Hari-hari berlalu, perbincangan soal Nugi juga ikutan berlalu, begitupun soal Nugi yang berangkat dan pulang bareng Nanda, sudah tidak ada yang membicarakan lagi, sudah bosan juga kali? Atau sudah sadar, buat apa dibicarakan.
Berangkat sekolah seperti biasa, belajar di sekolah juga seperti biasa. Bel masuk, mapel satu, mapel dua, istirahat, mapel tiga, istirahat, mapel empat dan pulang. Itu kalau tidak ada kegiatan lagi. Akhir-akhir ini Osis dan MPK lagi sering mengadakan rapat gabungan untuk pelaksanaan pemilihan Osis baru. Belum lagi ekskul yang makin rajin latihan karena akan ikut olimpiade.
Nanda sih santai, ia tidak ikut apa-apa, dulu katanya mager, eh tapi memang mager sih. Ia, Sena dan Nando yang benar-benar tidak ikut ekskul apapun. Keval ikut ekskul badminton, belakangan juga makin intens latihannya, ya karena tadi, mau ada olimpiade. Bima juga sebenarnya tergabung basket, tapi lebih sering nimbrung di MPK dulu, beres rapat baru latihan.
Lah...
Capek amat. Sudah mah keluar kelas sekitar jam setengah tiga, masih harus ada kegiatan lagi. Tidak deh.
"Langsung balik Nan?"
"Nggak, Nugi keluarnya masih nanti, gak tau ngapain tapi dia bilang keluarnya jam empatan. Lo? Basket lagi?
"Iya, tapi masih nanti. Makan dulu yuk? Mau gak? Yang lain paling nanti pada nyusul."
"Ayo deh." Nanda setuju saja, ia juga kan harus menunggu Nugi dulu. Daripada gabut cuma bengang-bengong, ya ia terima saja makan Bima.
Marcel tadi langsung rapat Osis, Keval juga langsung balik mau ngedate sama ayangnya. Nando dan Sena masih di kelas, Nando kejebak untuk piket, Sena sedang remedial. Paling nanti pada nyusul juga ke kantin.
Di kantin ternyata ada beberapa teman mereka, keduanya tinggal ikut gabung saja setelah pesan nasi dan soto. Kantin kalau di sekolah masih ada kegiatan, ya akan tetap ramai sampai sore.
Karena ramai dengan teman seangkatan jadi obrolannya pun ramai, dari soal mata pelajaran sampai isu Study Tour sekolah. Nanda ikut serunya saja, jujur ia juga penasaran dengan Study Tour itu, karena katanya mau mengunjungi beberapa kampus-kampus. Wah lumayan, pasti seru. Kalau benar jadi ada Study Tour, nanti Nanda tanyakan perizinan pada orangtuanya deh.
Makannya sebentar, ngobrolnya yang lama, saking serunya. Untung kantin sekolah ini memang luas, jadi mereka agak lama disana pun tidak perlu begitu mengkhawatirkan siswa lain tidak dapat temlat duduk. Dapat kok. Aman. Untuk jam-jam segini, kalau jam istirahat sih, jangan ditanya lah.
"Temen gue ya, anak kelas sebelas ekskul Basaha Inggris, dia tuh kan kayak suka beberapa kali papasan sama lo Nan, nah dia tuh nanyain tentang lo ke gue mulu."
"Terus respon lo?"
"Gue suruh aja, lo kalo mau kenalan langsung aja ke orangnya, jangan ke gue. Abis kayak, tiap ketemu gue tuh dia nanyain lo terus Nan. Sampe gue apal!"
Nanda tertawa, tadi di awal cerita ia sempat agak salah sangka. Kira Nanda tentang indra pendengarnya lagi, ternyata memang mau kenalan saja.
"Gak lo kasih aja nomer WA-nya Nanda?"
"Dih, jangan lah. Sedeket-deketnya gue sama orang Bim, kalo soal begitu mah gue gak mau, sebelum dapet ijin dari orangnya."
Bima cekikikan, "Tapi iya tau, banyak yang nanyain lo Nan. Dulu-dulu kan kalo nanya soal lo tuh pasti soal kuping lo kan? Nah respon gue sama lah kayak si Ridho, kalo kepo ya tanya sendiri. Nah makin kesini tuh ya, orang-orang yang nanyain lo nih konteksnya udah ngarah minta dikenalin anjir, biar bisa PDKT."
"Iya kan, Bim?! Apa-apa Nanda, dikit-dikit Nanda."
"Famous banget lo, bangsat!"
Nanda makin tertawa, kepalanya kena geplak teman di sebelahnya pun malah makin terbahak-bahak. Ya masalahnya, Nanda juga tidak tau, kalau ia sampai ditanya-tanya begitu.
![](https://img.wattpad.com/cover/366562606-288-k971978.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonflower (BL 18+) [COMPLETE]
Random❝𝑻𝒉𝒆 𝑭𝒂𝒕𝒆𝒔 𝒘𝒊𝒍𝒍 𝒇𝒊𝒏𝒅 𝒂 𝒘𝒂𝒚.❞ Orang bilang, semua akan indah pada waktunya. Entah kapan waktunya juga tidak tau. Pun, memang kata-kata begitu masih berlaku? Mungkin memang hanya sekadar kata-kata saja. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ...