Waktu itu, waktu Nanda baru pulang sehabis menjemput Gilang les menggambar, Nanda lihat di meja makan ada kotak berisi kue tart. Melihat dari logo di kotaknya, kue tart ini dari toko kue kenamaan. Entah dari siapa, tapi begitu Nanda coba intip, di sana tertera namanya. Padahal Nanda tidak sedang ulangtahun.
Nanda coba tanya Nina, karena memang ibunya yang seharian di rumah. Namun responnya, "Dari Nugi itu, dikirim kesini."
"Nuginya mana?"
"Itu dia Ibu gak tau. Padahal kayaknya itu kue yang waktu itu dia pernah cerita deh, lagi pesen kue buat kamu katanya."
"Tapi ulangtahun aku udah lewat jauh."
"Yaa kan pas kamu ulangtahun kamu di Bandung, dia mau ngerayain bareng maksudnya. Makanya pesen kuenya baru bisa pas kamu libur. Oh, itu juga tuh Kak, yang totebag item itu juga dari Nugi. Kado kayaknya."
Nanda hanya diam, ada kue, ada kado juga, tapi tidak ada pemberinya.
"Ajak kesini gih, atau kamu samperin sana."
Tidak menjawab, melirik Nina pun tidak.
"Kenapa sih? Lagi berantemin hal apa? Udah dari awal kamu pulang loh. Masa pas udah deket malah diem-dieman?"
"Aku mau mandi dulu." Nanda juga malah menghindar.
"Kak."
Karena tidak tau apa yang harus ia jelaskan pada Nina. Ini menoleh saja tetap tidak mengatakan apa-apa. Tetap diam bahkan saat melihat Nina hanya tersenyum setelah menghela napasnya dalam-dalam.
Nanda ingat ia makan kuenya hanya sebagai simbolis kalau ia sudah memakan kuenya, sisanya Gilang yang menghabisan. Kado dari Nugi yang berupa dompet itu juga sekadar Nanda simpan di lemarinya.
Ia tidak menghubungi Nugi, begitu juga sebaliknya.
Bahkan saat kini Nanda sudah mulai kuliah lagi. Tidak ada komunikasi sama sekali seakan semua sudah selesai, tidak ada apa-apa di antara mereka lagi.
Saat mau kembali ke Bandung waktu itu memang sempat ditanya Gunawan, mau menemui Nugi dulu atau tidak? Ya jawaban Nanda tidak. Ia merasa tidak perlu lagi bertemu Nugi. Nugi bukan siapa-siapa itu benar, jadi untuk apa bertemu lagi?
Sisanya hanya Nanda yang fokus kuliah, menjalani semester dua yang mata kuliahnya semakin parah. Nanda sudah mulai harap-harap ia bisa kuat dan terus melanjutkan tugasnya sebagai mahasiswa Biologi. Tidak mau pindah jurusan, tidak mau juga lulusnya molor jadi empat setengan tahun atau malah lima tahun. Tidak mau, pokoknya harus lulus empat tahun.
Mau jadi mahasiswa ambis pun gas saja.
Untuk kumpul-kumpul dengan teman-temannya masih sering, walau tidak sesering saat masih semester satu. Untuk pulang juga kalau Nanda sedang bisa pulang ya Nanda pulang. Tapi tetap tidak bertemu Nugi.
Memikirkan sampai membicarakan soal Nugi pun sudah tidak pernah. Paling Nina saja yang sempat beberapa kali tanya kabar Nugi ke Nanda, tapi ya Nanda juga tidak tau. Karena ia dan Nugi sudah putus komunikasi.
Sempat bikin khawatir, karena tidak pernah Nina lihat anak-anaknya itu bertengkar sampai begini. Kalau ribut-ribut kecil sudah biasa, ini sampai tidak bertemu sama sekali. Nina juga hanya bisa tau kabar Nugi dari Gunadi.
Memang sempat beberapa kali Nugi datang ke toko, tapi itu karena Nina yang minta datang. Tiap diajak ke rumah selalu menolak, membahas soal Nanda juga Nugi berkilah, akhirnya Nina juga menyerah, tidak bisa apa-apa lagi untuk kedua anaknya ini. Nina tidak tau kenapa, Nina juga tidak gau harus bagaimana. Jadi ya sudah, Nina hanya bisa terima saja. Gimana anak-anaknya saja. Nina tidak bisa ikut campur apalagi memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonflower (BL 18+) [COMPLETE]
Random❝𝑻𝒉𝒆 𝑭𝒂𝒕𝒆𝒔 𝒘𝒊𝒍𝒍 𝒇𝒊𝒏𝒅 𝒂 𝒘𝒂𝒚.❞ Orang bilang, semua akan indah pada waktunya. Entah kapan waktunya juga tidak tau. Pun, memang kata-kata begitu masih berlaku? Mungkin memang hanya sekadar kata-kata saja. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ...