Happy Reading🌻
***
Setibanya di rumah, Mama Hana menunggu Hana pulang, seperti rutinitas hari-hari biasanya, Hana akan bercerita dengan Mamanya selepas pulang sekolah.
"Ma, hari ini pembagian tugas, siapa yang mau jadi petugas buat jum'at besok," sapa Hana langsung dengan cerita.
"Kelas 9C yang giliran buat jadi petugas?" tanya Mama, memastikan.
"Iya, terus tadi Pak Zidan nunjuk aku buat jadi petugas ceramah," aku Hana, riang.
"Terus?" kata Mama tak sabar, matanya menatap Hana intens.
"Terus aku mau, tapi milihnya yang bahasa Indonesia, biar gak usah ngapal lagi soalnya udah hapal," jelas Hana.
"Ceramah yang dipake pas kelas tujuh?" tanya Mama, ia masih ingat jika waktu kelas 7 Hana pernah membuat ceramah.
"Iya, tadi Pak Zidan langsung nunjuk, gak nanya siapa yang mau, padahal kalo yang lain ditanya dulu, siapa yang mau? ada yang ngajuin diri enggak?" kata Hana meniru nada bicara Pak Zidan.
"Ceramah yang bahasa Inggris sama bahasa Arabnya siapa?" tanya Mama, lagi.
"Bahasa Inggris Fira, kalo bahasa Arabnya Kia. Tadi tukeran gitu, asalnya Kia yang bahasa Inggris, terus Fira bilang, mending kamu bahasa Arab aja, biar nanti saya yang bahasa Inggris, gitu." terang Hana.
"Pak Zidan guru mata pelajaran apa?" sahut Mama bertanya.
"Bahasa Indonesia, kenapa Ma?" balas Hana, kemudian bertanya di akhir kalimatnya.
"Berarti Pak Zidan tau kalau kamu bisa," tutur Mama sembari tersenyum kecil.
"Yaa pas itu pernah sih ada tugas ceramah sama Pak Zidan," timpal Hana acuh tak acuh.
"Terus kan yang lain ada nama cadangannya, tapi kalo yang ceramah bahasa Indonesia gak dikasi nama cadangan, terus namanya dibuletin gitu, yang lain ma engga," lanjut Hana bercerita.
"Terus?" Mama memandang Hana penuh arti.
"Terus Luna bilang, kamu kan anak kesayangan, nadanya sinis gitu, mukanya juga keliatan kalo gak suka, Nesya juga setuju sama Luna, tapi bedanya kalo Nesya biasa aja cuma ngeiyahin," Hana berbicara dengan nada sinis seperti Luna.
"Emang kamu deket sama Pak Zidan? Bukannya Pak Zidan itu wali kelas kamu?" tanya Mama penasaran.
"Iya, tapi gak tau, aku gak ngerti definisi deket sama guru itu gimana, soalnya yang deket sama guru kan osis," balas Hana seadanya.
"Ya soalnya osis itu kan babunya sekolah, yang jadi osis itu pengen tenar," Mama memberi pengertian.
"Lah? Gak jadi osis kalo pinter ma ya bakal tenar juga, lagian jadi osis juga gak ngaruh ke nilai, kalo bagi rapot ya hasil siswa, bukan hasil rekayasa," kata Hana cuek.
"Iya, makanya pas itu Bu Gita bilang apatu gara-gara kamu gak jadi osis?" Mama bertanya.
"Setrek. Pas Bu Gita nanya kenapa gak jadi osis? Terus aku jawab, gak tertarik dan gak berminat Bu," ujar Hana meniru nada bicara Bu Gita, guru pembimbing saat ia akan ikut lomba KSM Matematika tingkat kota.
"Iya, kalo Luna gak suka gapapa, biarin aja gak udah diladenin," Mama menasehati dengan lembut.
"Iyaa, siapa juga yang suka ngeladenin," kata Hana dengan nada kesal yang kentara.
"Senyumin aja," tutur Mama yang melihat Hana kesal.
"Iya Mamaa," balas Hana jengah.
"Yauda, kalo gitu semangat buat nanti jadi petugasnya, ganti baju dulu baru makan gih, Mama udah masak," perintah Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibuku Sahabatku (On Going)
Подростковая литератураApa yang ada dipikiranmu jika mendengar "Gadis Cupu"? Gadis yang diam saja dan pasrah saat dibully, namun disisi lain dia juga menjadi salah satu siswa berprestasi dan mengharumkan nama sekolah. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang membullynya? M...