Perang di tengah lapangan

598 96 7
                                    

🏆🏆🏆

"Mas Mandala, thank you." Zaver meletakkan kunci mobil di atas meja. Ia berjalan ke kamarnya sambil menenteng paperbag berisi buku.

"Ok! Gue balik kalau gitu." Mandala beranjak. Rumah sudah sepi karena anggota keluarga lain tidur. Mandala memanggil Zaver hingga membuat pemuda itu berhenti menaiki anak tangga. "Kapan mau pinjem lagi?"

Zaver berpikir sejenak, ia juga tidak tau kapan. "Nanti gue kabarin deh, Mas."

"Oke." Mandala berjalan keluar rumah, Zaver terkekeh pelan lanjut berjalan ke kamarnya.

Ia meletakkan paperbag di atas meja belajar, mengeluarkan buku juga ponsel Nesya. Setelah mengambil posisi santai dengan bersandar pada kepala ranjang, ia membuka kunci layar ponsel. Persetan dengan lancang atau tak sopan, ia terlanjur penasaran.

Lucky boy!

Zaver tersenyum karena ponsel tak memakai layar kunci. Hal pertama yang ia lakukan melihat galery foto. Ia telusuri satu persatu, sesekali senyumnya mengembang saat melihat swafoto Nesya saat sedang pergi sendirian. Tanggal pengambilan foto tak luput dari perhatian Zaver.

"Kasihan, jalan sendiri, foto sendiri, padahal udah nikah. Foto sama Fery cuma ada sepuluh, ck ... ck ... ck ...."

Jemarinya lanjut mengusap layar ponsel, ia berhenti dialbum screenshoot. Ibu jari Zaver gemetar pelan saat membaca pesan chat Nesya dan suaminya yang penuh ancaman. Belum lagi foto Nesya yang lebam karena KDRT.

Ada beberapa pesan ancaman yang membuat Zaver geram hingga rahangnya gemeretak.

'Kita tidak akan cerai!'

'Siapapun laki-laki yang dekati kamu. Saya hancurkan!'

'Jangan bikin saya dimaki-maki keluarga karena masalah ini!'

'Tamara dan saya sudah menikah siri! Sekali kamu buka mulut ke keluargaku juga tetap ajukan cerai! Habis kamu di tangan saya!'

Zaver mendengkus marah! Jadi Fery tak mau keluarganya tau tentang hal ini. Akan tetapi, masalahnya di mana?

Ibu jari Zaver membuka aplikasi pesan singkat, ia cari nama Fery. Tak ada. Ternyata di block Nesya.

Tangkapan layar tadi diambil dua pekan lalu, saat Nesya dibawa tinggal bersama Endah. Fery marah ternyata, bisa juga ketakutan.

Kesempatan ini tak disia-siakan Zaver. Ia segera memindahkan semua foto di galeri ponsel Nesya ke laptopnya. Ia akan cetak bukti-bukti chat sebagai jalan cepat Nesya bisa cerai dari lelaki bejat itu.

***

Kegaduhan di kelas tak membuat Zaver yang harus hadir di sekolah karena ada ujian harian matematika terganggu. Ia letakkan tas di atas meja.

Samil juga baru tiba. Ia memberikan amplop coklat muda ke tangan Zaver.

"Apaan?"

"Baca, lah!" Samil beranjak pergi menuju ke kelas dua, ia sedang menggebet adek kelasnya.

Zaver membuka amplop, secarik kertas dengan tulisan tangan ia baca.

'Dear Zaver, semangat lombanya, ya! Kamu pasti menang!'

Tak ada nama pengirim. Zaver memanggil Ratu yang sedang sibuk menyisir rambutnya.

"Ganggu aja lo. Ada apaan?!" judesnya sambil duduk di kursi milik Samil, menghadap ke belakang arah Zano.

"Lo tau ini tulisan siapa?" Surat diberikan ke Ratu. Segera ia baca.

"Siapa, ya? Gue bukan ahli tafsir tulisan tangan, Ver. Nggak paham gue! Nih!" Ratu menyerahkan ke Zaver.

Now or Never ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang