KUGEMPUR KLEAN YAAA. NIH SUDAH DITURUTIN UP CEPET PAKE SISTEM KEBUT SEMALAM. AWAS NGGAK VOTE SAMA KOMEN YA!!! *mengancam sambil melotot tapi tetap cantik dan lucu😳😳😳
.
.
.
.
.[Sebelumnya] "Aku bingung, Rin.... Jadi selain kamu nyembunyiin perjodohan, kamu juga bohongin aku? Kamu dulu bilang nggak pernah cinta sama aku. Terus sekarang, kamu bilang cinta sejak dulu. Maksudnya gimana sih, Rin...?" Adrian kedengaran sungguh sedih dan lelah.
Sabrina kembali terjerembap. Ia menatap suaminya dengan kesedihan. Apakah kalimat picisan ala orang putus darinya itu masih diingat-ingat Adrian?
"Rin, jelasin...," pinta lelaki itu lagi.
"Aku, iya... aku waktu itu terpaksa bilang begitu," Sabrina menunduk, menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan mata, "karena aku nggak tahu lagi harus gimana, Yan.... Ayah sama Ibu paksa aku terus buat putusin kamu."
Adrian bersandar di sandaran sofa. Ia memandang ke depan dengan nanar dan lemah. Tiba-tiba, tubuhnya kehilangan daya dan tenaga. Pundaknya amat berat. Ternyata saat itu, ia tak bisa berguna apa pun untuk Sabrina. Teringat pula betapa dilema diputuskan dan ditinggalkan Sabrina membuatnya bertahun-tahun menderita.
Bibir Sabrina menipis dan melebar. Suaminya tercenung kosong dan hampa, tampak lesu dan pasrah di sebelahnya.
"Yan...."
"Aku tuh dulu pernah mikir, Rin," Adrian bersuara, masih sambil bersandar di sandaran sofa, "aku kira aku udah gila mikir kayak gitu...."
Hening sejenak langit-langit tinggi rumah Adrian. Sabrina menunggu kelanjutan dengan wajah menahan air mata.
"Aku sering mikir, jangan-jangan kamu dipaksa buat mutusin aku. Jangan-jangan kamu bohongin aku aja. Tapi habis itu aku selalu sadar, karena kamu nggak pernah kembali lagi...," Adrian tersenyum getir, "aku cuma denial aja. Kamu nggak suka sama aku, kamu udah hilang dari kehidupan aku...."
Sabrina tidak tahan. Ia mendekat, memegang perlahan tangan Adrian. "Maafin aku, ya? Aku salah.... Aku nggak akan ninggalin kamu lagi. Aku juga tersiksa nggak bisa lihat kamu...," lirih sang puan pecah dan jujur. Satu air mata kembali meluncur.
Adrian masih bersandar, melihat ke arah depan. Tak ada adegan menepis genggaman sebab ia tak punya tenaga. Lagi pula, tak punya hati untuk berlaku kasar pada Sabrina, apa pun alasannya, sehancur apa pun perasaannya, sebingung apa pun dirinya sekarang.
"Kamu tersiksa nggak bisa lihat aku?" Adrian bertanya, belum menatap Sabrina.
"Iya...," jawab istrinya bergetar.
Senyum miris Adrian keluar. "Tapi kenapa kamu nggak balik lagi ke aku? Kenapa kamu menghilang terus...?"
Genggaman Sabrina mengerat, mata kembali panas. "Iya, soalnya aku malu balik ke kamu lagi, Yan...," ucapnya dengan tangisan.
Giliran mata Adrian yang memanas mendengarnya. "Padahal nggak apa-apa, nggak usah malu.... Aku masih tungguin kamu, kok. Nggak apa-apa kalau kamu mau balik lagi ke aku...," ujarnya sedih dan pasrah.
Nada bicara Adrian meremas hati Sabrina sampai tak berbentuk. Ia kian menggeser duduk, lalu memeluk lelaki itu. Sedangkan Adrian, tak membalas pelukan tersebut, tapi tidak menarik tubuhnya pula agar tidak dipeluk.
"Maafin aku, Yan...." Sabrina menangis sambil memeluk dari samping.
Adrian masih terus bersandar lemas, teringat memori tak indah. Betapa sakit dirinya, betapa sulit hari-harinya, betapa benci ia pada diri sendiri karena membuat Sabrina tidak suka dan berujung kehilangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY, LET'S HUG AGAIN ✔️
RomanceLima tahun sudah pasca Sabrina memutuskan Adrian. Alasannya, ingin punya pendamping lebih dewasa dibanding Adrian yang katanya posesif, egois, dan suka mengekang. Adrian begitu sakit hati diputuskan sepihak, tapi mencoba tegar dan paham. Ia masih sa...