Cleo menatap sengit Anno. Apa tadi katanya? Cil? Bocil? Cilik? wah-wah. Rupanya orang itu minta dijambak oleh Cleo. Dia paling tidak suka jika dia dikatain kecil, cengeng, apalagi manja.
Dengan penuh kasih sayang, tangan Cleo yang bebas menjambak rambut hitam lebat milik Anno. Mencengkram layaknya elang mencengkram mangsanya erat.
"Adududuh ... Woi Leo. Lepas astaga, sakit!" Anno memegang tangan kecil Cleo. Astaga, dari mana tenaga badak itu datang.
Reno di sebelah Anno pun juga memegang tangan Cleo. "Eh eh Leo. Lepasin, kasihan teman gue!"
"Rambut gue!! aduh kepala gue mau lepas!" teriak Anno dramatis. Karena sungguh, rasanya seluruh rambut di tangan Cleo akan terlepas sampai kejengkal kulit kepalanya.
"Noel bantuin ini woi!" Reno menghardik Noel yang hanya menatap. Dia mencoba menjauhkan tangan Cleo yang entah mengapa semakin lengket.
"Siapa yang kamu sebut kecil? Cleo tidak kecil ya!" mengabaikan raungan kesakita Anno. Cleo berkata tentang apa yang membuatnya kesal. Dia menggerutu menggunakan bibir plum kecilnya.
"Iya Leo, lo ga kecil, Lo tampan, lo gagah dah berani. Sekarang lepasin rambut Anno." Noel memuji Cleo menggunakan fakta terbalik. Karena Leo yang didepannya pemuda manis dengan tubuh mungil.
Valdo tertawa nista melihat Anno yang kesusahan melepas rambut dari genggaman Cleo. Lihat wajah temannya itu, sangat jelek dan konyol.
Plak!
"Bukannya bantu malah ketawa lo!" Reno menggeplak bahu Valdo. Bibirnya berkedut menahan tawa yang siap pecah kapan saja.
Loren yang mulanya melepas Cleo ini menarik kerah anak itu hingga mundur kebelakang. Cleo mencak-mencak tidak terima. "Lepasin Cleo! Cleo belum puas!"
Anno bergidik ngeri, dia mengelus kepalanya. Menatap tanah dimana rambutnya sudah banyak terlepas. Dan pelaku mengatakan tidak puas? jangan bercanda.
"Lo kenapa sih kayak monyet tantrum?" ujar Valdo setelah ia menormalkan tawanya.
Cleo tentu tidak terima. "Kamu itu kayak babi sawan!"
"Sembarangan lo kata gue mirip babi. Wajah si Anno yang lebih mirip hewan pink itu!"
Anno yang sedang mengelus kepala memicing memandang Valdo. "Anjing lo. Lo itu yang kayak babi. Lebih pantas!"
"Cukup! kalian sama-sama mirip babi!" Sembur Arsya jengah mendengar bacotan tak bermutu kedua temannya.
"Dari pada itu, Lo kesambet apaan sampek berubah gini?" tanya Arsya memusatkan pandangan pada Cleo. Semua temannya pun sama.
"Berubah gimana? Cleo tetap Cleo."
"Leo yang gue kenal tidak memanggil namanya sendiri. Wajahnya memang manis, tetapi sangat berbeda sama yang sekarang."
"Gue setuju ucapan Arsya. Meski lo lebih manis sekarang. Tapi kek ada aneh. Lo kembaran Leo?" imbuh Noel penasaran.
Cleo menggeleng polos, seakan dia merupakan makhluk suci tanpa dosa. "Cleo tidak tau. Dokter berkata kalo Cleo hilang ingatan. Cleo tidak ingat siapapun."
"Hah? Lo beneran amnesia?" kaget Reno. Bahkan yang lain pun sama kagetnya.
Para murid yang curi-curi dengar pun ikut kaget tak percaya. Murid berandalan seperti Leo berubah menjadi pemuda manis seperti Cleo. Seolah ada keajaiban yang datang pada sekolah mereka.
'Lo denger si Leo amnesia katanya?!'
'Pasti waktu tawuran kemarin, yang mukul dia gamain-main'
'Apakah ini karma untuknya'
'Tapi lihat wajahnya, bukankah sedikit menggemaskan?'
'Dari lagaknya sih seperti bocil kematian'
Bisik-bisik terdengar dari murid. Berita yang mereka dengar membuat mereka kaget. Gosip menyebar luas. Kabar jika seorang Leo ... preman sekolah kehilangan ingatan.
***
"Shhh!"
"Akh!"
Logan terus mendesis sakit. Tubuhnya seakan remuk. Dia memang sudah terbiasa akan rasa sakit. Tetapi semuanya akan berbeda jika Albert yang melakukannya.
"Bagaimana rasanya Logan? Kau merindukan sentuhannya bukan?" Albert menyeringai.
"Akh! T-tuan!" Logan berjengit kaget. Tubuhnya semakin bergetar hebat kala Albert menekan benda itu.
"Kau tau kesalahamu, hm?"
Logan mengangguk mantap, dia tidak sabar untuk lepas dari hukuman yang sudah berjam-jam lamanya. seluruh badannya lemas.
"Kau sudah lemas. Tapi aku belum puas. Apakah kau melemah sekarang Logan?" kata Albert tersenyum misterius.
Milo menyeruput kopinya. "Kita harus melakukan pelatihan ketat untuknya dad." Dia menyaksikan apa yang telah di perbuat oleh Albert.
"Ide bagus Milo."
Logan menggeleng lemah. Jika dia harus melakukan pelatihan ketat kembali. Dia akan jauh dari putranya. Tuannya terang-terangan menjebaknya.
"Kau tidak ada hak untuk menolak Logan."
"Setelah ini, kau harus bersiap untuk pergi."
Logan pasrah, tidak ada tempat untuknya membantah. Albert merupakan seorang yang kejam dan egois. Logan dengan kesadaran penuh tau jika dia dipermainkan oleh sang tuan.
Albert melakukan ini semua padanya hanya untuk memiliki putranya, Cleo. Bertahun-tahun dia disisi Albert tentu dia tau bagaimana perangai orang yang dia layani itu.
Logan hanyalah seorang bawahan. Dia tidak sanggup melawan seorang seperti Albert. Meski dia adalah tangan kanan Albert, tetapi dia hanya salah satu dari 10 orang terpecaya sebagai orang yang pantas berada disisi Albert.
Logan harus siap berjauhan dengan putranya. Karena dia akan di kirim ke Jepang untuk pelatihan yang dimaksud.
Aharon dengan kelicikannya.
"Akh!"
"Kau melamun Logan. Lancang sekali. seharusnya kau menikmati semua apa yang aku lakukan padamu."
Tubuh Logan kaku, matanya sedikit memburam. Mulai dari dipukul, dicambuk, dan diukir. Lalu sekarang dia harus merasakan sakitnya dari alat kejut bervolume tinggi. Entah sudah berapa lama waktu berlalu.
Logan tidak bisa menyangkal maupun membantah. Karena seluruh hidupnya, dia bersumpah mengabdi pada keluarga Aharon. Bukan hanya dia, tetapi seluruh bawahan Aharon.
Perintah Albert mutlak, apa yang diinginkan keluarga Aharon harus didapat. Sebagai bawahan, Logan lah yang selalu mengambil apa yang diinginkan sang tuan.
Lalu sekarang tuannya meminginkan putranya. Tentu, bagaimana dia bisa menolak jika dia tidak memberitahu keberadaan anaknya saja dia di hukum dengan kejam.
Bagaimana jika dia mengatakan 'Tidak' pada seorang yang tidak menginginkan kegagalan maupun penolakan.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but psycho - End
Fiksi UmumMari kita melihat sesuatu yang gila. Don't copy