Attetion everyone!
One more I tell you that.. Karya ini adalah ide murni dari pikiran sendiri. Tidak ada kata copy or mengcopy!
If u really a readers, klik tombol vote sebagai apresiasiku untuk melanjutkan cerita ini.
Terima kasih and happy reading!
................................𓏲࣪◜𖤐................................
Keesokan harinya, tepat pada siang hari di tengah matahari terik membungkus desa. Kala dan Sabra bersamaan keluar dari rumah dan berlari-lari menghampiri.
Awalnya mereka berdua terkejut karena sama-sama ingin bertemu, lalu kembali tertawa satu sama lain.
"Hai, Kala."
"Hai, Sabla."Sedikit terengah-engah akibat berlari tadi, mereka memutuskan untuk duduk di pinggiran menghela napas sejenak.
"Kenapa kamu ingin menemuiku?" tanya Sabra duluan, menoleh dengan wajah penasaran.
"Justru aku yang harus bertanya seperti itu. Karena biasanya aku yang selalu mengajakmu bermain terlebih dahulu." Kala memberi tepukan kecil pada Sabra, membuat ia terkekeh dan kembali serius. "Hei, coba tebak. Hari ini hari apa?" tanya Kala polos sambil nyengir lebar.
Sabra meletakkan jari telunjuk pada dagunya seakan berpikir, "Hari Senin, kan?"
Kala berdecak, "Iya tahu, tapi hari ini lebih spesial untukku." balasnya masih dengan mata berbinar.
Mendengar itu, ekspresi Sabra berubah. Ada hal buruk yang akan menimpa mereka malam ini, tetapi Kala malah bilang hari spesial.
"Emang hari apa sih, sebenarnya?" Sabra bertanya langsung tidak sabaran. Ia ingin langsung ke inti topiknya.
"Ini hari ulang tahunku, Sabla!" seru Kala mendorong kecil pundak temannya hingga bergeser.
"Ohhhh ... Ya, sorry. Kan, aku nggak tahu." kekeh Sabra sambil menggaruk tengkuk lehernya.
Suasana menjadi garing menyisakan tawa Sabra yang terlihat kikuk. Lantas ia mengatakan, "Happy Birthday, Kala!" sedikit berteriak membuat Kala terkejut karena teriakkannya tepat pada telinga gadis kecil itu. Seperti suara petir yang mengagetkan.
"Makasih udah ngucapin!" timpal Kala nggak mau kalah berteriak di dekat telinga Sabra. Lantas mereka tertawa, "Mau tahu nggak? Kamu orang ketiga yang ngucapin aku ulang tahun, lho."
Lanjut Kala mengabaikan rasa kagetnya. Sebenarnya ia ingin marah dengan Sabra. Namun karena sudah merasa puas akan balasannya tadi, Kala membuang jauh dendam itu.
Sebagai jawaban, Sabra hanya mengangguk mantap lalu tersenyum manis. Situasi kembali menjadi canggung karena bertatapan tanpa henti, Kala pun akhirnya bertanya apa tujuan Sabra datang kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another People
Teen Fiction"He fell first, she fell harder, and he fell hardest." Kara Efla, seorang gadis sederhana yang di takdirkan untuk kehilangan sepenggal ingatannya akan sahabat lama. Raythan Sabra, anak tunggal kaya raya yang diperintahkan oleh ibunya untuk menjalani...