Aku meregangkan otot-otot ku yang kaku. Aku sangat lelah hari ini. Bayangkan saja, aku seharian bekerja di dapur bersama Frypan dan yang lainnya.
Aku sangat tak suka dengan pekerjaan dapur. Alby bersitegas kalau aku harus bekerja di dapur karena aku perempuan. Aku memang perempuan, tapi aku tak menyukai urusan masak memasak.
Para Gladers yang lain sedang menikmati makan malam mereka. Aku hanya duduk dan beristirahat di Homestead. Aku tak ingin bergabung bersama mereka. Aku hanya mau menenangkan diriku disini.
Aku menatap salah satu dinding pembatas glade dengan maze. Dinding tersebut tampak gelap dan kokoh. Aku penasaran bagaimana keadaan diluar glade ini. Keadaan di dalam Maze, apakah sangat berbahaya?
"Hei Greenie! Kau tak makan malam?" sebuah suara yang kasar menegurku. Aku mengalihkan pandanganku melihat siapa yang menegur. Yup, itu si tuan congkak dan kasar, Minho.
"Tidak. Aku tak lapar." ucap ku tak kalah kasar dari nya. Minho hanya mengerutkan dahinya dan menghampiri ku. Ia pun duduk disampingku. Aku otomatis menjauh saat ia mendekat. Aku sangat muak dengan kekasaran dan kecongkak-an nya.
"Ini untuk mu. Cepat makan!" Minho menyodorkan semangkuk sup padaku. Aku hanya menatap nya dengan bingung.
"Sejak kapan si tuan congkak bisa sangat perhatian?" aku tertawa mengejek Minho. Minho hanya menatapku sinis. Ia tampak tak senang dengan ejekanku.
"Hei, kalau kau sakit nanti semuanya ikut susah." Ia kembali menyodorkan sup tersebut. "Cepat. Nanti keburu dingin." Aku pun mengambil sup dari tangan Minho.
"Terima kasih." ucapku sembari mengaduk-aduk sup yang masih panas ini.
Aku makan dengan lahap dan tergesa-gesa. Aku memang lapar tapi aku sedang tidak mau bergabung dengan yang lain.
Minho tertawa melihat tingkahku. Aku hampir lupa kalau ia masih duduk disebelahku. Aku hanya bisa memandangnya sinis.
"Kalau makan pelan-pelan. Nanti kau bisa tersedak." tegur Minho sembari memberikan ku segelas air.
"Apa urusannya dengan mu?" Aku mengambil gelas dari Minho dan langsung meminumnya. Aku terlalu terburu-buru hingga aku tersedak saat meminum. Minho tertawa geli melihatku tersedak.
"Apa ku bilang. Makanya kalau dikasih tahu nurut dong." Minho memukul punggung ku perlahan untuk membantu ku berhenti tersedak.
"Iya maaf. Uhuk..." aku masih terbatuk-batuk karena tersedak. Rasanya sangat tak enak saat aku tersedak. Terasa seperti ada sesuatu yang mengganjal di kerongkonganku.
Sesuai perintah Minho, aku pun menghabiskan makananku secara perlahan-lahan. Beberapa menit kemudian mangkuk ku sudah kosong. Aku sangat kekenyangan memakan sup buatan Frypan. Tak diragukan lagi, masakan Frypan selalu sedap dan nikmat.
"Bagaimana pekerjaanmu tadi siang?" tanya Minho.
"Membosankan." ucapku sembari menegak air minumku. Minho tertawa mendengar ucapanku.
"Ya, bekerja di dapur lebih baik daripada harus bekerja diluar glade. Itu menurut ku." Aku hanya menatap Minho. Huh, dia tak tahu rasanya bekerja di dapur.
"Coba kau bayangkan, aku setiap hari harus memutari labirin-labirin konyol itu. Kau tahu? Itu cukup memusingkan." ucap Minho lagi.
"Kau tidak suka jadi runner?" tanya ku yang membuat Minho terkejut.
"Tentu saja aku suka." Jawab Minho sembari tertawa. "Bisa dibilang, nasib kalian semua bergantung pada runner. Kami lah yang mencari jalan keluar dari tempat ini."
"Kalau begitu aku bisa jadi runner?" ucapku tiba-tiba. Minho berhenti tertawa saat mendengar ucapanku. Ia menatap ku lekat-lekat.
"Tidak bisa!" ucap Minho ketus. Ia berdiri untuk pergi dari Homestead. Aku pun mengejarnya. Berusaha untuk menghentikannya.
"Hei Minho! Tunggu! Aku memang perempuan, tapi aku bisa menyeimbangkan keadaanku di antara kalian." Aku menghalangi jalan Minho. "Aku bisa berlari dengan cepat dan aku juga tak takut pada apapun."
"Itu berbeda, Isabella!" bentak Minho. Aku hanya memandangnya terkejut.
"Apa karena aku perempuan aku tak bisa jadi runner?! Perempuan ataupun laki-laki itu sama saja Minho!" Aku berteriak pada Minho.
Aku sangat kesal pada Minho. Mengapa ia selalu melarangku menjadi seorang runner? Ia tak memiliki hak apapun untuk mengatur-atur ku. Ia bukan siapa-siapa ku.
Minho memandangku dengan tatapan lelah. Mungkin ia sudah capek menghadapi tingkahku yang keras kepala.
"Dengar, Isabella," Minho memegang pundak ku dengan kedua tangannya. Ia memandangku lekat-lekat. "Ada alasan lain aku melarangmu menjadi seorang runner."
"Tapi Minho---"
"Sudah, aku tak mau membicarakan omong kosong ini lagi." Minho pun berjalan keluar Homestead dan meninggalkan ku.
-------------------------------------------
A/N : Hai Shanks (?) Maaf ya baru bisa dilanjut ceritanya sekarang. Terima kasih ya udah setia menunggu dan baca She's Not The Last One. Jangan lupa Vote dan Comment ya kawan-kawan! Oh iya, selamat berpuasa juga ya bagi teman-teman yang muslim.
God bless you, kawan-kawan ☺☺
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not The Last One [COMPLETED]
FanfictionAku gadis-gadis satu nya di Glade. Tak ada gadis lain selain aku. Hanya aku gadis satu-satu nya diantara para anak laki-laki ini. Apa yang terjadi? Dimana aku? Mengapa aku tak mengingat apapun selain namaku? Sebelum Teresa datang ke Glade, Ia sudah...