Keluarga pun tau

673 104 10
                                    

🏆🏆🏆

"KPK!?" Nesya kaget juga heran. Papanya mengangguk, sedangkan istrinya hanya bisa duduk menatap lemas suaminya. "Gimana Fery bisa tau, Pa? Dia kerja di kantor yang beda, kan?" Nesya lemas, kedua lututnya gemetar pelan. "Bang Ijal tau?"

Ijal kakak tertua Nesya, sedangkan kakak tengah, Doni, justru sedang mencari pengacara untuk kasus papanya.

"Bang Ijal belum tau. Papa nggak bisa bayangin apa reaksinya kalau dia tau, Nesya. Papa--"

"Papa korupsi berapa banyak, Pa?" tekan Nesya.

"Papa nggak korupsi. Papa nggak tau kalau uang itu bukan bonus tapi uang sogokan. Papa juga baru tau kalau selama ini yang Papa kerjakan semua laporan palsu. Papa dijebak."

Nesya terkekeh sinis, "Pa, nggak mungkin Papa nggak tau. Papa direktur keuangan. Siapa yang Papa lindungi?! Papa tutupi siapa? Pak Arto?! Pemilik perusahaan!"

Papanya diam, disangka Nesya bodoh. Ia bisa dengan cepat paham situasi yang ada.

"Papa ... diancam? Ditekan?" lirihnya dengan tatapan menyelidik. Papanya tak bisa menjawab.

"Papa besok diperiksa lagi. Sudah dua kali dan Fery, dia yang laporkan Papa beberapa bulan lalu. Fery, tau hal ini karena dia ternyata kenal dengan orang-orang di perusahaan yang kerja sama dengan perusahaan tempat Papa kerja. Papa ikut terseret, Nesya ... Papa nggak tau nasib Papa gimana nanti." Pria itu meremas rambut putihnya keras lantas menangis.

Nesya menatap mamanya yang juga menangis tanpa ikut komentar apa-apa.

"Karir Papa hancur, keluarga kita bisa buruk namanya. Maafin Papa, Nesya ... maafin, Papa ...," isaknya karena seharusnya ia lebih bisa tegas menolak mengerjakan laporan itu dan lebih menyelidiki dulu. Terkadang iming-iming uang lebih menekan harga diri dan gaya hidup dengan alasan kebutuhan ekonomi.

"Nesya nggak bisa bilang apa-apa, Pa. Nesya ke sini juga karena ...." Ia menarik napas panjang dahulu. "Nesya mau gugat cerai Mas Fery. Rumah tangga Nesya nggak sehat, Ma ... Pa," tatapnya nanar.

Kali ini mama tak bisa menyembunyikan kesedihannya, tangisnya pecah, ia histeris sambil memeluk bantal sofa, tubuhnya membungkuk saking menahan sedih hati.

"Mas Fery selingkuh dan Nesya ...." Ia diam. Tangisnya juga pecah, setelah sedikit tenang ia melanjutkan lagi. "Nesya dipukulin, Pa, Ma."

"Siapa yang pukul kamu? Fery pukul kamu!"

Nesya menoleh cepat. Kakak iparnya begitu marah. Ia segera duduk di samping adik iparnya yang menghambur memeluk.

"Kurang ajar," geramnya. Doni masuk, ia langsung duduk menyimak Nesya bercerita. Mama ditenangkan Doni dengan merangkul bahu wanita yang melahirkannya.

"Urus ke polisi! Aku yang maju!" tegas istri Doni yang seorang polisi wanita. "Macam-macam sama perempuan. Kamu punya bukti? Visum? Atau apapun?"

Nesya menggelengkan kepala.

"Kapan terakhir dipukul?" sambungnya.

"Minggu lalu, Kak. Sekarang Mas Fery lagi dinas keluar kota. Makanya aku bisa ke sini. Karena kalau Mas Fery tau, aku pasti--" Nesya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Dia selingkuh sama Tamara, sahabat Nesya," isaknya lagi.

"Hah! Tamara! Tamara yang punya butik baju itu! Tamara sahabat kamu dari SMP! Yang Papa Mama bantu biaya sekolahnya dari dulu sampe dia kuliah?!" teriak kakak iparnya lagi. Nesya hanya mengangguk masih terisak.

"Nggak tau diri!" kesal wanita itu dengan napas menggebu.

"Endah, kamu bantu Nesya, aku bantu Papa." Doni sudah berkomentar.

Now or Never ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang