Chapter 14

41 29 6
                                    

Attetion everyone!

Spam vote, share ke teman-temanmu! Karena makin kesini ceritanya makin seruuuuw!!

Anw, for those of u who have followed this story from the beginning until now, I just wanna say thank u very much! May ur life be blessed🌷🌷🌷

Hope all enjoy it, and happy reading!

................................𓏲࣪◜𖤐................................

Ayah mengantarku ke sekolah lewat jalan pintas setelah mengantar Keyna dengan selamat. Sesuai janjinya, aku berseru happy di ujung kereta. Akhirnya aku bisa merasakan kedamaian dari jalanan gang yang rusak. Walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama, siapa peduli? Asalkan pantatku tidak sakit.

Kebetulan juga hari ini kami lebih cepat bangun dan bersiap pergi ke sekolah, tidak masalah jika kami sekali-kali lewat jalan pintas ini.

Namanya jalan pintas seharusnya cepat sampai, yekan? Tetapi yang ini berbeda.

Setelah keluar dari jalan pintas, kembali ke jalan yang aku kenal. Ternyata jalan ini menuju ke sekolah lewat dari belakang.

Dan yang paling menarik, kami melewati perpustakaan yang biasanya aku datangi setiap akhir pekan. Untuk meminjam dan mengembalikan bukunya. Aku baru tahu, ternyata perpustakaan ini tidak terlalu jauh jaraknya dari sekolah. Kalau tahu begini, mulai sekarang aku akan rajin pulang sekolah singgah ke sana, untuk meminjam novel lebih giat lagi.

Sampai sekolah, aku turun dari kereta dan tak lupa mencium punggung tangan Ayah. Hari yang cerah, semoga tidak terjadi apa-apa.

"Eflaa!" seruan dari belakang hingga berada di sampingku. Suara yang amat kukenal, tidak mungkin kau tidak tahu bukan?

Sebagai jawaban, aku hanya menoleh dan mengerutkan kening tanda tanya mengapa ia memanggilku pagi-pagi buta? Alhasil kami berdua jalan di lorong bersamaan, "Nggak ada, cuman miskol.." apaan tadi? Oh, untuk apa aku heran pada sosok yang bernama A-R-B-A-S. Tentu saja dia hanya mau membuat kejahilan kecil setiap pagi.

Ck, sok asik banget tuh orang. Sabar sabar ... Dihari yang cerah dan segar kayak gini, nggak boleh marah-marah.

Cowok itu kembali membuka suara lagi setelah kelang beberapa menit keheningan melandanya, "Hei, jangan lupa nanti pulang bareng, ya?" Bujuknya lalu berjalan dengan langkah lebih cepat. Meninggalkanku di belakang dan segera masuk ke kelas.

Mau aku jawab iya ataupun tidak, dia pasti selalu saja pulang bareng denganku. Tidak peduli berapa lamapun aku keluar dari sekolah ini. Ia pasti sudah menunggu di depan gerbang, atau tidak ... Di simpang pemberhentian angkot.

Bagaimana supaya kami tidak pulang bareng? Pasalnya aku kesal suka di ikuti seperti itu.

...

Tringg ... Tringg ...

Bel berbunyi dengan alunan merdu mulai memasuki seluruh ruangan. Pulang sekolah, tepat pada waktunya semua murid berlari heboh keluar area sekolah.

Hari ini aku tidak piket. Pulang cepat sangat menyenangkan, namun ada satu hal yang akan kulakukan.

Ini adalah kesempatan emas untuk menghindar dari 'virus A-R-B-A-S'. Aku mengendap-endap keluar dari sekolah dan mulai berjalan setengah berlari mengarah ke belakang sekolah.

Another People Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang