03 - Not a First Meet

21.3K 1.3K 139
                                    

Adrian tidak punya akun media sosial apa pun selain Twitter—sekarang X. Sejak Sabrina meninggalkannya dengan kejam, dokter gigi dan bedah mulut ini tidak punya gairah apa pun lagi untuk mengunggah-unggah hidupnya di internet. Kendati amat dibutuhkan manusia-manusia setiap hari, punya banyak hal yang bisa dijadikan bahan story, Adrian tidak tertarik sama sekali.

Selamat tinggal... 😀 ayo semangat bertemu orang baru ☺

Tulis Adrian menyembunyikan kegundahan sesungguhnya, lalu ia kirim ke akun X miliknya. Nama penggunanya @satriabajamerah3, pengikutnya cuma 400-an, foto profilnya Hyuga Hinata yang sering ia panggil waifu. Adrian apakah wibu? Mungkin. Namun, tidak terlalu juga, sih. Ia menyukai Naruto saja selama ini—sejak SMP.

@naruhinalovely semangat bangsattt
@satriabajamerah3 yoiii. Selalu semangat siss :V

@febrinauchihasasuke mau ketemu siapa bang sat??
@satriabajamerah3 mau dikenalin sama ssorg sama bokap gue :V
@febrinauchihasasuke Waduhhh... Apakah bang sat mau dijodohin?
@satriabajamerah3 Entahlah. Kita liat saja feb :V

Cuma akun X, Naruto, dan Spotify saja yang jadi hiburan Adrian setelah putus dari Sabrina. Kadang-kadang aplikasi menonton film juga. Wanita? Sama sekali tidak ada. Cuma waifu-nya saja, yaitu Hinata. Itu pun harus jadi orang ketiga antara Hinata dan Naruto, suami Hinata sekarang.

Adrian kerap berbagi keceriaan serta kelucuan di X, mencari info-info terkini, bertemu orang-orang asing yang punya kesamaan hobi dan minat. Kadang, berbagi amarah dan kegalauan juga. Istilahnya: nyambat, misuh-misuh. Orang-orang memanggil nama tengahnya: Satria atau Bang Sat untuk lucu-lucuan. Random saja, tidak resmi-resmi amat. Bahkan, tidak banyak yang tahu dirinya seorang dokter gigi dan bedah mulut maksilofasial rupawan yang selalu sedih diam-diam.

Adrian tidak gemar memamerkan diri yang begitu membanggakan. Soalnya, ia yang sekarang sukses merupakan berkat Sabrina juga. Dulu, perempuan itu selalu ada menyemangati saat ia mesti berkuliah spesialisasi lagi setelah jadi dokter gigi—untuk mendapat gelar Sp.BMMF. Kata-kata wanita itu selalu ajaib, bisa membuat Adrian yang kerap malas-malasan menjadi rajin dan teladan.

Lantas, untuk apa pamer di media sosial kalau Sabrina sendiri tidak melihat? Tidak tahu dirinya sudah berhasil menggapai cita-cita. Cukup pasien-pasien Adrian saja yang menyukai dan membanggakannya. Selain itu, ia malas bertingkah. Yang penting, bekerja dengan hati dan profesionalisme baik untuk semua pasiennya.

Di dalam mobil Toyota Voxy miliknya, bunyi ponsel Adrian terdengar dari saku celana bahan hitamnya. Ia meraih, kemudian menerima.

"Halo."

"Halo, pagi. Dokter Adrian?"

"Iya, pagi."

"Nanti malam saya mau ke rumah sakit, Dok. Bisa nggak, ya? Mau kasih hasil rontgen."

"Oh, kalau malam saya di klinik, Bu. Saya di rumah sakit jam dua siang sampai jam tujuh malam. Kalau malam, saya sudah di klinik."

"Yah... kalau siang ini saya nggak bisa, Dok. Kalau malam baru ada waktu. Dokter kliniknya di mana, ya? Biar saya ke sana nanti."

"Saya shareloc aja ya, Bu, supaya gampang nanti Ibu carinya."

"Oh iya, boleh, Dok. Makasih, ya."

"Iya, sama-sama, Bu."

Kemudian, panggilan berakhir. Adrian menggenggam ponselnya, kembali bersandar pada sandaran kursi tengah mobil, menatap pemandangan luar yang dihiasi macet sedikit. Visinya agak kabur sebab melupakan kacamata minus silindernya di meja kamar dekat lemari.

BABY, LET'S HUG AGAIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang