[Sebelumnya] Sebelah tangan sang ayah tergerak ke depan. Secara bijaksana, mempersilakan anak perempuannya bicara.
"Makasih, Ayah," ujar Sabrina lembut, kemudian menghela napas.
Adrian berdebar keras, ia sangat tegang. Namun, berusaha terlihat tenang. Kedua orangtua pun memasang mode siaga, sebab sepertinya ini sangat serius sampai sang anak mengumpulkan mereka di tengah kesibukan dan izin tidak mengajar.
"Sebelumnya, Rina sampaikan bahwa apa pun yang akan Rina katakan nanti adalah murni buah pikiran dan isi hati Rina sendiri. Nggak ada campur tangan orang lain, nggak ada pengaruh orang lain, siapa pun, termasuk orang terdekat Rina sekarang yaitu Adrian, suami Rina," ujarnya tertata dan sangat tenang.
Ruang makan mewah itu bisu. Adrian yang duduk di sebelah Sabrina mengambil segelas air di sebelah piring yang sudah kosong. Meminumnya satu teguk. Pikiran-pikiran acak dan buruk mulai mengitari kepala pria itu.
"Setelah Rina pikir-pikir selama dua bulan lebih menikah sama Adrian, Rina rasa Ayah sama Ibu perlu tahu soal ini." Sabrina menatap orangtuanya dengan tenang, tetapi dalam.
Namun, kulit wajah Adrian memucat. Ia takut Sabrina mengatakan sesuatu yang menyakitkan. Para orang tua berpikir tidak-tidak pula. Jangan-jangan Sabrina mau minta cerai?
"Jadi Ayah, Ibu… Adrian ini, sebenarnya adalah mantan pacar Rina yang waktu itu Ayah dan Ibu suruh Rina putuskan karena Rina dijodohkan dengan Pak Rudi...."
Wajah-wajah terkesiap mulai menekan suasana. Tidak terkecuali Adrian.
"Adrian pacar terakhir Rina sebelum hampir menikah sama Pak Rudi. Dan setelah peristiwa memalukan itu, Rina nggak punya pacar lagi. Bahkan, nggak minat lagi sama percintaan sampai Ayah dan Ibu jodohin Rina lagi ke laki-laki yang ternyata Adrian Satria Wijanitra, yang sekarang duduk sama kita semua. Adrian yang sama dengan Adrian pacar Rina, yang terpaksa Rina putuskan demi permintaan Ayah dan Ibu...."
Sabrina menjelaskan begitu terkonsep dan tenang. Aura guru bercitra anggun dan pandai menyelimutinya, meski intonasi sedikit bergetar di akhir kalimat. Adrian terbelalak selagi menyimak, lalu menoleh ke kanan tatkala istrinya selesai, terus memperhatikan istrinya.
Fahmi dan Damayanti tak butuh waktu lama untuk mencerna informasi sesederhana ituㅡwalau menggebrak jiwa raga. Tidak disangka-sangka. Keduanya menatap Adrian, dapat dilihat sang menantu kaget juga, tapi tak tampak akan menyanggah. Berarti, ini benar.
"Rina kenal sama Adrian udah lama. Kami beda jurusan, tapi satu universitas. Kami berteman sekitar dua tahun sampai akhirnya kami pacaran. Pacaran seperti anak muda biasanya." Ia mengenang dengan suara dan senyum lembut, dengan air mulai berkumpul. "Kami udah pacaran satu tahun ketika kabar perjodohan dengan Pak Rudi datang. Rina terpaksa putusin Adrian, Rina bohongin Adrian, meskipun Rina... masih sangat sayang sama Adrian.” Gemetar sudah suara Sabrina. Ia ambil selembar tisu untuk menyeka air mata.
Adrian menatap perempuan di kanannya kian dalam. Matanya perih melihat istrinya begitu berani membuat pengakuan sendirian.
Sabrina tersenyum getir kepada orangtua. Tampak ibunya menutup mulut, menatap sedih putrinya. Namun karena Sabrina minta untuk tidak memotongnya, mereka semua diam dan terus menyimak.
"Salahnya Rina belum kenalin Adrian ke Ayah dan Ibu. Karena kita semua sibuk, jadi Rina belum sempat untuk kenalin pacar Rina waktu itu. Kalau Ayah sama Ibu tahu pacar Rina anak Pak Bismo Wijanitra, mungkin... Ayah sama Ibu nggak akan suruh Rina mutusin Adrian, ya?" Ia tersenyum lebih lebar, dengan mata memerah.
Adrian menggenggam tangan Sabrina di atas paha perempuan itu. Tidak suka mendengar istrinya menyalahkan diri begitu.
Sabrina menghela napas, menatap tangannya yang digenggam Adrian, kemudian tersenyum untuk suaminya. Mengisyaratkan: semua akan baik-baik saja. Biarkan ia bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY, LET'S HUG AGAIN ✔️
RomanceLima tahun sudah pasca Sabrina memutuskan Adrian. Alasannya, ingin punya pendamping lebih dewasa dibanding Adrian yang katanya posesif, egois, dan suka mengekang. Adrian begitu sakit hati diputuskan sepihak, tapi mencoba tegar dan paham. Ia masih sa...