, lo sama Diaz selalu ada buat gue" Meitha berujar dengan mata yang mulai berair.

"Ya sama-sama, tapi jangan nangis juga.. Make up-nya luntur"

"Kan udah selesai acaranya, mau luntur juga gak masalah"

"Iya juga sih, yaudah sini gue peluk aja biar lo gak nangis"

Tepat di waktu yang sama, pintu kamar diketuk seseorang.

"Lah di sini lo berdua. Ki, dicariin Samuel di luar" ujar Diaz.

"Mei, kayaknya Samuel mau pulang deh. Gak papa kan gue tinggal? Nanti gue datang lagi"

"Janji ya"

"Iya, by the way dari kita bertiga cuma lo berdua yang tega ninggalin gue sendirian. Tega bener"

Haru Meitha berganti tawa seketika, "Ini aja mendadak Ki. Soalnya gue gak sabar berhenti dengar orang nanya kapan nikah mulu. Nanti kalau besok gak hujan, lo nyusul nikah sama Samuel"

"Lo pikir nyuci baju? Enteng banget bilang besok nikah. Samuel masih nabung"

"Hahahah semangat nabungnya"

"Oke gue pulang, lo berdua jangan unboxing dulu, tungguin gue"

"Ngapain nungguin lo?" tanya Meitha

"Gue mau liat prosesnya"

"Kiki sialan!!" jerit Meitha membuat Kiki terkekeh puas meninggalkannya

Sepeninggalnya Kiki, Diaz masuk melangkah mendekat lalu duduk di pinggiran ranjang menghadap Meitha yang sibuk melepaskan hiasan di kepalanya.

Two become One (jenrina) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang