Chapter 6

118 72 78
                                    

Nice to see you again!
How are you today?

Udah sampai kota mana kamu baca ini? (Komen di sini)

Are you done? Now let's start reading...

Enjoy!!

................................𓏲࣪◜𖤐................................

Sore hari, pukul lima sore. Jam dimana Kala dan Sabra asyik bermain di jalanan sekitar gang.

Berpetualang, mencari benda-benda terlantar di jalanan, melihat serangga yang hinggap di dedaunan. Macam-macam permainan yang mereka mainkan.

Namun, hari ini cuaca mendung. Berbeda dari biasanya. Udara yang tadinya hangat mulai mengeluarkan angin sepoi-sepoi, langit semakin menggelap.

Hari ini mereka berdua sedang membuat tempat tinggal untuk serangga. Padahal serangga itu sudah memiliki tempat tinggalnya sendiri. Tetap saja mereka berinisiatif membuat bangunan yang terbuat dari kardus bekas, atapnya di tutupi oleh taplak kayu, di isi oleh daun hijau untuk makanan.

"Sudah jadi rumah belalangnya! Ayo letakkan di sini, Sabla." seru Kala menunjukkan rumah baru untuk hewan yang mereka temukan tadi.

"Aku takut ingin memegangnya, Kala." sementara Sabra yang masih berdiri di dekat semak-semak dedaunan lebat, tidak berani menyentuh belalang itu.

"Tidak apa-apa, Sabla. Dia tidak akan mengigitmu." Kala datang menghampiri. Dengan gagah berani, ia mengambil seekor belalang dengan tangan kosong lalu meletakkannya ke dalam kardus yang sudah mereka buat tadi.

Sabra hanya bisa berseru geli dan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Dia tidak pernah sebelumnya memegang sembarangan hewan liar. Apalagi saat ia tinggal di kota, tidak ada semak-semak apalagi serangga atau hewan liar.

"Lihat, belalang itu pasti suka rumah baru buatan kita, kan?" Dengan pedenya Kala merasa sangat bangga.

"Iya, belalangnya langsung memakan daun yang kita berikan." sahut Sabra ikut berjongkok melihat. Jika dipandang oleh orang dewasa dari jauh, pasti sangatlah lucu melihat dua bocah itu membuatkan rumah untuk hewan liar.

"Sekarang belalang ini adalah peliharaan kita. Kira-kira namanya siapa, ya?" Sebuah ide baru yang random terlintas di kepala Kala. Membuat Sabra ikut berfikir sanking polosnya.

"Bagaimana kalau namanya, Bililing. Kita ubah huruf vokalnya menjadi huruf I." usul Sabra.

"Itu lucu sekali, Sabla. Lalu kita singkat menjadi Biling." sambung Kala dibaluri dengan canda tawanya.

"Kemudian namanya menjadi Ling jika ingin lebih mudah di panggil." Sambung Sabra lagi menambahkan canda itu semakin menjadi-jadi.

Setelah itu mereka saling tertawa karena sudah mengarang seenaknya.

"Jauh sekali dari 'Belalang' menjadi 'Ling', Sabla." Kala berusaha berhenti agar tawanya mereda. Tawanya lepas setelah mendengar pendapat Sabra.

"Baiklah, jadi namanya siapa?" tanya Sabra spontan berhenti tertawa dan membuat ekspresi sok serius.

"Terserah-"

"Apa? Namanya Terserah? Hahaha, mana ada nama hewan seperti itu, Kala!" Sabra kembali tertawa, kali ini perutnya sampai sakit karena tertawa berlebihan.

"Bukan, Sabla!" Ketus Kala sambil memasang ekspresinya jengkel, ia menepuk pundak Sabra hingga terjungkal kecil. Itu tidak lucu.

"Aku hanya bercanda, Kala. Ampun.." Sabra membujuk Kala agar tidak cemberut. Tetapi tawanya semakin kencang karena teringat sesuatu. Kala masih memanggilnya Sabla bukan dengan nama aslinya, Sabra.

Another People Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang