Aku terkejut mendengar jawaban Minho. Minho? Menyukai ku? Ada suatu perasaan aneh yang bergejolak dihati ku. Aku tak bisa menjelaskannya apakah itu senang, bangga, takut, atau lainnya.
"Sudah kuduga." Newt tertawa pelan. "Aku tahu kau berusaha melindunginya, kan?" Minho terdiam lama. Tak menjawab pertanyaan Newt.
Aku mencoba memandang wajah Minho dalam kegelapan. Aku tak pernah melihat ekspresi Minho saat ini. Aku tak pernah melihat ekspresi kerasnya yang memudar."Jika kau tahu kalau aku ingin melindunginya, mengapa engkau membiarkan nya menjadi runner?" ucap Minho.
"Karena jika kau menyukainya, kau juga harus mendukung keinginannya. Tidak hanya melindunginya dengan sifat egois mu itu." ucap Newt menyindir Minho. Ku kira Newt tidak akan menyindir orang lain.
Minho tampak terdiam sejenak. Mungkin ia sedang mengatur kata-kata untuk membalas perkataan Newt. Selang beberapa detik akhirnya Minho mengangkat kepalanya. Ia memandang Newt dengan senyuman.
"Tunggu Newt. Apakah kau juga sama dengan ku? Apa kau menyukainya?" Minho tampak tersenyum puas saat kata-kata itu keluar dari bibirnya. Aku memandang Newt yang juga tersenyum.
"Coba kau cari tahu sendiri." Jawab Newt sembari meninggalkan Minho. Minho memandang kepergian Newt. Minho tampak sangat kesal dengan sikap Newt. Ia hanya bisa mengumpat pelan saat Newt pergi.
***
Suara lembut membangunkan ku dari tidur nyenyak ku. Aku terbangun dan melihat siapa yang membangunkan ku pagi-pagi sekali. Itu Thomas. Ia tampak tersenyum memandangku yang baru bangun dari tidur.
"Ada apa? Ini masih pagi." ucap ku dengan nada mengantuk.
"Kau tidak ingat ini hari apa?" tanya Thomas. Aku hanya menggeleng menjawab pertanyaannya.
"Ayolah Isabella! Ini hari uji coba mu menjadi runner!" teriak Thomas sembari mengguncang-guncang pundak ku.
"Ya ampun! Aku lupa! Aku akan segera bersiap-siap. Terima kasih sudah membangunkanku." ucap ku bersemangat. Thomas tertawa kecil melihat tingkah ku.
"Cepatlah bersiap-siap. Aku akan menunggu mu di luar." ucap Thomas sembari meninggalkan ku. Aku pun mengangguk dan segera bersiap-siap. Aku tidak boleh mensia-siakan hari pertama ku ini.
Hanya butuh waktu 5 menit untuk bersiap-siap. Aku segera berlari keluar home stead dan menghampiri Thomas dan Minho yang sedang menunggu ku. Sepertinya aku terlalu lama membuat mereka menunggu.
"Maaf lama menunggu." ucap ku pada Thomas dan Minho.
"Tidak apa-apa Isabella." ucap Thomas sembari tersenyum.
"Apa kau sudah siap?" tanya Minho. Aku menatap Minho dan mengangguk. Aku cukup senang karena akhirnya Minho mau berbicara lagi denganku.
"Kita akan berlari secara berurutan. Thomas kau lari pertama. Lalu Isabella ditengah dan dideret terakhir aku." Minho menjelaskan. Aku dan Thomas mengangguk mendengar penjelasannya. "Ayo kita mulai." ucap Minho.
Thomas berlari memasuki maze lalu disusul dengan diriku dan Minho dipaling belakang. Dapat ku rasakan jantungku berdetak sangat cepat saat berlari mengelilingi dinding-dinding maze.
Jadi inilah maze, tempat para grievers tinggal. Di sini sangat gelap dan lembab. Dinding dinding maze dipenuhi dengan tumbuhan yang merambat. Ini cukup menyeramkan bagiku.
Semakin lama kami semakin jauh memasuki maze. Semakin menyeramkan juga keadaan disini. Dapat ku dengar suara-suara yang menakutkan. Mungkin itu suara para Grievers. Beruntungnya kami ini masih pagi, jadi Grievers tidak akan keluar dari kandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not The Last One [COMPLETED]
FanfictionAku gadis-gadis satu nya di Glade. Tak ada gadis lain selain aku. Hanya aku gadis satu-satu nya diantara para anak laki-laki ini. Apa yang terjadi? Dimana aku? Mengapa aku tak mengingat apapun selain namaku? Sebelum Teresa datang ke Glade, Ia sudah...