3. Bri, Dan, atau Siapalah Itu

91 20 21
                                    

Beberapa paragraf di awal menunjukkan flashback

**

PKKMB--Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru--baru saja selesai. Namun, Hari belum bisa benar-benar mengenal kampusnya--atau justru belum mau. Hari masih merasa berat untuk menerima pendidikannya saat ini--jurusan gizi. Karena hal itulah, Tasa yang menjadi teman pertama Hari di Jogja mengajaknya berkeliling. "Nikmati dulu aja, Ri. Siapa tau entar suka. Jogja bagus, loh!" Begitulah ajakan Tasa setelah tahu kalau Hari tidak benar-benar berminat dengan jurusan Gizi.

Jam menunjukkan pukul 12 siang. Dari yang sebelumnya berkeliling di salah satu mall Jogja, kini keduanya berniat untuk keluar mall karena ingin mencari makan. Dari lantai 4, Hari dan Tasa memilih menggunakan eskalator untuk mencapai lantai 1. Namun, ketika sampai di lantai 2, tiba-tiba terdengar suara lantang yang membuat Hari menghentikan langkahnya.

"Hari ini kau berdamai dengan dirimu sendiri."

Hari melihat ke lantai 1 dan rupanya benar di sana asal suaranya.

"Kau maafkan semua salahmu ampuni dirimu."

Seakan ada yang menyentil perasaannya begitu saja, Hari tidak bisa lepas dari memerhatikan dan mendengarkan tiap bait lagu Tulus berjudul Diri yang dibawakan oleh sebuah band di lantai 1.

"Ri, mending kita ke lantai satu juga biar lebih jelas liatnya. Kayaknya gue tahu, deh, mereka siapa," ajak Tasa karena Hari yang jadi terdiam. Mereka menuruni eskalator dan mencari tempat untuk bisa melihat band yang tampil tersebut lebih dekat.

"Luka-luka hilanglah luka .... Biar senyum jadi senjata. Kau terlalu berharga untuk luka. Katakan pada dirimu, 'Semua baik-baik saja.'" Terlihat sebuah band beranggotakan lima orang sedang berada di panggung saat ini. Dua orang bernyanyi, satu memainkan piano, satu orang gitar, dan satu lagi duduk di atas cajon.

Hari meresapi lagu tersebut hingga pandangannya tidak mau teralihkan, sedangkan Tasa di samping berusaha keras untuk mengingat siapa mereka sebenarnya. Tasa yakin pernah melihat band tersebut. Hingga ketika lagu sampai pada chorus ketiga, Tasa sedikit terkejut karena para pengunjung yang jadi ikut bernyanyi, termasuk Hari di sampingnya.

"Kau terlalu berharga untuk luka. Katakan pada dirimu .... Semua?" Salah satu anggota band tersebut berdiri dan mengangkat miknya ke arah penonton. Benar saja, entah sihir dari mana, semuanya kompak menjawab, "Baik-baik saja."

Tasa tidak bisa untuk tidak bertepuk tangan, begitupun para penonton dan tentunya Hari yang hanyut dalam lagu tersebut. "Berasa lagi di konser, Ri."

"Dengerin satu lagu lagi, Sa! Ya? Penasaran, nih! Ih, mas yang pegang mik tadi ...," pinta Hari untuk berada di sana lebih lama.

Tasa hanya mengangguk dan membuka ponselnya. Gadis itu memilih untuk merekam momen saat ini. "Gais, lihat. Ada band yang lagi manggung di mall, terus tiba-tiba ini anak jadi pengin dengerin. Nih, coba dengerin bandnya ...," katanya ala-ala vlogger.

Band tersebut menampilkan lagu kedua dari Peterpan, Separuh Aku. Entah karena apa, tetapi Hari merasa senang untuk berada di sana lebih lama. Ia sesekali ikut bernyanyi ketika lagu mencapai chorus-nya. Pandangannya tidak bisa teralih dari dua vokalis utama band tersebut. Hari menyipitkan matanya untuk dapat melihat nama band yang dituliskan di sebuah papan kecil. "Sig ... Sigt? Sigit? Ah ... Sight."

"Apa, Ri? Sight?" tanya Tasa terkejut. Ia mengikuti arah pandang Hari dan mencoba membaca tulisan di papan kecil tersebut hingga menggunakan fitur zoom di ponselnya. "Ih, beneran, Ri! Sight! Mereka Sight! Iya, gue inget!" Tasa jadi heboh sendiri dan tidak henti memukul lengan Hari.

Love Recall 24/7 [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang