Hari adalah seorang mahasiswi gizi semester 4 yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang seniornya di kampus. Namun, bagi sang senior, Hari hanyalah salah satu dari sekian orang yang menikmati musiknya. Hal inilah yang membuat Hari semak...
Setelah turun dari kereta, Hari benar-benar bertekad untuk menjadi manajer yang baik untuk Sight. Gadis itu sudah memesan kendaraan untuk Sight sampai ke tempat festival diadakan bahkan sebelum keduanya keluar dari gerbang stasiun.
"Bri, pesenin ojol buat ke tempat ...." pinta Sahir yang terputus karena Hari yang menunjukkan ponselnya.
"Gue udah pesen, Bang. Sekitar lima menit lagi sampe ...." Tugas pertamanya sebagai manajer terlaksana. Gadis itu sudah mempersiapkan banyak hal semalam agar dirinya bisa berguna untuk Sight. Terlebih karena masalah yang disebabkannya kemarin, gadis itu jadi semakin bertekad untuk menebus kesalahan.
Sahir yang awalnya terkejut jadi tersenyum bangga. Hari menuntun anggota Sight untuk masuk ke dalam mobil yang telah dipesan sebelumnya. Gadis itu naik di bangku samping sopir.
"Pak, nanti ini kira-kira macet enggak, ya, Pak?"
"Di acara festival kelihatan rame enggak, Pak?"
"Pak, kalau nanti rame, parkirnya lewat belakang aja, ya, Pak."
Kelima pria yang duduk di bangku penumpang jadi saling tatap karena Hari yang tidak henti mengajak sang sopir berbicara. Bapak sopir yang ikut heran akhirnya mengajukan pertanyaan. "Ini masnya artis, ya?"
Daarun jadi cengengesan mendengar pertanyaan tersebut, sedangkan Sahir dengan sedikit malu menjawab, "Aamiin, Pak."
Abri di bangku paling belakang bergumam, "Artis, 'art' seni, 'artis' seniman. Band yang main musik, jadi bener artis."
"Apa nama bandnya, Mas? Anak saya juga sering dengerin lagu, tapi enggak paham saya," lanjut bapak sopir yang rupanya mendengar gumaman Abri.
Hari langsung menyerobot untuk menjawab tanpa menunggu yang lainnya bersuara. "Sight, Pak! Nanti coba Bapak tanyain ke anak Bapak tahu Sight enggak. Kalau belum tahu, dicoba dengerin musiknya dulu, Pak. Pasti suka!" Perjalanan menuju tempat festival dipenuhi oleh Hari yang mempromosikan Sight kepada bapak sopir. Bapak sopir juga mau menanggapi Hari dengan baik, sedangkan anggota Sight lainnya sesekali ikut menyahut.
Mobil diparkir melalui pintu samping panggung sehingga penonton yang sedang fokus menonton pertunjukan tidak mengetahui hal tersebut. Setelah menyelesaikan urusannya dengan bapak sopir, Hari langsung mencari panitia untuk memberitahu kedatangan Sight. Hari langsung diberikan sebuah ID Card bertuliskan "Sight".
"Oke, Kak. Ini nanti penampilannya masih setengah jam lagi, ya, Kak. Bisa menunggu di ruangan sana. Lalu untuk makan malam dan snacknya bisa diambil di sebelah sana, ya, Kak," jelas salah satu mbak panitia kepada Hari.
Hari langsung mengarahkan Sight untuk masuk ke salah satu ruangan dengan pintu bertuliskan Sight. Gadis itu membuka tas berisi pakaian panggung dan lima botol air mineral. Gadis itu mengulang lagi kalimat mbak panitia. "Jadi Mas, Bang, sama Daarun bisa siap-siap di sini dulu. Gue mau keluar dulu bentar, ya, Bang, Mas, Run ...."
Hari keluar dari ruangan untuk mengambil jatah makan, snack, dan minum untuk Sight. Untungnya semua jatah tersebut telah disusun sedemikian rupa dalam satu kresek besar sehingga lebih mudah untuk dibawa. Namun, tinggi Hari yang tidak seberapa membuatnya tetap kesusahan membawa kresek besar tersebut. Gadis itu juga tidak mau kalau harus bolak-balik sehingga memilih membawanya sekaligus. Masih dalam perjalanannya menuju ruangan Sight, tiba-tiba salah satu panitia menghampirinya.
"Kak, ini manajernya Sight, ya?" tanya panitia tersebut. "Maaf, Kak, ini ada kemunduran jam tampil Sight. Nanti Sight tampilnya buat penutup acara, ya, Kak, sama nanti lagunya dikurangi satu karena durasinya kurang."
Hari nyaris meledak kalau tidak bisa menahan emosi. Panitia di depannya ini bukan sedang bertanya atau meminta persetujuan, tetapi menyuruh. Hari tentu ingin marah karena tidak suka Sight diperlakukan seenaknya seperti ini. Namun, untuk menjaga nama baik Sight, gadis itu mencoba berbicara pelan. "Tapi ini alesannya karena apa, ya, Kak? Kenapa jadi Sight yang mundur, Kak?"
"Maaf, Kak. Ini karena tiba-tiba ada pejabat yang mau ngasih sambutan jadi beberapa acara harus mundur, Kak. Terus udah nyoba nego sama penampil lainnya, katanya enggak bisa karena ada acara setelah ini. Gimana, ya, Kak?" Kali ini mbak panitia berbicara lebih sopan dan menanyakan pendapat Hari. Namun, Hari yang bertekad menjadi manajer Sight tidak bisa menerima begitu saja. Gadis itu masih ingin memprotes, terlebih ia tidak ingin Sight menunggu terlalu lama.
Ketika Hari baru akan mengungkapkan ketidaksetujuannya, tiba-tiba sebuah suara mendahuluinya. "Jadwal Sight diundur, ya, Mbak? Kalau kami bawain satu lagu di tengah acara nanti gimana, Mbak? Biar penonton tahu kami udah dateng."
"Oh, sebentar, Kak." Mbak panitia terlihat melihat jadwal di kertas, kemudian menelepon temannya. Setelah tiga menit berlalu, wanita itu kembali dengan senyum lebih sopan dari sebelumnya. "Oh, iya, Kak, bisa. Nanti satu lagu di tengah acara, sisanya di akhir, ya, Kak. Makasih banyak, ya, Kak. Sekali lagi kami minta maaf, Kak."
Setelah mendapatkan solusi, mbak panitia pamit undur diri. Sementara itu, Hari jadi memandang pria di sampingnya dengan sedikit kecewa. "Kok gitu, sih? Bang Fidan tahu, 'kan, kalau malem, tuh, biasanya orang udah pada pulang? Panitianya jadi seenaknya sama Sight, Bang."
Tangan Fidan menggapai kresek besar untuk membantu Hari membawanya ke dalam ruangan. "Tadi, 'kan, mbaknya udah jelasin, Ri. Karena ada hal enggak terduga dan kebetulan penampil lainnya enggak ada yang bisa mundur ... jadi ya, udah. Lagian Sight bisa, kok."
Hari menghela napas kasar tidak puas dengan jawaban Fidan.
"Makanya gue minta satu lagu di tengah acara. Gue yakin, mungkin cuma satu atau dua ... tapi di bangku penonton itu ada yang nungguin Sight tampil. Gue keinget lo aja, sih, yang katanya sering ngikutin jadwal Sight manggung. Gue enggak mau orang itu kecewa karena Sight enggak tampil-tampil." Fidan menjelaskan panjang lebar agar Hari mengerti maksudnya bernegosiasi dengan mbak panitia sebelumnya.
Hari menghentikan langkah untuk melihat ke arah Fidan. "Jadi biar mereka tahu kalau kalian bakal manggung di akhir nanti, Bang? Bisa, sih, Bang, biar kalian tahu juga kalau fans yang nungguin kalian ... meskipun tampilnya paling akhir ... itu banyak, Bang."
Fidan justru tertawa mendengar alasan Hari. "Padahal gue mikirnya, seenggaknya meskipun mereka pulang, mereka udah dengerin satu lagu Sight. Jadi biar satu dua orang itu enggak ngerasa sia-sia udah dateng ke sini. Biar kalopun mereka enggak bisa di sini sampe malem, mereka udah dengerin satu lagu. Ya, udah, gue cuma pengin mereka bisa nikmatin musik Sight sebelum pulang. Gitu aja, Ri."
Hari jadi tersenyum dan melanjutkan langkahnya lagi. Ternyata ini juga alasan gue suka Sight ....
** 😭😭😭 Semoga masih betah baca huhuhu Bang Bri udah berapa bab belum muncul adegannya😔kemarin Sahir, sekarang Fidan😔
Bang Fidan dengan pemikiran simpelnya "Oh, ada kendala. Mereka gabisa mundur, ya udah kita aja"😔 "Ya udahlah kalo pada pulang, yang penting mereka udah dengerin satu lagu kita"😔
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.