Welcome back! Nice to meet you again in this chapter!
Attetion please..
I'ts Aul here, pemilik akun ini. Boleh dong di follow and vote jika suka, agar Aul makin semangat buat lanjutin ceritanya.
Boleh komen jika terdapat typo atau masalah lainnya dalam cerita.
⚠️ Karya ini adalah ide murni dari pikiran sendiri⚠️
For you, terima kasih sudah mampir. Hope all enjoy it, and happy reading!
................................𓏲࣪◜𖤐................................
Angin sejuk menerpa jendela kelas, udara segar masuk menyelimuti sekujur badan. Tanda hujan ingin turun, langit mulai mendung tanpa menyisakan awan.
Tringg... Tringg...
Bel sekolah berbunyi nyaring, menyebar keseluruh ruangan. Getaran suara paling merdu bagi murid-murid, dan mampu membuat suasana hati bahagia.
"Akhirnya bel juga. Eh, pulang bareng yuk!" Bella teman sebangku ku, ia merenggangkan badannya sambil mengangkat kedua tangannya ke atas, lalu membalikkan badannya ke bangku belakang. Ia menawarkan 'pulang bareng' kepada murid yang ada dibelakangku.
Aku dengan Bella duduk dibarisan meja ke empat, dari lima barisan. Apakah kalian mengira dia menawarkan 'pulang bareng' denganku? Haha, kesalahan besar.
Padahal Bella dan aku bisa satu angkot karena tujuan angkot kami sama. Waktu dulu sekali berkenalan, aku sering pulang sekolah dan satu angkot dengannya. Sampai sekarang juga sih, namun tidak saling cakap, dan itu sama sekali tidak ada kemauan siapapun untuk pulang bareng. Segitu gengsinya kah dirinya? Atau diriku?
Tidak masalah, mungkin ia mengajak teman yang lain bukan berarti tidak mengajakku, kan?
Bella dan temannya sudah keluar dari kelas, meninggalkanku. Hari ini aku piket, tugas membersihkan kelas sebelum pulang sekolah. Kukira aku bakal di tungguin.
"Hei Fla, jangan lupa tutup pintu terus dikunci." Ucap ketua kelas, cowok berkacamata dan kutu buku pastinya. Sosok yang disiplin, memang selalu memastikan kebersihan dan keamanan kelas sebelum ia pergi.
Tanpa menoleh ke arahnya aku menjawab "Ya" sambil menyerokkan kotoran debu yang telah ku sapu ke dalam serokan
Pukul setengah 2 siang, tugasku sudah selesai. Gerbang sudah terbuka, hujan deras menerpa teras sekolah.
Sebagian murid berteduh, dan ada yang menerobos tidak sabaran. Ada yang menunggu jemputan, dan ada juga yang berlarian ke ujung gang menyambut angkot.
Salah satunya adalah diriku, lari menciprat genangan air hujan sambil menutupi kepala dengan kedua tanganku, supaya tidak terkena air hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another People
Teen Fiction"He fell first, she fell harder, and he fell hardest." Kara Efla, seorang gadis sederhana yang di takdirkan untuk kehilangan sepenggal ingatannya akan sahabat lama. Raythan Sabra, anak tunggal kaya raya yang diperintahkan oleh ibunya untuk menjalani...