Tinggalkan Vote.
Masih menggunakan bathrobe, Diaz berdiri diam menutup mata menikmati alat cukur yang dibantu Meitha untuk memangkas bulu-bulu halus di area sekitar mulut dan dagu.
Perempuan itu tampak sibuk dengan shaver manual alias pencukur manual di sebelah tangannya, seluruh area yang terdapat rambut halus dipakaikan krim cukur agar mempermudah bulu terpotong.
Meskipun kehadiran bulu halus di atas mulut dan dagu bisa menunjang tampilan seorang pria menjadi lebih maskulin, tetapi bagi Meitha untuk saat ini Diaz lebih cocok tanpa kumis dan jenggot.
Meitha masih mau melihat dagu runcing suaminya itu polos tanpa bulu, rasanya wajah Diaz masih cocok untuk umuran belasan tahun."Menurut lo gue cocok brewok atau nggak?"
Diaz membuka pertanyaan sambil melihat bagaimana seriusnya Meitha duduk di atas wastafel menghadap ke arahnya sambil mengusap area bekas cukuran dengan handuk yang bersih.
"Cocok. Cuma kalau sekarang gue lebih suka tanpa brewok"
"Kenapa?"
"Karena di pikiran gue kalau cowok brewok tuh pertanda dia sudah sangat matang dalam arti sifatnya. Dan kedua menandakan orang itu udah berumur empat puluh ke atas"
"Kalau lo brewok sekarang rasanya gue lagi jalan sama om-om" sambung Meitha diringi kekehan kecil.
"Gue belum matang ya?"
Meitha melirik ke arah Diaz yang sedari tadi memperhatikannya.
"Emang belum matang, masih setengah matang sih kata gue" kekeh Meitha.
"Lo kecewa gak nikah sama orang kayak gue?"
"Kalau orang lain mungkin akan kecewa karena merasa lo udah bohongi mereka dengan sengaja nutupin jati diri lo yang sebenarnya. Tapi kan gue enggak. Gue udah kenal lo dari lama"
"Tha..gue minta maaf kalau lo dapat suami seperti gue"
Meitha menggelengkan kepala tak setuju, "I'm happy karena yang jadi suami gue adalah sahabat gue sendiri, sahabat yang selalu peduli dan ngertiin gue"
"Kalau nanti salah satu dari kita ada yang punya rasa suka, apa yang akan lo lakukan?" tanya Diaz
"Ajari pasangannya untuk saling suka. I'll make it simple"
Keduanya saling adu pandang cukup lama, membiarkan diri masing-masing mencari ketulusan lewat manik mata satu sama lain.
Diaz dikagetkan dengan terpaan benda kenyal nan hangat di bibirnya yang kering. Tepat di hadapannya dengan jarak yang hanya sedikit, wajah Meitha terlihat sangat dekat.
Wanita itu menutup matanya dan mulai menggerakan benda lembut yang ada di bibir Diaz.Bohong kalau Diaz biasa saja. Sekujur tubuhnya mendadak kaku, otaknya memberi sinyal untuk menjauh, namun matanya malah terfokus ke Meitha yang rupanya menikmati kegiatan yang dipimpin si wanita itu.
Dada Diaz merasakan adanya gerakan dari sebelah tangan Meitha yang merangkak naik hingga ke bahu.
Wajah gadis itu makin mendongak ke atas demi menyamai tinggi untuk mempertahankan ciuman yang terjadi secara tiba-tiba itu.Bibir Diaz merasakan hangat dari lidah Meitha yang mulai keluar menggoda bibirnya yang hanya dibiarkan diam tak merespon.
"Return my kiss" lirih Meitha menatap dalam ke arah Diaz.
"Tha--"
"We can learn together about kissing" potong Meitha
"But I can't"
KAMU SEDANG MEMBACA
Two become One (jenrina) ✔
FanfictionArdiaz dan Meitha merelakan status persahabatan mereka diubah menjadi pasangan suami istri demi keperluan pribadi mereka masing-masing. Pernikahan yang terpaksa menjadi pilihan demi simbiosis mutualisme antara keduanya. 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 21+, pintar...