"Ini sebanyak ini? Belanja sendirian?"
Rasanya masih tidak nyata bagi Hari. Setelah selesai berbelanja, kini ia dan Abri menikmati es krim bersama. "I--iya, Kak. Emang segini banyak." Hari segera mengambil ponselnya untuk mengabari teman sesama petugas belanja. Gais, gue udah beli semuanya, kecuali bahan yang enggak ada di swalayan. Tinggal ini yang belum dibeli.
"Entar gimana bawanya?" tanya Abri lagi masih heran karena Hari yang berbelanja sebegitu banyaknya sendirian.
Hari jadi melihat dua plastik besar berisi belanjaannya. Orang-orang minggu ini masak apa, sih? Banyak amat. Gadis itu nyengir sebelum berucap, "Gampang, kok, Kak. Sebenernya belanjanya enggak sendiri, Kak. Paling nanti temenku jemput."
"Oke, kalau gitu. Abis makan es krim gini, gue jadi laper, nih. Mau ikut beli makan enggak? Atau udah mau pulang, enggak ap--" Belum selesai Abri mengucapkan kalimatnya, Hari lebih dulu menyerobot.
"Mau, Kak! Mau!" Spotanitas Hari membuat Abri tertawa kecil, sedangkan Hari jadi tersenyum malu.
"Yok! Nih, bawa belanjaan gue aja. Sini belanjaannya." Abri menukar barang belanjaannya dengan milik Hari.
Hari yang semenjak tadi memang tidak berhenti gugup, diperlakukan begitu membuatnya makin tidak bisa mengontrol detak jantung. Abri tentu sengaja membiarkan Hari membawa belanjaan yang lebih ringan, sedangkan ia membawa dua kresek besar milik Hari. Abri berjalan lebih dahulu keluar dari swalayan, sedangkan Hari mengekor di belakangnya. Ini beneran enggak, sih? Gue bisa jalan bareng Kak Abri!
Abri menghentikan langkahnya di depan warung mi ayam. "Mau mi ayam? Mi ayam di sini enak," tanyanya sambil melirik ke arah Hari.
Hari sedikit terkejut ketika pandangannya yang semenjak tadi memperhatikan belakang kepala Abri jadi bersitatap dengannya. Baru setelah beberapa detik, gadis itu menganggukkan kepala. Ketika Abri hendak memesan, Hari segera menahannya. "Kak, biar gue aja yang bayar nanti. Kak Bri udah bantuin banyak banget."
Abri tersenyum. Ia kemudian memesan dan mengajak Hari duduk. Setelah keduanya duduk, baru Abri menjawab ucapan Hari sebelumnya. "Emangnya lo tau gue bakal pesen berapa, Dek?"
Pertanyaan Abri membuat Hari jadi berpikir. Namun, bagaimanapun ia ingin membalas budi. "E-enggak apa-apa, Kak. Beneran, Kak, aku aja yang bayar."
Abri jadi tertawa kecil lagi. "Kalau tetep mau gitu, bayarin minumnya aja, Dek."
Pesanan mi ayam sampai juga. Bukan hanya 2 porsi, melainkan 3. Baru kali ini dalam hidup Hari makan bersama seseorang yang memesan lebih dari satu porsi untuk dirinya sendiri.
"Kemarin hasilnya gimana, Dek?" Abri sudah mulai menyumpit mi, sedangkan Hari masih sibuk menuang bumbu ke dalam mangkoknya. "Eh, iya, selamat makan."
"Itu, Kak ...." Hari kesusahan menuang saus hingga tangan Abri terulur untuk membantunya. "Udah, Kak, dikit aja. Oh, iya, buat hasilnya ternyata di luar dugaan, Kak. Awalnya gue kira bakal kelebihan, tapi ternyata cukup."
"Cukup gimana?" Abri hampir menghabiskan satu mangkok pertamanya, sedangkan Hari masih sibuk mengaduk mi ayam.
"Setelah diitung, ternyata pemenuhan Kak Bri cuma sekitar 106% dari kebutuhan, Kak. Jadi makan Kak Bri kemarin masih termasuk cukup, Kak, enggak berlebih." Akhirnya satu suapan pertama masuk juga ke mulut Hari.
"Berarti makan gue udah baik, ya, Dek?" Setelah satu suapan terakhir, Abri siap berpindah ke mangkok berikutnya.
Hari tampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan tersebut. "Soalnya kemarin Kak Bri juga enggak ada nyemil, 'kan, Kak. Makanya jadi enggak berlebih juga. Katanya kemarin Kak Bri makannya enggak sebanyak biasanya?"
Abri mengambil mangkok selanjutnya. "Iya, kemarin agak kurang nafsu makan. Tapi gue emang lebih seneng makan berat, sih, daripada nyemil."
Hari sampai pada suapan ketiganya. "Ah, iya, Kak. Mungkin karena itu juga jadinya enggak berlebih. Terus IMT Kak Bri juga di angka 23-an, Kak. Berat badan Kak Bri masih normal itu, Kak."
"Kalau bagusnya, berat badan gue berapa, Dek?" Tidak butuh waktu lama hingga mi ayam di mangkok Abri tinggal setengah.
"Berat badan ideal, ya, Kak? Kalau idealnya 63 kg, Kak. Tapi sekarang aja udah normal, kok, Kak." Hari berulang kali menghentikan aktivitas makannya untuk menjawab pertanyaan Abri.
Abri mengangguk paham. Mi di piringnya hampir tandas. "Keren, sih, Dek. Makasih, ya, gue jadi tau."
Hari tidak tahu akan mendapat respons tersebut dari Abri. Mi yang baru akan dimasukkan ke dalam mulutnya, jadi jatuh lagi ke mangkok.
"Pelan-pelan makannya. Gue udah abis dua, nih, tapi masih laper. Gue mau pesen bakso dulu, ya." Abri meninggalkan Hari untuk memesan bakso.
Barusan Kak Bri bilang gue keren? Mau teriak rasanya! Berasa lagi ngedate seharian bareng Kak Bri.
Abri kembali duduk di hadapan Hari. "Eh, iya, Dek. Hasil itu ...." Melihat Hari yang langsung menghentikan kunyahannya membuat Abri tersenyum dan tidak jadi bertanya. "Makan dulu aja, deh."
Hari bukan tipe orang yang bisa melakukan dua hal sekaligus. Ketika Abri mengajaknya berbicara, ia jadi lupa dengan makanan di depannya. Gadis itu tidak bisa ngobrol sekaligus makan dalam waktu bersamaan. Namun, situasi makan tanpa bicara seperti ini justru membuat otak Hari banyak berpikir. Saat ini ia duduk berhadapan dengan Abri. Tiap kali memasukkan mi ke dalam mulutnya, pandangannya akan langsung menemui wajah Abri di hadapannya. Gadis itu jadi salah tingkah sendiri. Ia masih merasa kalau hari ini kurang nyata. Ketika pikirannya jadi ke mana-mana, ucapan teman Hari teringat juga. Minta foto, tanda tangan .... Katanya mau bilang kalau kamu penggemar nomor satunya? "K-Kak ...."
Dipanggil ragu-ragu begitu membuat Abri melihat Hari dengan satu alis terangkat.
"Gue suka sama Kakak ...."
**
Tambahan dikit:
Perhitungan IMT atau Indeks Massa Tubuh: Berat badan/Tinggi badan (dalam meter)²
Jadi semisal Abri: BB: 67.5; TB: 170, maka:
BB/TB² = 67.5/(1.7)² = 23.3
Normal kalau angkanya di antara 18.5 sampai 25. Kalau kurang, bisa jadi berisiko BB kurang (kurus). Kalau lebih, berisiko BB lebih (overweight, obesitas). Lengkapnya bisa dilihat di IMT menurut Kemenkes, hehehe.Perhitungan recall dengan cara dicari kalori masing-masing makanan atau bahan makanan. Kalau mau tahu kalori tiap makanan, bisa dilihat di panganku.org.
Perhitungan Berat Badan Ideal (BBI)
BBI = 90% (TB - 100)
Kalau perempuan BB kurang dari 150 atau laki-laki BB kurang dari 160, perhitungannya jadi BBI = TB - 100
Jadi kalau Abri
BBI = 90% (170 -100) = 63 kgHehe, enggak ada hubungannya sama cerita, sih. Tapi mungkin aja ada yang mau nyoba ngitung😚
Minta tolong koreksi, kritik, dan sarannya >•< heheheTerima kasih sudah mampir
Telat update ini😭Huhu gara-gara kemarin agak pilek jadinya ngantuk alias nggak bisa nahan ngantuk wkwk jadinya nggak apdet dan sekarang jadi apdet 3 bab sekaligus😞🙏
Semoga suka dan nyambung ceritanya huhu. Terima kasih💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Recall 24/7 [Tamat]
Любовные романыHari adalah seorang mahasiswi gizi semester 4 yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang seniornya di kampus. Namun, bagi sang senior, Hari hanyalah salah satu dari sekian orang yang menikmati musiknya. Hal inilah yang membuat Hari semak...