Bab 15. Yoana side

4.4K 540 47
                                    


Yoana Pov.




Aku Yoana Isabella putri bungsu keluarga Aharon yang terpandang. Sedang meringkuk didalam selimut hangat yang tetap membuatku kedingingan. 

Aku demam. Setelah menangis puas aku sakit. Badanku panas, tetapi aku merasa sangat dingin. Untuk bergerak pun rasanya aku tak sanggup. Kepalaku pusing jika di buat bergerak. 

Aku hanya bisa menangis tanpa suara. Biasanya jika aku sakit, setidaknya ada maid yang menjagaku. Tetapi kemungkinan, sekarang mereka tidak tau kalau aku sedang sakit. Aku mengunci pintuku, jadi tidak akan ada yang masuk dan mengecek keadaanku. 

Dibenakku aku masih mrmikirkan ucapan Cleo, orang yang dibawa oleh daddy kedalam mansion dan masuk keranah keluarga Aharon. Dia begitu dimanja, segala sesuatu yang dia sukai dia memilikinya. 

'Aharon tidak pantas bersanding dengan kemalangan' Seakan semua ketidakadilan yang aku rasakan selama bertahun-tahun terjawab. 

Sejak kecil, aku memiliki imun tubuh yang lemah. Aku akan sakit jika terkena angin luar terlalu lama atau kepanasan lebih dari 30 menit. 

Aku yang kecil waktu itu selalu meminta waktu daddy. Daddy menemaniku dengan tampang wajah datar. Sesekali, saudaraku menengok untuk sekedar menampilkan raut wajah seperti daddy. 

Itu terjadi sampai usiaku 9 tahun. Karena sejak itu, Keluargaku mulai bersikap acuh padaku yang sering sakit. 

Ketika umurku tepat 10 tahun. Aku diberikan pelajaran ahli waris. Setiap hari membaca buku silsilah keluarga Aharon. Lalu cara mengembangkan bisnis, pelajaran mental dan lain sebagainya. 

Waktu itu aku memiliki jadwal. Aku sangat sibuk dari hari kehari. Ketika pagi aku bersekolah sampai jam 12. Diberikan waktu istirahat 1 jam. Lalu aku berangkat les dan pulang jam 5 sore. Aku memiliki istirahat sampai makan malam. Dilanjutkan pelajaran ahli waris hingga jam 9 malam. 

Aku ingat, setelah 5 hari melakukan aktifitas berulang seperti itu. Tubuhku tidak mampu hingga aku down dan masuk rumah sakit selama beberapa hari. 

Tidak ada satupun keluargaku yang menjenguk. Tetapi aku dijaga dengan benar selama dirumah sakit. Namun tetap saja ada yang aneh. 

Setelah pulang, semuanya pun berbeda. Daddy yang berwajah datar bertambah bersikap dingin padaku. Pelajaran ahli waris pun tidak dilakukan lagi karena aku sering sakit. 

Saudaraku pun mulai acuh padaku. 

Aku yang masih kecil dan belum tau pun tetap  mendekati mereka. Walau kerap penolakan yang aku terima. Tetapi aku tidak menyerah, sampai sekarang. Sampai aku menerima fakta dari orang luar.

Aku rindu mommy. Mommy yang hangat padaku. Mommy yang menyayangiku tulus. Tetapi dekapan hangat mommy hanya bertahan sampai usiaku menginjak 6 tahun.

'Mommy jemput aku,' ucapku dalam hati. Demam tinggiku membuatku tak mampu untuk sekedar berucap. 

Aku mendengar pintu terbuka. Aku melirik sekilas, orang itu adalah abang Milo, saudara ketigaku. Terimakasih pada kamar kecilku, aku bisa langsung tau siapa gerangan yang datang.

Wajah bang Milo begitu dingin, dia mendekatiku dengan wajah enggan. Namun bolehkah aku berharap jika dia datang karena mengkhawatir-

"Ck, kau sakit lagi?" 

-kan ku. 

Abang Milo berdecak, tatapan malasnya menatap penuh kearahku. 'Abang, adikmu tengah sakit, bisakah kamu memperhatikanku?' Harapku dalam hati tentu saja

"Lemah sekali. Kenapa kau sering sekali sakit. Kau juga gampang menangis." Abang mencemoohku. Hatiku berdenyut sakit. 'Aku juga tidak menginginkan memiliki tubuh lemah.' 

"Apa tidak ada yang merawatmu?" Abang terlihat menoleh sekeliling. Oh apa akhirnya aku akan di pedulikan oleh abang Milo. 

"Yah, siapasih yang mau merawat orang yang skait-sakitan sepertimu," kata bang Milo sembari mengambil figura berisikan foto masa kecilku bersama mommy. 

Aku kembali dibuat sakit oleh abang Milo. 'Bang, jika bisa meminta ... aku tidak ingin dilahirkan seperti ini.' 

"Kau membuat kesalah Yoana. Masuk kamar Cleo tanpa izin dan mengatakan omong kosong yang membuatku muak." Suara abang meninggi aku tersetak. Nafasku menjadi tak beraturan, Apalah Cleo memberitahu keluarganya.

"Jangan salah paham, aku sendiri yang tau semua bualan kau. Tentu tempat kesayangan Aharon harus selalu di pantau." Abang terkekeh. Ucapannya seolah memberitahuku bahwa Cleo sangat disayangi. 

"Apa kau memang suka sekali dikasihani? Kau pengemis perhatian bahkan bukan dari kami." 

'Abang jika kamu datang untuk mencemoohku, lebih baik kamu keluar.' Ingin aku berkata seperti itu. Tetapi aku tak sanggup. 

"Dengar Yoana, jika kau ingin dipedulikan. Jangan lemah, Aharon tidak memiliki keturunan lemah." 

Kata itu merupakan kata penutup sebelum abang berlalu pergi tanpa menanyakan keadaanku. Bagaimana bisa aku kuat ketika tubuhku lahir dengan kondisi lemah. 

'Abang tidak semua orang bisa sekuat Aharon.' 

Aku meremat selimut yang membungkus tubuh panasku. Mungkin, setelah ini ... Aku menyerah. Aku tidak akan mengemis perhatian mereka. 

Aku tidak memiliki kriteria keturunan Aharon meski darah Aharon mengalir deras dalam tubuhku.

Setelah sembuh, aku akan pergi kerumah Kakek dan nenek. Mungkin disana, aku akan mendapatkan apa yang selama ini aku inginkan. 


'Dad, putri lemahmu menyerah." 





Yoana Pov End.






To be continued...

Sweet but psycho - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang