YoOw what's up guys?
welcome back!Attetion please...
I'ts Aul here, pemilik akun ini. Boleh dong di follow and vote jika suka, agar Aul makin semangat buat lanjutin ceritanya.
Boleh komen jika terdapat typo atau masalah lainnya dalam cerita.
⚠️ Karya ini adalah ide murni dari pikiran sendiri⚠️
Anyway.. jam berapa di sana kalian baca chapter ini?
For you, terima kasih sudah mampir. Hope all enjoy it, and happy reading!
................................𓏲࣪◜𖤐................................
Keesokkan paginya
Aku hendak kembali ke dapur setelah sarapan, menyiapkan bekal makan siang untuk di sekolah. Gerakanku terhenti, karena mendengar samar percakapan ayah dan bunda di gudang.
"Katanya, mereka sudah kembali. Bagaimana jika Efla bertemu dengannya?" Itu suara bunda, aku tersentak saat bunda mengatakan namaku. Apa yang mereka bicarakan?
Tanganku berhenti menyiapkan bekal. Sepertinya ini cerita yang menarik, aku harus fokus mendengarkannya.
"Abang tau. Kata orang, mereka tinggal di area Stabat. Tidak mungkin karena mereka kita pindah rumah, kan?"
Aku semakin antusias, mulutku ternganga. Masalah apa yang dibicarakan kedua orangtuaku sekarang? Sampai ingin pindah rumah?
"Jangan pindah dulu, Bang. Kita selesaikan dulu sekolah Keyna, dia masih kelas lima. Setidaknya kita tamatkan dulu dia sekolah, karena sayang sekali jika kita langsung pindah." ucap bunda.
"Kalau begitu, sama dengan Efla. Dia sudah masuk SMA. Jika kita menunggu Keyna tamat, itu membutuhkan selama dua tahun kita berada di sini. Dan saat itu Efla mau naik kelas dua belas, nanggung sekali. Kita harus tetap waspada dan menjaga mereka sampai tamat sekolah. Terutama dengan Efla."
Mataku membelalak, kepalaku tiba-tiba pusing. Ada apa dengan masalah itu? Ada apa dengan diriku? Tanganku mencengkram meja makan menahan tubuhku untuk tetap berdiri tegak.
Keningku berkerut, mataku berpindah ke satu objek ke objek lainnya. Rasa bingung ini semakin menggila.
Pintu ruangan belakang pun terbuka. Ayah keluar lebih dulu lalu diikuti oleh bunda. Kulihat mereka memasang wajah cemas, tetapi wajah itu langsung berubah setelah melihatku berdiri didekat meja.
"Lah, ada kakak ternyata, lagi ngapain?" Bunda bertanya sedikit salah tingkah.
"Oh, eum.. iya nih, lagi nyiapin bekal." aku berusaha terlihat seperti biasanya, semoga mereka tidak sadar bahwa aku menguping mereka sejak tadi.
Syukurlah mereka sudah pergi melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Bunda kembali ke kamar, sedangkan ayah ke luar teras.
Bekalku sudah siap, tinggal mengenakan seragam dan memakai sepatu. Sedangkan adikku Keyna, dia masih makan di depan tv. Anak itu memang sangat lama jika hendak pergi sekolah. Dia malah bersantai-santai selepas makan. Bukannya bergegas mandi, malah lanjut menonton.
"Key! Cepetan mandi nanti kakak terlambat!" ketusku sambil menyisir rambut.
"Sabar, lah." dih, dia malah melawan. Anak itu masih duduk manis tidak menoleh sekalipun, bahkan tidak bergerak.
Sebelum aku berkata lagi, ayah tiba-tiba muncul dari belakang. "Heh, jangan ribut-ribut." aku kaget sedikit, tapi mungkin ini kesempatanku untuk mengadu kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another People
Teen Fiction"He fell first, she fell harder, and he fell hardest." Kara Efla, seorang gadis sederhana yang di takdirkan untuk kehilangan sepenggal ingatannya akan sahabat lama. Raythan Sabra, anak tunggal kaya raya yang diperintahkan oleh ibunya untuk menjalani...