Newt melepaskan ciumannya saat hantaman tinju mendarat di pipinya. Itu Minho. Minho meninju Newt. Aku terkejut sekaligus lega saat Minho datang. Minho tampak sangat marah sekarang. Aku tak pernah melihat Minho memukul siapa pun. Sekarang ia sudah membuat Newt jatuh tersungkur karena pukulannya.
"Bloody hell, Newt!! Apa yang kau lakukan pada Isabella!?!?" teriak Minho marah.
Newt berusaha bangun sembari memegang pipinya yang lebam. Ia menatap Minho lekat-lekat. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya pada Isabella." ucap Newt sembari tersenyum. Amarah Minho semakin menjadi-jadi saat Newt mengatakan hal itu.
Minho mendorong Newt hingga Newt menabrak dinding. Aku berteriak berusaha menghentikan amarah Minho. Namun Minho tak menghiraukan ku. Ia sedang dikuasai dengan amarah.
"Berani-berani nya kau, Shuck Face!" Minho memegang kerah baju Newt. Newt hanya tersenyum melihat Minho.
"Ya Minho. Aku menyukai Isabella sama seperti mu." wajah Minho memerah saat Newt mengucapkan hal itu. Newt hanya tersenyum puas melihat Minho. "Setidaknya aku berani mengutarakan nya. Tidak seperti mu." ucap Newt. Minho semakin dipenuhi dengan amarah. Ia meninju pelipis Newt. Wajah Newt semakin babak belur dibuatnya.
"Cukup Minho!! Ku bilang Cukup!!" teriak ku pada Minho. Minho berhenti memukuli Newt saat mendengar teriakanku. Aku pun segera berlari ke arah Newt yang jatuh tak berdaya. Wajah Newt dipenuhi dengan luka dan darah segar yang mengalir dari pelipisnya.
Minho menatap Newt dengan kebencian. Amarah masih sangat terpanjar dari dirinya. Aku tak pernah melihat Minho yang seperti ini. Minho yang dipenuhi dengan api kemarahan.
"Apa yang kau lakukan, Minho!? Kau tidak seharusnya memukul Newt!?" teriakku marah pada Minho.
"Aku berusaha menyelamatkan mu dari bajingan ini!" teriak Minho. Aku terdiam mendengar Minho. "Kau tidak perlu mengasihaninya, Isabella!"
"Tapi kau tidak perlu memukulinya, Minho!" teriakku sembari menangis. "Lihat apa yang kau perbuat pada Newt!" Minho terdiam melihat Newt. Ku harap amarah Minho sudah mereda. Aku menyeka darah yang mengalir dari pelipis Newt. Newt tampak sangat lemah.
Beberapa Gladers masuk saat mendengar keributan yang terjadi. Mereka terkejut melihat Newt yang tak sadarkan diri. Mereka semua mengerubungi kami, penasaran dengan apa yang terjadi.
"Apa yang terjadi disini?" tanya Gally pada Minho.
"Cepat panggil Med-jacks. Newt perlu diobati." ucap Minho sembari meninggalkan kerumunan Glader yang mengelilingi nya.
-----------------
Aku duduk disamping Newt yang masih terbaring lemah. Sudah dua jam ia tidak sadarkan diri. Wajah Newt dipenuhi dengan luka dan memar. Ia tidak tampak seperti Newt yang biasanya. Ia sangat berbeda.
Sejak kejadian tadi, Minho tidak menampakan dirinya sama sekali. Orang-orang tidak tahu kemana ia pergi. Aku juga tak perduli lagi dengannya. Sampai sekarang aku masih tidak menyangka Minho akan memukul Newt.
Lamunan ku buyar saat mendengar suara erangan Newt. "Isabella." panggilnya lemah. Newt membuka matanya perlahan-lahan. Aku pun tersenyum melihatnya.
"Ya. Aku disini Newt. Syukurlah kau sudah sadar." Aku menggenggam tangan Newt. Newt tersenyum melihatku. "Aku akan memanggil yang lain. Mereka semua sangat khawatir padamu, terutama Thomas. Tunggu sebentar ya." Aku beranjak bangun dari tempat duduk ku hingga Newt menarik lengan ku.
