Chapter 14

3.8K 253 17
                                    

Tinggalkan Vote.

Bunyi wajan dan segala peralatan masak bersahut-sahutan dari arah dapur di jam sembilan malam. Tontonan televisi ditinggalkan Diaz begitu mendengar adanya peperangan dari dapur, sangat terdengar kacau dan ribut entah apa lagi terjadi.
Tepat di depan kompor, sudah ada satu sosok wanita berkuncir sedang mengangkat talenan, dan pisau.

"Tha ngapain?"

"Gue benci cumi!!" teriak Meitha tiba-tiba.

"Hah?"

Diaz segera mendekat melihat apa yang sedang terjadi.

"Ini hewan apa pulpen banyak tintanya, mana licin banget kan gue susah motongnya. Niat dimasak gak sih lo"

Meitha berujar dengan nada kesal menatap marah ke arah enam ekor cumi yang masih segar.

"Kok jadi marahin cuminya? Udah mati Tha gak bakal didengar"

"Ah tau. Males gue masak cumi"

Diaz mengeluarkan nafas lelah, bahu Meitha digeser ke samping sementara ia menggantikan posisi Meitha untuk membersihkan cumi-cumi tersebut.

"Lo diam di situ jangan kabur. Liat gue dengan teliti"

Gadis dengan wajah mengkerut itu hanya mendengus malas tapi tetap memperhatikan dengan seksama cara Diaz membersihkan cumi step by step. Kadang ia juga menyelipkan pertanyaan jika masih bingung, dan dijawab oleh Diaz.

Setelah bersih dari tintanya, kulit cumi itu nampak makin segar dan mulai dipotong menjadi bentuk cincin kemudian direndam ke dalam air panas.

"Kita siapin bumbu sambil nunggu cuminya direndam" papar Diaz.

"Menu yang kita masak apa?"

"Cumi balado. Favorit gue, lo pasti akan suka juga"

Baru diingat oleh Diaz sesuatu yang sedari kemarin ingin ia berikan kepada Meitha, kali ini ia ingat.

"Mau ke mana? Masaknya belum selesai" panggil Meitha.

Meitha bingung suaminya itu mau ke mana membiarkan cumi dan dirinya berduaan di dapur.
Lemari tinggi samping TV penuh dengan banyak rak itu menjadi tujuan utama Diaz. Bola matanya bergerak dari atas ke bawah dengan mulut yang bergumam.

Telunjuknya menangkap satu buah buku dengan judul yang ia cari. Segera buku itu diambil dari tempatnya dan berjalan kembali ke arah dapur.

"Nih, buat lo belajar"

Sodoran buku berjudul, "Resep Nusantara" itu diterima oleh Meitha. Gadis itu membuka halaman pertama dan membacanya sampai kening berkerut dan itu dilihat oleh Diaz.

"Semua resep ada di situ. Dari yang simple sampai yang susah. Gue harap lo sering baca buku itu biar bisa belajar masak"

"Lo bisa masak dari buku ini juga?" tanya Meitha

Diaz membenarkan, "Gue belajar dari situ juga"

"Lo yakin gue bisa seperti lo?"

"Kenapa lo ragu? Gue dulunya persis kayak lo. Cuma bisa masak mie instan, tapi karena gue usaha gue berhasil bikin menu lain"

"Hmm,"

"Nanti lo baca buku itu. Sekarang bantuin gue siapkan bumbunya"

Diaz mengambil satu buah blender, mencuci cabe rawit, cabe merah dan perbawangan.

"Lo masukin semua bahan itu ke blender" titah Diaz yang dituruti oleh Meitha.

Bunyi dari blender dinyalakan sedikit membuat badan Meitha tersentak kaget, Diaz tertawa kecil karena reaksi lucu si istri.
Sementara itu, dirinya mulai memasukan minyak kelapa dalam wajan. Saat sudah panas barulah cumi mentah itu diletakan dalam minyak panas, bunyi minyak meletup-letup membuat badan Meitha bergidik ngeri membayangkan kulitnya terkena minyak itu, maka dari itu ia sengaja sedikit menjauh dengan wajah yang takut-takut.

Two become One (jenrina) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang