Bab 11.

5.8K 767 26
                                    




Kyle membaringkan Cleo hati-hati. Dia membenarkan posisi Cleo kemudian menarik selimut sebatas dada. Tugasnya selesai, dia hendak berbalik. 

Tetapi Kyle dikagetkan oleh Aron. Pria itu dengan wajah tak bersahabat berdiri di belakanganya. Untung saja Kyle bukan tipe yang akan berteriak kala kaget. 

Bagaimana bisa tuan muda pertamanya ini berada dalam kamar. Terlebih tepat dibelakangnya. Kyle merasa tidak mendengar langkah kaki atau suara orang berjalan. 

'Sungguh bakat yang mengerikan.' puji Kyle dalam hati. 

"Tuan muda Aron." Kyle menyapa lalu membungkuk. Dia pun pergi keluar setelah pamit. Bukan ranahnya jika dia tetap berada didalam kamar. Lagi pula, satu ruangan bersama Aron bukanlah sesuatu yang baik. 

Kembali ke Aron.

Aron bernapas berat, dia benci keberadaan orang asing. Lalu pria bajingan yang sayangnya ayahnya itu malah membawa sesuatu disini. 

Dia berjalam mendekat, sedikit terpaku melihat wajah manis Cleo. Tetapi dia segera menggelengkan kepala mengenyahkan pikiran anehnya. 

"Nyam nyam~ Papi hehe es krim." Cleo mengingau, dia bergerak dan berganti posisi miring. 

Suara yang begitu lembut itu terdengar. Meski tidak jelas tetapi berhasil membuat jantung Aron berdebar. Namun ia tepis rasa itu dan bersiap mencekik Cleo. 

Cleo yang merasa radar bertahan hidup diotaknya aktif. Membuka mata dan langsung mengambil vas bunga kecil dimeja nakas mengarahkan kekepala Aron dan menghantamnya.

Dia refleks ... salahkan wajah menyeramkan Aron dan tangan mengadah seolah ingin mencekiknya. Cleo memegang leher kemudian bernapas lega. 

Menyingkap selimut, berdiri dan mendorong tubuh kaku Aron. Meski tidak berefek apapun pada Aron. 

Aron mengangkat tangan kaku, memegang dahinya yang terdapat cairan merah, mata itu terpaku pada makluk didepannya. Orang yang tanpa ragu menatapnya. Tidak takut dan bahkan menampilkan wajah marah. 

Ketika semua orang bahkan tidak ada yang berani. Aron di pertemukan dengan satu manusia berani menatap tajam kerarahnya.

"Kamu siapa?! kenapa disini?!" berang Cleo, dia menoleh kekanan kiri dan sekeliling. Tempat ini sangat asing. Matanya memicing menatap Aron. 

"Kamu culik Cleo? Atau kamu bawahan papi? Dimana papi? Papi! Papi!" Cleo beranjak, dia memanggil-manggil Logan. Dia tidak peduli pada kening pria yang telah menjadi korban hantamannya. 

Tetapi lengannya malah di cengkram. Cleo segera menghempaskan lengan Aron. Jika di ingat-ingat sudah berapa kali lengannya di cengkram kuat. 

Mengangkat tangan, Cleo berdecih karena lengannya memerah. "Cleo tidak ada urusan sama kamu. Cleo harus cari papi!" Dia baru ingat jika terakhir kali dia bertemu papinya. 

Kemudian langkahnya terhenti. Otak pintarnya pun mencerna beberapa kejadian. Berbalik untuk melihat Aron dan kembali menatap sekeliling. 

Dia menyadari gaya dari ruangan yang ia tempati mirip deng-

Mansion Aharon? 

Ceklek!

"Wah ... rupanya bayi singa kita sudah bangun." 

Pertanyaan Cleo langsung terjawab dengan keberadaan Albert disini. Pria sok ramah, tersenyum aneh yang membuat siapapun merinding dibuatnya. 

"Oho ... Lihat dahi kakak kalian anak-anak. Dia mendapatkan salam yang mengagumkan. Bukankah adik kalian ini begitu perhatian?" ucap Albert. 

Cleo mendekat dia berdiri tepat dihadapan Albert. "Om ... dimana papi?" 

Albert tetap dengan senyumannya. Dia merendah untuk bertatapan langsung dengan mata cokelat Cleo. 

"Logan sudah berangkat 2 jam yang lalu." 

Cleo menganga tak percaya, apakah dia tidur terlalu lama. Lagi, kenapa papinya tidak membangunkannya. Dia diajak kebandara kan? Oh astaga. 

"Logan?" Aron menaikkan satu alis, sementara tangannya sibuk mengelap kening dengan sapu tangan milik Kania. 

"Dia putra Logan kak." Kania membantu sang kakak mendapatkan jawaban. 

"Lalu kenapa Cleo disini?" 

Albert semakin melebarkan senyuman. "Karena Logan menitipkan kamu pada kami. Bukankah ini merupakan keberunganmu? berdiri ditengah-tengah Aharon." 

Cleo mendengus tak suka. Dia berkacak pinggan dan mematahkan ucapan penuh kepercayaan diri Albert. "Keberutungan? Sebuah kesialan bagi Cleo berada di tempat ini." 

"Om mending minggir. Cleo mau pulang." 

"Pulang? tidak tidak. Sebagai tuan yang baik. Aku akan merawatmu dengan sepenuh hati."

Cleo memutar bola mata bosan. "Tapi Cleo tidak tertarik!" Menyilangkan tangan, Cleo mulai kesal dengan pria dihadapannya.  

Ketiga anak Albert hanya menonton melihat drama itu. Wajah ayah mereka terlihat konyol. Beruntung disana terdapat bocah manis seperti Cleo. 

"Kamu akan mendapatkan apapun jika berada disini." Menepuk kepala Cleo, Kania yang sejak tadi diam pun bersuara. Mengikuti alur palsu yang Albert buat. 

Cleo menatap curiga, jujur saja dia tergiur dengan penawaran Kania. 

"Bahkan tidak akan ada yang menyalahkan mu ketika kamu bertindak salah. Bukankah itu yang kamu inginkan?" Milo menimpali. Pemuda itu juga tersenyum misterius. 

Cleo semakin tergiur. 

"Kamu juga akan mendapatkan segalanya, baby." 

Semuanya berakhir ketika Aron, pria dingin itu berkata dan langsung menggendong Cleo. Aron tidak tahan akan pesona Cleo. Seakan ada magnet yang mengharuskan dia selalu didekat Cleo. 

Aron orang yang tidak menyukai kehadiran orang asing pun dengan hati terbuka menerima Cleo. 

Mereka berempat bersama kelicikan mereka. 

Cleo terjatuh kedalam jurang kenikmatan yang mereka tawarkan.

Tetapi Aharon juga jatuh dalam pesona Cleo.

Bahkan ketika bersama Cleo, cara mereka berucap pun beda. Mereka keluarr dari karakter mereka sendiri.














To be continued...

Sweet but psycho - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang