Hari berlalu makin anggun lantaran hal-hal misterius telah terpampang dan membuat diri terjerat bahagia. Sensasi awalnya mencengangkan, kemudian rasa setelahnya memabukkan hingga air mata tak dapat dikendalikan. Banjir tanpa izin pemiliknya.
Adrian pikir cintanya lebih besar dari cinta Sabrina. Ia tidak pernah menuntut dicintai sama besar, apalagi lebih besar. Sabrina menerima dirinya sebagai suami saja sudah senang, Sabrina membiarkannya mencintai dengan keras saja sudah bersyukur banyak. Berjodoh dengan Sabrina saja sudah amat membanggakan.
Ternyata... cinta Sabrina terhadapnya sama gila. Dua orang gila.
"Apa!? Sabrina mantan pacar kamu?"
"Iya."
Erisha yang baru dua jam tiba dari Bogor itu terperanjat dengan mata terbelalak. Adik lelaki bermuka cukup mirip dengannya tersebut baru saja membeberkan rahasia besar kehidupan.
"Kapan kamu pacaran sama dia? Perasaan nggak punya pacar lama banget kamu," kejar Erisha, meminta penjelasan.
"Iya, dia mantan terakhir aku. Sekitar lima tahun yang lalu," jawab adiknya.
Seketika, Erisha sadar. Keluarga mereka memang kurang terbuka masalah personal. Lima tahun lalu, iya, Erisha ingat adiknya punya pacar, tapi tidak tahu siapa namanya, di mana rumahnya, dan lain sebagainya. Adrian pun belum memperkenalkan sebab kala itu Mirandaㅡibunya, melarang Adrian berpacaran sebelum menyelesaikan S2, walau bukan larangan keras.
Omong-omong, Erisha dan anaknyaㅡNathan, tanpa suaminyaㅡHaikal, berada di rumah Adrian sekarang. Mereka tiba dari Bogor di pukul sembilan, belum lama. Esok hari, mereka akan pergi ke Bali. Erisha ingin berangkat bersama seluruh keluarganya, tidak pisah-pisah.
Sambil memijati kaki Erisha yang naik ke atas pahanya, Adrian menjelaskan detail kisah. Mulai dari Sabrina yang memutuskan, memblokir, menghilang bertahun-tahun, kemudian plot twist yang menyatakan Sabrina cuma terpaksa berdusta dan memutuskan karena dijodohkan dengan Rudy, si pengusaha nikel yang ternyata telah beristri.
"Parah!" Erisha berkomentar setelah penguakan adiknya. "Pantesan ya kamu, tuh... eumm, agak-agak kelihatan stres beberapa tahun belakang. Ternyata karena diputusin dan gamon," tukasnya terlalu jujur.
Adrian mencoba sabar dan menarik napas. "Iya aja biar cepet. Tapi jangan bilang Mama sama Papa ya, Kak," ucapnya sedikit memelas.
"Kenapa?"
"Aku takut mereka marah, terus jadi ribut sama orangtuanya Sabrina. Iya nggak, sih?" Adrian agak ragu juga.
"Masa, sih? Itu kan udah lewat. Masa iya Mama sama Papa bakal marah ke orangtua Sabrina?" Sebenarnya, Erisha juga ragu.
Adrian bingung dan diam, lantas kembali memijat saja. Erisha menggaruk kepala, berpikir sesaat, kemudian mengikat rambutnya dengan jedai sambil dilema.
"Buat jaga-jaga, jangan dulu, deh. Tahu sendiri egonya Mama sama Papa, kadang suka nggak masuk akal," celetuk Adrian pelan.
Erisha menatap Adrian yang sibuk memijati ujung-ujung jarinya.
"Well, but they have to know about it, one day, menurut Kakak. Tapi mungkin kita ulur aja dulu waktunya." Erisha menandaskan permasalahan bingung mereka.
Sang adik tiga tahun mengangguk saja, kemudian menarik jemari-jemari kakaknya hingga berbunyi renyah.
"Tapi ya, Kak. Yang bikin aku ngerasa tersanjung banget dan sempet nggak percaya adalah Sabrina sampai bikin akun buat mencurahkan perasaannya tentang aku. Aku baru tahu hari Rabu kemaren," ungkap Adrian lagi, dengan nada yang kembali santai dan ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY, LET'S HUG AGAIN ✔️
RomantikLima tahun sudah pasca Sabrina memutuskan Adrian. Alasannya, ingin punya pendamping lebih dewasa dibanding Adrian yang katanya posesif, egois, dan suka mengekang. Adrian begitu sakit hati diputuskan sepihak, tapi mencoba tegar dan paham. Ia masih sa...