Chapter 17

3.8K 249 24
                                    

Tinggalkan Vote.

Berulang kali elektronik pintar itu berbunyi menjalankan tugasnya sebagai alarm di pagi hari, namun sang empu sendiri masih enggan bangun walaupun sudah mendengarnya.
Karena kesal ada yang mengganggu, Meitha mengacak rambutnya kemudian menonaktifkan paksa benda berisik tersebut.

Katakan siapa yang mau bangun di jam yang masih menunjukkan pukul lima pagi? Meitha ingin merutuk siapa yang sudah menyetel alarm di jam seperti itu, namun di detik selanjutnya ia baru menyadari jika ia sendirilah pelaku yang mengaktifkan alarm tersebut.

Magnet kasur begitu kuat, walaupun niat bangun itu sudah besar tapi akan tetap kalah dengan kenyamanan dari kasur dan bantal.
Bicara soal bantal, tangan Meitha asik meraba mencari keberadaan gulingnya yang sudah tidak ada.
Dengan mata setengah buram, guling yang ia cari tidak ditemukan, melainkan hanyalah punggung lebar dari seseorang.

Entah sadar ataupun setengah sadar, punggung itu dipeluk oleh Meitha dari belakang sambil mengumpamakan punggung itu adalah gulingnya.
Merasa ada yang berat dan hangat pada bagian belakang, Diaz mulai bangun perlahan.

"Guling gue ilang" gumam Meitha setengah sadar.

"Jatuh kali, coba lo liat dulu di bawah" sahut Diaz berupaya melepaskan lengan gadis itu dari pinggangnya.

"Sebentar aja. Gue males nyarinya. Masih ngantuk"

Pria itu mengalah dan memberi waktu selama sepuluh menit sebelum ia benar-benar bangun.
Tepat di menit ke sepuluh, Diaz mulai beranjak bangun tapi lagi dan lagi Meitha menahannya.

"Lima menit lagi"

"Gak ada. Gue harus siapin sarapan buat kita"

Bukannya melonggarkan lilitan tangannya, Meitha dengan segala otak nakalnya berhasil menemukan sesuatu yang mampu membuat matanya terbuka.

"Sejak kapan ini kebentuk? Kok gue gak tau"

Badan Diaz merinding merasakan telapak tangan Meitha masuk ke dalam piyamanya, bergerak dengan sengaja menyentuh dua kotak di bagian perut.

"Tha apaan sih, geli" tangan nakal itu dihempaskan pelan.

Sejak kapan Diaz memiliki dua buah kotak di perutnya, bukankah pria itu jarang terlihat berolahraga.

"Menurut buku yang gue baca, suaminya harus sering disentuh agar terbiasa"

"Terbiasa apanya?"

"Terbiasa biar gak kaku kayak beton"

"Tha geli!" sekali lagi perut itu ditekan telunjuk Meitha untuk meyakinkan kembali.

"Empat kotak anjir!" seru Meitha heboh.

"Diaz lo kok gak bilang-bilang ke gue?"

Suara Meitha naik 1 oktaf menandakan perempuan itu betulan kaget.

"Apa yang harus dibilang, udah ah gue mau ke dapur"

"Kapan lo olahraganya?"

Meitha masih mengikuti ke mana Diaz melangkah dengan pertanyaan yang sama.

"Udah lama, lo aja yang gak sadar"

"Yang gue liat lo baca buku mulu, gak pernah gue liat lo olahraga"

Dahi Meitha mendapat sentilan dari jari-jari Diaz. Pria itu sudah dari tadi menahan gemasnya karena pertanyaan yang tidak penting.

"Mau perut gue kotak, jajar genjang, segitiga. Apa hubungannya sih, sampe lo heboh alay gitu"

Like what?!
Tak tahu saja Diaz, aktor Hollywood favorite istrinya sekelas Vin Diesel yang semua orang tau pemain film fast and furious itu memiliki anggota badan yang menawan dengan bentuk otot yang sempurna menjadikan dirinya tipe ideal dari kaum wanita termasuk Meitha sendiri.

Two become One (jenrina) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang