Attention everyone!It's me Aul! Back again in Another People story..
Hanya ingin mengingatkan bahwasanya, karya ini adalah ide murni dari pikiran sendiri yaaawh. Dan.. area ini kawasan tanpa mengcopy ataupun dicopy‼️
So.. happy reading guys🙌🏻
................................𓏲࣪◜𖤐................................
Baiklah, dia masih setia mengekoriku selama perjalanan setelah keluar dari angkot.
Argh!
Anak ini benar-benar begitu nekat. Kalo aku jadi dia, ya kali sampai begini ceritanya mau itu demi misi atau dibayar berapapun. Harga diri turun drastis, percaya deh. Nih anak nggak ada segan-segannya, alias sudah gila.
Aku mengeluh keras. Arbas betul keras kepala melebihi kerasnya batu. Walau kata orang sekeras batu pun bisa bolong terkena rintik hujan, tapi yang ini kagak. Beda banget, kayak batu purba.
Dia melangkah lebih cepat menyamakan posisinya agar sampai di sisiku. Malah berdecak memberikan kode seakan dia berada di situ.
Memang aku berpura-pura tidak menganggapnya ada di sini. Biarin saja biarin, biarin dia celingukan karena dikacangi.
Aku mulai menginjak tangga satu persatu menuju ke lantai dua. Ruangan bunda sama seperti kemarin, untunglah tidak berpindah-pindah. Aku mempercepat langkah, agar si resek ini kebingungan.
"Hei hei, kamu kenapa sih?" tanya Arbas sedikit bersungut-sungut.
"Ya, jelas kamu yang kenapa," sindirku menoleh ke belakang dengan tatapan tajam. Nih anak nggak ada takut-takutnya sama sekali. Inikan termasuk privasi.
Sesaat sampai di depan pintu ruangan inap bunda, aku menghentikan langkahku dan berbalik menatapnya sinis. Diam-diam wajahku menciptakan ekspresi penuh kemarahan. "Kamu jangan masuk ke dalam. Atau nggak, aku nggak mau lagi pulang bareng samamu." ancamku sebelum sempurna mengetok pintu dan masuk ke dalam. Supaya dia berhenti mengikutiku. Walaupun sebenarnya memang dari dulu aku nggak mau pulang bareng dengannya.
Lantas satu alis tebal milik lelaki itu terangkat, "Emang dasarnya kamu nggak mau pulang bareng, bukan? Ayolah, Fla. Aku ingin bertemu bundamu sekalian. Kamu nggak bawa apa-apa untuknya, kan? Kebetulan aku punya sesuatu untuk bundamu, sebagai buah tangannya. Jadi, kamu beruntung ada aku." timpalnya sambil membuka tasnya dan menunjukkan isi yang ia bawa.
Lihatlah, terdapat bungkusan roti beserta selainya di dalam tas itu. Seakan dia sudah merencanakan ini semua. Dan yang paling aneh lagi, sejak kapan ia membawa ini?! Pasti ada yang tidak beres!
Emang sih, aku lupa membawa buah tangan untuk bunda. Menjenguk orang sakit harus bawa sesuatu, ya?
Karena tadi memang mendadak banget ayah memberitahuku untuk menemani bunda di rumah sakit. Nggak terlintas di kepalaku untuk membawa sesuatu. Dan sekarang malah Arbas siap sedia memberikannya. Si resek ini kok bisa se-kebetulan itu, sih? Apa jangan-jangan dia sudah merencanakan semua ini? Tapi aku saja tidak pernah memberitahu siapapun bahwa bundaku sedang sakit. Apa jangan-jangan Arbas bisa melihat masa depan?Aduh! Pikiranku sudah entah kemana-mana. Nggak ada kerjaan banget mikirin Arbas.
Aku menyerah.
Kami sudah di ambang pintu dan mulai melangkah masuk. Dia berhasil ikut masuk dengan perasaan senang.
Bunda terlihat sedang menonton tv sambil berbaring. Saat ia menatapku, wajahnya terlihat antusias dan senang akan kehadiranku. Aku tersenyum dan menyalami bunda lalu mengambil kursi plastik dan duduk di samping ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another People
Teen Fiction"He fell first, she fell harder, and he fell hardest." Kara Efla, seorang gadis sederhana yang di takdirkan untuk kehilangan sepenggal ingatannya akan sahabat lama. Raythan Sabra, anak tunggal kaya raya yang diperintahkan oleh ibunya untuk menjalani...