"Papi Cleo ikut!"
"Pokoknya mau ikut!"
"Cleo ikut papi!"
Cleo mencak-mencak gajelas. Dia berseru ingin ikut Logan. Bersikeras bahwa papinya harus membawanya pergi kemanapun dia pergi.
"Papi ... papi ga boleh pergi kalo papi gabawa Cleo!" anak itu menghentak-hentakkan kaki kesal. Wajahnya memandang garang wajah Logan.
Logan menghembuskan nafas dalam. Dia menatap putranya yang bergelayut di kakinya setelah melampiaskan kekesalan. "Cleo, papi harus bekerja. Papi kesana bukan untuk liburan."
"Tetap saja papi. Papi bisa bawa Cleo. Cleo janji nurut sama papi." Bibirnya melengkung, matanya berembun dan siap tumpah kapan saja. "Cleo bakal jadi anak baik."
Kalau seperti ini, Logan kan jadi kasihan. "Sayang, papi hanya 1-2 tahun di Jepang. Setelah itu kita bisa bersama kembali." Luntur sudah sikap dingin dan tatapan datarnya.
Manik cokelat Logan yang dia turunkan pada putranya melembut. "Jadi anak baik dan tunggu papi pulang."
Cleo menggeleng. "Tapi Cleo mau ikut." Pecah sudah tangis Cleo. Dia memeluk Logan erat.
Kebiasaannya yang lain. Simanja tak akan mau ditinggal oleh orang tuanya. Cleo yang selalu berada disisi orang tuanya akan menangis jika dia ditinggal dengan waktu yang lama.
Meski dia memiliki pribadi kasar dan sembarangan. Tetapi Cleo tipe sayang orang tua tanpa disadari oleh empunya.
"Mohon maaf menyela tuan, Semuanya sudah selesai. Pak Satria sedang menunggu untuk keberangkatan anda," ujar Sisi. Salah satu pembantu di rumah mereka.
"Baiklah ... Dimana wanita itu?" Logan menanyakan keberadaan Sevanya. Karena dia belum melihat keberadaan Sevanya sejak kemarin.
"Nyonya berkunjung kerumah orang tuanya Tuan."
Logan mengernyit kemudian mengangguk. Mengibaskan tangan menyuruh Sisi pergi. Dia mengelus rambut hitam Cleo. Sevanya pergi tanpa memberitahunya.
Semakin kesini wanita yang menjadi istrinya itu tampak acuh dan tak memperdulikan Cleo. Logan menjadi semakin berat meninggalkan putranya.
"Papi Cleo ikut!" Cleo merengek dalam tangisnya. Menarik-nari baju yang dikenakan Logan.
Logan pun menarik lembut tangan Cleo. Mungkin dia bisa membawa Cleo hanya sampai pada bandara.
"Kamu ikut sampai kebandara aja ya." Logan berucap memberi pengertian. Cleo tidak menjawab karena sibuk dengan ingusnya. Tetapi tangan kecilnya sedikit mengerat.
Pak Satria sudah membukakan mobil untuk tuannya. Senyum ramah pun dia perliatkan. mempersilahkan tuannya masuk.
Didalam perjalanan hening terjadi. Isakan Cleo sudah tidak terdengar karena anak itu sudah tertidur di kursi belakang. Sesekali mengeluarkan sisa sesenggukan.
Mungkin karena lelah menangis. Anak itu jatuh tertidur.
Logan menatap Cleo dari kaca atas. Ini pertama kalinya dia melihat wajah damai putranya yang tertidur. Dari rumah sakit waktu itu, Semuanya berubah ... Seperti jika dari sana merupakan awal dari takdir baru untuknya.
"Pak ... saya titip Cleo. Jaga dia dengan baik."
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin tuan." Pak satria tersenyum menanggapi.
***
Mobil sudah terparkir apik disebelah Rolls-Royce milik Albert dan Porche milik Milo. Porche Milo tetap utuh tanpa cela meski Cleo sudah berhasil membuat lecet mobil itu.
Albert berdiri menyandar pada mobilnya. Dia menghisap cerutu dan menatap Logan keluar dari dalam mobil. Satu tangannya masuk kedalam saku. Dia melangkah mendekati Logan.
"Pesawat yang akan kau kendarai akan take off. Segera persiapkan dirimu," ujar Albert. Tanpa sengaja matanya menangkap siluet Cleo yang tertidur dimobil.
"Baik tuan."
Logan berjalan mendekati Pak Satria yang juga keluar dari mobil dan berdiri agak jauh. Dia berbincang sebentar sementara barang-barangnya sudah dibawa oleh bawahan Albert yang lain.
"Lihat Milo. Bukankah calon adikmu menggemaskan?" ujar Albert pada Milo dan menunjuk Cleo dengan dagu.
Mata tajam Milo pun mengikuti arah pandang Albert kemudian terkekeh. "Oh, apakah dia habis menangis? manis sekali."
"Kita bisa memonopolinya dengan puas." senyum seringai Albert membuat wajah tampannya terlihat misterius.
Logan terlihat membuka pintu mobil kembali untuk sekedar membubuhi kecupan sayang di wajah Cleo. Anak itu bahkan tidak bangun dan tetap nyenyak di dalam tidurnya. Dia pun tak ingin membangunkan putranya itu.
Lalu berbincang dengan Albert kemudian masuk kedalam bandara. Pemberitahuan pun terdengar jika pesawat yang ia tumpangi akan take off dalam 5 menit.
Setiap langkah yang dia buat terasa berat. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Logan merasa enggan meninggalkan putranya. Ingin berbalik tetapi tatapan tajam menusuk seolah membolongi tubuh.
Albert terkekeh pelan, dia berhasil membuat bawahan setianya pergi. Berbalik lalu melangkah kemobil yang akan berangkat. Dimana Milo, putra ketiganya menarik kasar Pak Satria.
"Tuan saya mohon. Tuan Logan memerintahkan saya agar segera pulang. Karena kasihan tuan muda yang sedang tertidur didalam." Satria memohon, dia menyatukan tangan di depan. Mau bagaimanapun dia merupakan pria tua yang tak berani dengan orang kalangan atas.
Milo hanya acuh, dia mendorong Pak Satria. Sementara Albert telah berhasil merebut Cleo. Dia menggendong Cleo ala pengantin dan memasukkannya kedalam mobil miliknya. Diikuti Milo.
"Tuan!" Pak Satria memelas. Dia mencoba mengejar mobil yang sedang melaju membawa tuan mudanya.
Pak Satria tak berdaya. Padahal tadi dia berjanji pada sang tuan untuk menjaga tuan mudanya. Tapi sekarang dia malah kehilangan Cleo.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but psycho - End
General FictionMari kita melihat sesuatu yang gila. Don't copy