"Jangan pergi, Bella. Tetaplah disini." pinta Newt. "Temani aku untuk beberapa menit saja, kumohon." Aku terpaksa mengangguk menuruti permintaan Newt.
Aku kembali duduk disebelah tempat tidur Newt. Newt hanya memandangiku sedari tadi. Tatapannya tak pernah lepas dari ku. Kami hanya terdiam. Tak bicara satu sama lain.
"Apa keadaan mu sudah sedikit membaik?" tanya ku memecahkan keheningan. Newt hanya mengangguk. "Syukurlah." ucap ku sembari tersenyum.
"Kau sangat cantik saat tersenyum." Aku membeku saat Newt mengucapkan hal itu. Mungkin saat ini pipiku sudah sangat merah. Sangat merah seperti warna tomat. "Itulah alasanku menyukai mu. Kau sangatlah cantik." ucap Newt sembari tersenyum. Aku hanya menundukan kepalaku. Aku tak ingin Newt melihat pipi ku yang memerah karena malu.
"Maaf karena aku tiba-tiba menciummu." Suara Newt memelan saat mengucapkan kata-kata itu. Ia sepertinya sama malu nya seperti ku. "Sebenarnya aku tidak bermaksud melakukannya. Maafkan aku."
"Sudah, Newt. Tak usah dibicarakan lagi." Aku berusaha tersenyum. Aku memang tidak ingin membicarakan hal itu lagi. Aku ingin secepatnya melupakan hal itu. Aku tidak ingin mengingat kejadian saat Minho memukul Newt.
"Aku butuh jawaban mu, Isabella. Apa kau juga mempunyai rasa yang sama dengan ku?" aku terhenyak mendengar perkataan Newt. Aku tidak tahu ingin mengatakan apa. "Isabella, jawab aku." ucap Newt.
"Aku tidak tahu." ucapku sembari menggeleng. Aku masih tidak tahu bagaimana perasaan ku pada Newt. Aku masih belum yakin. Detakkan jantung ku saat berada disamping Newt tidak sebesar detakan jantungku saat berada di samping Minho. Apakah itu tandanya aku lebih menyukai Minho daripada Newt?
"Apa ini semua karena Minho?" tanya Newt. Aku semakin terkejut mendengar pertanyaan Newt. Bagaimana ia bisa tahu kalau aku memikirkan Minho? Apakah ia bisa membaca pikiranku? "Kau juga menyukai nya 'kan?" tanya Newt.
"Kurasa aku perlu memanggil yang lain. Aku sudah terlalu lama berada disini. Maafkan aku Newt. Kita bahas saja lain kali." ucapku mengalihkan pembicaraan. Aku tidak ingin terjebak diantara semua pertanyaan Newt. Aku harus pergi dari sini.
Aku pun beranjak pergi meninggalkan Newt. Tetapi langkah ku terhenti saat Newt mengatakan hal itu. Hal yang tak ingin ku dengar. "Aku akan tetap menyukai mu, Isabella. Aku akan membuatmu menyukai ku." ucap Newt penuh keyakinan. Aku tidak menatap Newt dan terus berjalan pergi.
--------------
A/N: Hai! Terima kasih ya udah baca dan Vomments. Senang sekali sekarang penggemar TMR Series makin banyak (^.^) hihihi. Jangan lupa vomments ya di chapter ini. Hihihi
Foto di Chapter ini!! Ya ampun!! Ya Ampun!! Membuat hati teriris-iris! NEWTIE CUTIE CRANKY IN DA BOOTY!!! (?)
Oh ya, yang terakhir Selamat Hari Raya Idul Adha ya bagi teman-teman yang merayakan! Hihihi.
Oke, God bless you, Shanks!! (^.^)
BTW, Ansel Elgort lagi ada di Kampung ku!!! Di Bali!! Wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not The Last One [COMPLETED]
FanfictionAku gadis-gadis satu nya di Glade. Tak ada gadis lain selain aku. Hanya aku gadis satu-satu nya diantara para anak laki-laki ini. Apa yang terjadi? Dimana aku? Mengapa aku tak mengingat apapun selain namaku? Sebelum Teresa datang ke Glade, Ia sudah...