@embunbening0606 Dia bahkan hafal kata-kata burukku di saat aku sudah lupa karena enggan mengingat-ingat. Dia menangis, tapi sambil tersenyum. Sehancur apa dia sampai seperti itu? Dia bisa membentak, bisa berteriak... tapi dia hanya bertanya, mengelus kepalaku, bertanya... kemudian lelah.
@embunbening0606 Aku menciumnya, dia menciumku. Aku memeluknya, dia memelukku. Dia menerima maafku. Aku kini bebas hukuman. Selama ini, aku terpenjara dalam sakit yang kubuat sendiri. Sekarang, aku bebas hukuman. Dia membebaskanku dengan cara yang sungguh sangat baik.
@embunbening0606 Mungkin... umur akun ini tidak akan lama lagi.
Tiga cuitan itu melesat masuk ke dunia maya, tersebar luas melewati lini masa ribuan pengikutnya. Sabrina sedang menikmati waktu istirahat. Baru saja memakan bekal sehatnyaㅡdimasak spesial oleh Bu Kokom dibantu anak gadisnya, Nisa.
Untuk pertama kali dalam kurun waktu lima tahun lebih, perasaan Sabrina amat sangat beda terhadap akun alternya. Getaran yang terkandung dalam akun itu selalu muram, murung, sendu, pokoknya menyedihkan. Namun sekarang, yang dirasakan Sabrina terhadap akunnya adalah lapang, luas, terlepas.
Agaknya... Embunbening0606 menuju masa istirahat.
Bukan karena kedatangan cinta baru yang membuat Embunbening0606 tak lagi bermakna, tapi karena penyebab Embunbening0606 tercipta telah kembali dan menata apa-apa yang telah porak poranda. Kehilangan pria bernama Adrian Satria Wijanitra karena kekalutan merupakan asal muasal Embunbening0606 dibuat. Tapi secara ajaib, pria berharga itu telah kembali ke dekap wanita malang yang terpaksa menyakiti diri dan kekasih demi keegoisan orangtua.
Beruntung, Tuhan Semesta Alam berkenan kembali menyatukan mereka. Mungkin Dia iba melihat salah satu makhluknya kesakitan menderita cuma gara-gara seonggok cinta yang pecah terinjak-injak.
"Bu Sabrina."
Seorang remaja lelaki berusia 15 tahun memasuki ruang guru. Memanggil sambil membawa tumpukan kertas folio bergaris di dua tangannya, hendak menemui guru Bahasa Indonesia tersebut.
Pandangan Sabrina terangkat dari ponsel. Melihat remaja lelaki kelas tiga SMP di depannya, yang kebetulan seorang sekertaris kelas. Mereka dibatasi meja.
"Ya, Rizky?"
"Ini tugas puisi kelas 9-5, Bu."
"Oh iya. Taruh aja di sini." Sabrina menggeser beberapa barang agar kertas-kertas tugas anak 9-5 punya tempat.
Rizky meletakkan tumpukan kertas ke atas meja gurunya, kemudian memandangi Sabrina secara dalam dan menyimpan sesuatu. Wajahnya sedikit mendung, ditandai sorot agak layu.
"Bu. Saya ikut bahagia kalau Ibu bahagia, tapi kalau dia menyakiti Bu Sabrina, saya nggak akan diam aja," ujar Rizky tanpa aba-aba jelas.
"Huh?" Sabrina mengernyit kontan. "Maksud kamu? Dia? Dia siapa?"
"Suami Ibu," jawab Rizky tanpa ragu. Wajahnya sangat serius.
Ekspresi tegang Sabrina langsung luntur, berganti menahan tawa karena ujaran murid di bawah umurnya ini dinilai begitu konyol.
"Ngomong apa sih kamu? Eling, Rizky. Inget umur. Kamu tuh bisa jadi anak Ibu." Sabrina menasihati dengan tegas, tetapi tidak kasar. Ia juga mati-matian menahan tawa agar tampak serius dan berwibawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY, LET'S HUG AGAIN ✔️
RomanceLima tahun sudah pasca Sabrina memutuskan Adrian. Alasannya, ingin punya pendamping lebih dewasa dibanding Adrian yang katanya posesif, egois, dan suka mengekang. Adrian begitu sakit hati diputuskan sepihak, tapi mencoba tegar dan paham. Ia masih sa...