"Apa?!?!" teriak Newt.
"Oh ayolah, Newt. Ku mohon. Beri aku satu kali saja kesempatan untuk melakukannya. Ku mohon, Newt." Pinta ku sembari membujuk Newt.
"Tak bisa Bella. Kau tak akan pernah diperbolehkan melakukannya." Newt menghelakan nafasnya. "Bukan aku saja yang melarangnya. Pasti semuanya juga."
"Huh, apa karena aku perempuan?" Newt mengangguk ragu saat mendengar pertanyaanku.
"Kenapa semua orang disini berpikiran seperti itu? Aku sama kuatnya dengan kalian. Aku tak lemah!"
"Maksudku bukan begitu, Bella. Kau tidak lah lemah." Newt menatapku dengan penyesalan.
"Kalau begitu apa alasan kau melarangku jadi runner?" aku berkacak pinggang sembari menunggu jawaban Newt.
"Tak bisa dijelaskan." Ucap Newt sembari menunduk.
"Aku sudah tahu kau pasti akan berkata begitu." Aku kecewa saat mendengar segala perkataan Newt. Aku pun pergi meninggalkan Newt. Newt hanya memandangku dengan menyesal
***
Selama beberapa hari disini, aku tak pernah absen untuk memandangi dinding-dinding pembatas yang mengelilingi glade. Aku masih penasaran dengan apa yang ada diluar sana. Seseram apakah Griever itu? Aku yakin aku pasti bisa menakluki nya.
"Jadi, ku dengar ada gosip yang mengatakan bahwa kau ingin jadi runner." Aku menoleh saat mendengar suara yang familier. Itu adalah suara Thomas.
"Secepat itu kah kabar itu tersebar?" tanya ku pada Thomas.
"Yah bisa dibilang begitu. Ada yang mendengar kau berbicara dengan Newt dan kabar itu langsung tersebar dari mulut ke mulut." Ucap Thomas sembari duduk disebelahku.
"Ternyata anak laki-laki juga suka bergosip. Aku tak menyangka." sindirku. Thomas hanya tertawa mendengarnya.
"Yah, perempuan dan laki-laki kan sama saja." Ucap Thomas sembari tertawa. Aku hanya tersenyum mendengar Thomas.
"Kau yakin ingin jadi runner?" tanya Thomas. Aku terkejut mendengar perkataan Thomas. Apakah ia akan mendukungku menjadi runner?
"Kau mendukung ku atau ingin melarangku seperti yang lain?" ucap ku sarkastik.
"Yah mungkin keduanya." Thomas mengangkat kedua bahunya. "Kau benar ingin jadi runner?" aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Thomas.
"Kau punya ambisi yang sangat kuat," ucap Thomas sembari memandangku "Sama seperti ku dulu." Lanjutnya. Aku termenung saat mendengar perkataan Thomas. Apakah awalnya ia juga dilarang untuk menjadi seorang runner?
"Biar kutebak, apakah kau dulu juga mempunyai nasib yang sama sepertiku?" tanya ku pada Thomas. Thomas mengangguk sebagai jawaban.
"Lalu, kenapa kau bisa menjadi seorang runner? Sedangkan aku tidak." Ucap ku sedih. Aku menatap Thomas dan aku melihat ada rasa iba dimatanya.
"Ceritanya panjang." Thomas menundukkan kepalanya. Ia memandangi sepatunya yang tampak usang, mungkin karena terlalu banyak dipakai untuk berlari. "Jika itu mau mu untuk menjadi seorang runner, aku akan mendukungmu."
"Benarkah??" tanyaku tak percaya.
"Ya. Aku bersungguh-sungguh akan mendukungmu." Aku terkejut sekaligus senang saat mendengar perkataan Thomas. Akhirnya ada yang mendukungku untuk menjadi seorang runner.
***
Thomas tidak berbohong. Ia benar-benar membantu ku. Malam ini Thomas mengumpulkan seluruh gladers untuk berkumpul. Thomas meyakinkan Newt untuk mengadakan rapat singkat tentang kelanjutan hidupku di Glade.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not The Last One [COMPLETED]
FanfictionAku gadis-gadis satu nya di Glade. Tak ada gadis lain selain aku. Hanya aku gadis satu-satu nya diantara para anak laki-laki ini. Apa yang terjadi? Dimana aku? Mengapa aku tak mengingat apapun selain namaku? Sebelum Teresa datang ke Glade, Ia sudah...