"Cleo tidak meminta untuk kembali kesini Kyle. Kembalikan Cleo ke rumah papi!" Berang Cleo. Pemuda itu tengah menjambak kuat rambut Kyle hingga banyak dari rambut pria itu rontok.
"Aduh! Tetapi anda sudah dua hari disana tuan muda, " jawab Kyle. Dia menahan tangan Cleo agar mengurangi tarikan, sedangkan tangan satunya memegang rambut agar tidak terlalu sakit.
"Mau Cleo dua hari, seminggu, sebulan bahkan selamanya itu terserah Cleo. Rumah itu rumah papi, otomatis Cleo sebagai anaknya harus tinggal di sana!"
"Tapi papi anda kan tidak ada di sana. Jadi harusnya, tuan muda tinggal disini." Kyle kekeh menjawab ucapan Cleo. Seakan tak ingin kalah dari bocah kematian seperti Cleo.
"Suka suka Cleo dong. Disini banyak setannya Kyle. Cleo tidak suka tinggal disini." Cleo mulai melepas jambakannya. Lelah sebenarnya, apalagi dia harus berjinjit.
Kyle mengelus-elus kepalanya. "Kebutuhan anda penuh, permintaan nyeleneh anda pun turut dipenuhi. Anda menerima lima kartu cuma-cuma. Tuan muda Cleo harus tinggal disini."
Cleo memandang tajam Kyle. "Memangnya Cleo minta dituruti!!" Bocah itu berkacak pinggan menatap tajam Kyle.
"Jika tidak dituruti anda akan menangis tuan muda."
"Kapan Cleo menangis? Jangan mengada-ada!"
"Buktinya anda menangis karena tuan Albert melarang anda memelihara tikus." Kyle sangat pandai menjawab. Pertama kali bagi Cleo mendapat kawan debat. Terlebih dari Kyle yang pada mulanya dia pikir memiliki pribadi tenang dan kalem.
"Omong kosong, Cleo tidak pernah melakukannya! Lebih baik kamu antarkan Cleo kembali ke rumah!! " tekan Cleo berteriak disamping telinga Kyle.
Kyle menggesek-gesekkan telinga berdengingnya. "Anda meminta pulang, tetapi anda malah menikmati jus semangka milik anda tuan."
Cleo pun hanya mendengus. "Salahkan saja maid. Kenapa mereka menyogok dengan jus favorit Cleo." Dia itu pecinta semangka. Apapun yang terbuat dari semangka, Cleo suka.
Jadi, jika ada jus semangka segar didepannya, ia tak tahan untuk tidak dijamah.
"Mereka tidak menyogok tuan. Mereka hanya sudah terbiasa dengan makanan favorit anda, " sanggah Kyle. Dia berlagak sok bijak.
"Sedari tadi, apa yang kalian lakukan?" Suara Milo menginterupsi mereka.
Kyle langsung bangun dan berkata. "Selamat siang tuan muda."
Milo hanya menjawab dengan deheman. Kemudian dia duduk disamping Cleo yang berwajah masam. "Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu? "
Kedatangan Milo membuat Cleo semakin menekuk wajahnya. "Salahkan seseorang yang berusaha menculik Cleo."
"Tidak ada yang menculikmu. Kami hanya mengambil sesuatu yang menjadi milik kami."
"Siapa milik siapa?"
"Kamu milik kami." Bukan Milo, melainkan Aron yang menjawab, dia memeluk tubuh Cleo dari belakang.
Melihat kedatangan para tuannya, Kyle undur diri. Dia merasa lega karena tak lagi berurusan dengan Cleo meski hanya sebentar. Jujur saja, bersama bocah itu membuat energinya terkuras. Dia lebih memilih pergi menyerang markas musuh dari pada menjaga bayi bajang seperti Cleo.
Cleo mendengus, mengklaim paksa dirinya. Yah, memang siapa yang bisa menolak pesonanya. Tetapi, untuk keluarga Aharon, dia skip saja.
Cleo mendongak menatap lurus pada manik hitam Aron. "Cleo hanya milik papi."
Ujaran itu tentu membuat mereka tidak senang. Akan tetapi mereka hanya tersenyum dan Aron berkata. "Tidak ada yang tidak bisa kami dapatkan selama kami menginginkannya, Cleo."
Cleo bisa merasakan suntikan di area lehernya. Matanya membola karena terkejut. Bukan, bukan apa yang dia rasakan dilehernya, juga bukan karena tingkah Aharon yang seenaknya.
Tetapi disana... Dibelakang Albert, sesosok wanita yang familiar baginya. Tersenyum pongah karena merasa berhasil menyenangkan sang tuan.
'Mami.' ujarnya dalam hati sebelum kesadarannya terenggut paksa.
***
"Mami!" Cleo bangun dengan nafas terengah-engah. Dia duduk dan menyeka keringat di dahi. Melihat sekitar, dia berada dikamar miliknya dikediaman Aharon.
Cleo merasa Aneh, dia tidak merasakan pergerakan di kedua kakinya. Menyingkap paksa selimut yang ia pakai, kakinya masih utuh dan tetap ada. Namun seolah mati rasa.
"Ini sama seperti ketika mami salah memberikan Cleo suntikan demam. Kaki Cleo seperti ini selama satu bulan penuh, " gumam Cleo. Tiba-tiba, dia ingat maminya, Adira. "Tunggu mami?!"
Ceklek!
"Ah anda sudah sadar tuan muda?" Adira masuk untuk memeriksa 'Pasien' nya.
Cleo menoleh ketika mengenali suara itu. "Ya?" Dia linglung. Maminya berdiri tepat dihadapannya.
"Apakah anda merasakan sakit selain di kaki anda?" Tanya Adira.
"K-kaki Cleo mati rasa."
Adira tersenyum. "Itu wajar, karena saya sudah menyuntikkan cairan pelumpuh pada kaki anda. Tetapi anda tenang saja, kaki anda akan kembali seperti semula sebulan kemudian." Wanita itu berucap enteng.
Cleo mencerna semua, otaknya mengkonfirmasi informasi yang dia dapat. 'Pelumpuh kaki?: Kemudian dia memutar kembali ingatan dimana Papi dan Maminya berkata jika mereka bekerja dibawah pimpinan seseorang.
"Boleh Cleo bertanya?" Mengabaikan ucapan Adira sebelumnya, Cleo lebih tertarik bertanya sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Tentu saja boleh." Adira tetap tidak melunturkan senyumnya. Meski merasa aneh karena tanggapan Cleo kelewat biasa. Berbeda dengan ekspetasinya. Dia juga sudah memprovokasi.
"Apakah tante memiliki putra bernama Cleo Martin?" Cleo bertanya Hati-hati.
"Saya memang memiliki putra, tetapi namanya bukan Cleo, namanya Marvin. Saya juga memiliki putri, namanya Dania."
Sekarang, Cleo sudah yakin dengan pemikiran absurdnya. Dia tidak lagi kaget. Bukan meninggal atau terbakar abu, tetapi dia telah menghilang sepenuhnya semenjak berada di tubuh Cleo Maxon.
Tidak ada Cleo Martin bersamaan menghilangnya jiwa Cleo Maxon.
Karena Cleo ingat, jika maminya pernah menuju rumah 'Tuan' yang dimaksud untuk melaksanakan perintah pelumpuhan pada seseorang milik keluarga tuannya. Tepatnya 1 tahun sebelum dia mati terbakar.
"Akh!" Cleo meremat kepalanya. Tiba-tiba dia merasakan sakit kepala yang luar biasa.
Otak kecilnya dipaksa memikirkan plot twist hidupnya. Sayang sekali, dia hanya bisa tersenyum lebar dengan pipi merah merona saat kejadian diluar nalar ini dia alami.
"Tuan muda, anda baik-baik saja!?!"
"Aku baik! Sangat baik!!" Cleo berseru semangat. Walau sedikit meringis ketika kepala nya berdenyut. "Katakan pada si tua Albert. Dia harus membayar atas apa yang dia lakukan pada kaki Cleo!"
Adira dibuat bingung, tetapi memilih acuh dia pergi keluar. Seperti biasa, keluarga tuannya memang aneh. Meski 'Pasien' nya pendatang, tetapi dia baru tau jika dia 'Cleo' lebih aneh.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but psycho - End
General FictionMari kita melihat sesuatu yang gila. Don't copy