Bab 21.

9.7K 856 146
                                        


"Logan kita harus pergi. Di ujung barat hutan, target kita seorang narapidana kelas menengah! " Logan berbalik untuk menatap rekannya.

"Berapa orang?"

"Setidaknya mereka ada 20 orang dan bersenjata."

"Aku mengerti."

"Cepatlah Logan, ini akan menjadi pelatihan yang seru. Setelah sekian lama yang kita lakukan hanyalah berburu hewan liar dan pelatihan sengit kapten Edward. Misi yang sekarang membuat kita bisa refreshing." Sebut saja Ronald. Pria yang memiliki luka membentang di wajahnya.

Logan tidak menjawab meski Ronald sudah tidak terlihat lagi. Dia hanya menatap ponselnya. Panggilan dia tujukan kepada putra tunggalnya. Berdering tanpa di angkat.

"Logan cepatlah!!" Suara Ronald ngebas hingga menggema keseluruh ruangan. Pria itu bersemangat karena hari yang dia tunggu telah tiba.

Logan berdecak, mematikan sambungan dan melangkah keluar. Sebelum itu dia menyimpan ponselnya disaku. "Suaramu terlalu berisik Ronald."

Ronald menunjuk telinganya sendiri. "Karena kau mulai memiliki pendengaran buruk Logan."

Logan berdecih kemudian mengambil senapan. "Aku akan mengintai dari jauh. Kau yang maju kali ini."

Ronald mengangkat alis. "Kenapa? Tidak biasanya. Kau juga terlihat seperti banyak masalah."

Logan tidak mengidahkan Ronald. Dia mulai berjalan di hadapan pria itu. Karena tidak diberikan kendaraan, mengharuskan mereka jalan kaki mau sejauh apapun misi yang mereka dapat. Karena markas mereka saat ini berada di daerah pegunungan di tengah-tengah hutan.

"Serius, apa ada yang menggaggu pikiranmu Logan?" Sebagai rekan kerja Logan selama beberapa tahun.  Ronald sedikit mengerti dan paham perihal Logan. "Apakah itu putramu?"

Langkah Logan terhenti. Ronald menebak tepat sasaran. "Kau sungguh banyak bicara Ronald." Dia sedikit dalam mood buruk karena tidak bisa menghubungi Cleo.

"Ayolah kawan. Kau bisa bercerita padaku. Kita sudah lama bersama bukan." Merangkul akrab pundak Logan. Ronald berbicara santai. Karena jika dalam keadaan tidak stabil karena perasaan gelisah, misi bisa saja gagal. Ronald tidak mau hal itu sampai terjadi.

Logan menghembuskan nafas sebentar. Melirik Ronald yang stay dengan wajah serius. Seakan menunggu apa yang akan keluar dari mulutnya. Yah, jika dipikir.. Ronald tipe sedikit pemaksa secara halus.

Jika dia tidak memberitahukan atau bercerita pada Ronald. Pria itu akan terus mengoceh dan berkata diselingi beberapa ancaman dan tekanan.

"Putraku,  tidak bisa dihubungi."

Alis Ronald terangkat. "Putramu? Maksudmu Cleo." Logan mengangguk.

"Bukankah sudah biasa- tunggu. Memang sejak kapan kau selalu menghubungi putramu? Setauku, kau tidak akrab dengannya kan?"

"Kejadian akhir-akhir ini membuat hubungan kita membaik. Cleo berubah dan-" Logan menganggantung ucapannya.

"Dan?" Rasa penasaran Ronald membuncah.

"Dia berhasil membuat tuan Albert serta tuan muda dan nona tertarik hingga memaksa Cleo tinggal di mansion Aharon."

"Apaa!!" Ronald tentu saja terkejut. Keluarga Aharon bukan tipe yang suka dengan kehadiran orang lain di sisi mereka.

"Aku khawatir karena Cleo belum berhasil ku hubungi. Apalagi sikapnya benar-benar berubah total." Bahu Logan terjatuh lesu.

Ronald sedikit mencerna. Kemudian menepuk bahu Logan. "Logan, kamu tau bukan, bagaimana sikap tuan yang kita layani?" Yah, secara garis besarnya Ronald tau permasalahan dan kegelisahan rekannya.

"Kau tidak perlu khawatir. Jika putramu disukai oleh mereka maka aku jamin kehidupannya lebih baik dan terjaga." Ronald memberi petuah.

"Jadi maksudmu aku tidak becus dan tidak bisa membuat hidupnya baik?! " Logan menyanggah ucapan Ronald.

Ronald tertawa pelan. "Yah, bisa dibilang. Seluruh hidupnya terjamin Logan. Kau juga tidak usah khawatir. Walau akan sedikit sulit bagimu menemui putramu. Mengingat bagaimana tuan kita." Pria itu melangkah lebih dulu.

Dia sudah mengetahui masalah Logan tanpa niat memberi saran. Karena tujuannya hanya bertanya. Logan juga ikut melangkah. Sembari memikirkan ucapan Ronald.

'Aku harap kamu tidak membuat masalah nak. Kita bertemu tahun depan. Atau ayah berharap, semoga tuan Albert memberi keringanan agar lekas bertemu denganmu.'

Logan menatap tangit biru. Terdapat dua gagak hitam yang terbang. "Cleo, mengapa rasanya, bertemu denganmu lebih sulit dari pada menjalankan misi tuan Albert."

Memegang dadanya, perasaan resah yang tak bisa di ungkapkan. Detak jantung menggebu-gebu. Antara kesetiaan pada sang tuan yang terdapat resiko tinggi dengan putra tunggal satu-satunya.

Jika memilih putranya, Logan akan kehilangan semuanya. Juga, ketika memutuskan keluar Aharon, maka detik itu juga, Logan bisa saja kehilangan nyawanya.

Untuk saat ini, Logan memilih jalan aman.







End.

Sweet but psycho - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang