Chapter 10

89 53 36
                                    

Sebelum baca di vote dulu ya, guys.. Terima kasih sudah menekan tombol bintangnya! Kudoakan Semoga yang disemogakan tersemogakan..

Hope all enjoy it, and happy reading!

................................𓏲࣪◜𖤐................................

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Waktu subuh, Ame hendak menghampiri anak tunggalnya. Ada sesuatu yang penting yang harus ia sampaikan pada anaknya itu.

  "Raythan, mami ingin bicara denganmu." tak lupa wanita itu mengetok pintu kamar anaknya sebelum ia membukanya.

"Masuk, Mi." ucap Sabra lembut dari dalam kamar, pintunya dibukakan olehnya sendiri. Ibunya masuk dan duduk di atas ranjang empuk Sabra, berhadapan dengan anaknya.

  Saling menatap sejenak, tidak biasanya Ame ingin mengecek kamar ataupun ingin berbicara dengannya.

"Bagaimana ujiannya? Kamu tidak kesulitan mengerjakannya, bukan?"

Basa-basi terlebih dahulu. Sebetulnya Ame jarang berbicara empat mata dengan anaknya, tidak mungkin ia langsung ke topik inti.

  "Eh.. t-tidak begitu sulit, sih. Cuman ada beberapa yang sulit, t-tapi masih bisa Raythan kerjakan kok. Mami jangan khawatir, Raythan pasti mendapatkan nilai yang bagus. Raythan tidak akan mengecewakan Mami, Raythan berjanji."

  Panjang lebar Sabra menjelaskan sambil terbata-bata, ia takut ibunya kecewa padanya. Takut jarak diantara mereka semakin jauh, Sabra tidak mau hal itu terjadi.

Walaupun, Ame tidak memaksakan Sabra untuk menjadi ambis, menuntut anaknya menjadi pintar, dan lainnya, dia tidak membutuhkan itu. Yang terpenting, ia ingin anaknya menjadi mata-matanya suatu saat kelak. Itu sudah pasti.

  "Kamu memang anak yang baik, Raythan. Tidak perlu memaksakan dirimu, mami sudah bangga padamu." Ame mencubit sebelah pipi Sabra dengan gemas. Melihat anaknya sudah tumbuh besar, memikirkan bagaimana jika suaminya melihat anaknya sudah sebesar ini.

  Mengingat hal itu, ia menjadi lupa pada topik inti yang ingin ia sampaikan kepada anaknya. "Raythan, apakah kamu ingin tinggal bersama Papi?" Pertama-tama Ame memastikan dulu, apakah Sabra mau atau tidak.

"Tentu saja, Raythan pengen sekali bertemu dengan Papi. Apakah kita segera menemuinya, Mi?" Mata Sabra berbinar, bicaranya cepat dan penuh dengan semangat.

Ia tidak percaya bisa bertemu lagi dengan Papinya setelah bertahun-tahun. Senyumnya semakin merekah.

"Tentu saja kita akan menemuinya, kamu akan lanjut sekolah di negara sana, sayang."

Tak kalah gembira, Mami Sabra berhasil membuat anaknya senang dan setuju. Kini rencananya akan berjalan dengan lancar.

Mulut Sabra mengenga, "ASYIIK! Raythan senang bakal ketemu dengan Papiiii!" Ia berdiri di atas ranjang dan melompat-lompat kegirangan.

Another People Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang