Chapter 13 🎤

3 0 0
                                    

Hi~

Hi~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Velove berlari seraya melempar ranselnya ke sembarang arah begitu saja. Begitu dia membuka pintu, lantai didaerah meja pantry penuh dengan tumpahan air dan banyak kaca berceceran dilantai. Tidak lupa dengan keadaan Dissa yang tengah berjongkok seraya memunguti satu persatu pecahan beling yang berceceran.

"Maaf kak Vel, aku mau ambil air tapi tanganku kram tiba-tiba jadi gelasnya jatuh." Ucapnya sambil tetap memunguti beling.

Tidak ada suara sahutan dari Velove, Dissa menoleh dan menatap Velove heran karena tatapannya yang melotot, melihatnya.

Velove menghembuskan napasnya kasar. "GUE. GA MAU TAU. LO HARUS BERSIHIN SEMUANYA. JANGAN SAMPE TINGGALIN SATU AJA SERPIHAN KECIL KALO LO GA MAU GUE BALIKIN KE ABANG LO!" Velove menunjuk-nunjuk pecahan beling itu dan mengucapkannya dengan penuh tekanan dan lantang.

Dengan amarah yang begitu besar, Velove berjalan menaiki tangganya dengan tergesa-gesa. Siapapun tidak bisa mengusiknya disaat kepalanya panas seperti sekarang ini.

Lain halnya dengan gadis remaja yang barusan ia omeli itu.

"Kenapa kak Velo malah jadi marah??" Gumamnya.

Napas Velove tersengal-sengal layaknya ia melakukan lari marathon. Velove bergerak cepat mengunci pintu kamarnya sesampainya ia dikamar. Bayangan itu kembali hadir. Velove terperosot terduduk lemas dilantai dengan kedua kaki yang ia selonjorkan. Ia menatap kosong ujung kakinya. Velove lalu menekuk kedua kakinya dan menyentuh kedua telapak kakinya. Seberapa keras ia berusaha menghilangkannya, bayangan itu tetap tidak hilang. Juga jejak ditelapak kakinya. Selama ini dia sudah berusaha keras agar Rumahnya bersih dari berbagai bakteri dan hal bahaya lainnya.

Velove mengacak rambutnya gusar. Bisa-bisanya masih ada sisa material beling di Rumahnya ini. Selama bertahun-tahun Velove tidak pernah memakai alat apapun yang terbuat dari kaca atau beling. Piring, gelas, mangkuk, panci dan apapun itu semuanya berbahan plastik. Velove juga tidak pernah menyimpan souvenir atau hiasan Rumah apapun yang terbuat dari beling. Ia benci itu. Sebab melihat beling membuat Velove teringat wanita itu.

10 tahun yang lalu

Praangg!!

Ini sudah jadi makanan sehari-hari yang Velove hadapi. Hari ini adalah hari yang melelahkan karena gadis itu baru saja pulang dari sekolah sehabis menyelesaikan UN matematika. Dirinya yang sudah menginjak tingkat akhir SMP akan memasuki masa SMA sebentar lagi. Tapi tiap harinya selalu ada saja pertengkaran antara mamanya dan dirinya.

"Ssh.. lebih cepet please,"

"Kakak, aku gak bakal bisa berhenti, nanti malam kakak ada syuting kan kalo gini terus nanti bakal kecapean kakaknya.."

"It's okay, I'll be okay,"

Velove memundurkan langkahnya pelan. Selalu saja begini. Suara desahan nyaring dari dua manusia didepannya selalu tidak pernah tau tempat. Velove terdiam menyaksikan sang mama dan seorang pria tampan dan muda tengah sibuk bercumbu dengan tubuh keduanya yang polos. Selimut yang mereka pakai tergeletak dibawah sofa beserta pakaian keduanya yang berserakan. Suara kecupan dan napas tersengal-sengal dari keduanya memenuhi indra pendengaran Velove.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Painting (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang