1. Skyla

35 5 2
                                    

Di bawah taburan bintang seorang gadis tengah terduduk dengan posisi kepala yang berada di lipatan kaki.

Wajahnya mendongak menatap ribuan bintang yang tengah berkelip indah. Air matanya menetes tak kala hati yang merasa perih akibat ucapan Bunda yang begitu menggores.

"Kamu memang pembawa masalah"

Kalimat itu terus saja terngiang di kepalanya, apakah Bunda membenci dirinya? Hal yang selalu menjadi tanda tanya besar dalam benak nya.

Cairan bening kembali lolos dari pelupuk mata dengan netra hazel itu. "Hiks...apa karena Sky kalian berpisah? Bunda pasti benci Sky karena alasan Ayah pergi itu Sky." Gadis itu terus menyalahkan dirinya sendiri.

Kepribadian Skyla di rumah dan di sekolah memang berbeda jauh. Di rumah hanya ada Skyla yang rapuh, lemah dan penyendiri berbeda ketika ia di sekolah ramah, ceria dan selalu tersenyum.

Skyla mampu menutupi kesedihannya dengan topeng keceriaan yang membuat orang tertipu akan senyuman manis yang selalu merekah di bibir indahnya. Terkecuali sahabat satu-satunya.

Malam ini Skyla kembali hanyut dalam lukanya. Bersama ribuan bintang yang menyaksikan .

Dering telpon memecah keheningan yang tercipta. Skyla menatap ponsel yang menyala diatas nakas. Tera—sahabat sekaligus satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya. Ia mengangkat panggilan itu, menempelkan ponselnya ke telinga.

"Sky tidur!" Ucapan tegas Tera mampu membuat lengkungan di bibir Skyla.

"Gue tau Lo lagi sedih, tapi Lo juga butuh istirahat Sky, jangan siksa diri Lo sendiri! Angin malam gak bagus buat kesehatan Lo."

"Ra...Gue cuma lagi menikmati indahnya ciptaan Tuhan. Thanks atas kepedulian Lo sama gue."

"Udah ya Sky, sekarang tidur! Besok bareng gue sekolah." Syla hanya berdehem singkat. Ia kembali menyimpan ponselnya di atas nakas.

Menatap sekali lagi taburan bintang di langit malam, "Sky harap esok bisa menjadi hari yang indah" gumam gadis itu, menutup pintu kaca balkon dan gorden.

Kaki jenjangnya berjalan pelan ke arah ranjang, kakinya perlahan masuk kedalam selimut dan menarik selimut itu sebatas dada. Mata hazel itu perlahan menutup rapat dengan dengkuran halus yang mulai terdengar.

«★★★★»

Sang surya sudah menampakkan cahayanya, dering alarm yang berasal dari ponsel gadis yang tengah terlelap di ranjang membuat sang empuh terbangun.

"Eughhh" Skyla meregangkan tubuhnya yang sedikit sakit akibat posisi tidur yang tidak berubah semalaman.

Ia ingin berendam sebentar sebelum berangkat sekolah, waktunya juga masih banyak untuk membereskan kamar. Setelah membersihkan tempat tidur gadis cantik itu memasuki kamar mandi untuk berendam. Mungkin air hangat bisa merilekskan tubuhnya.

Setelah puas berendam ia sudah rapi dengan setelan seragam yang menempel pas di tubuh rampingnya. Memakai sedikit skincare sebagai rutinitas pagi, selesai dengan itu semua ia turun ke bawah sambil menenteng tas sekolah hitam.

Di dapur ia hanya mendapati Bi Ana tengah memasak sarapan, selebihnya ia tidak menemukan keberadaan Bunda. Harum dari masakan Bi Ana tercium di hidung Skyla, membuat cacing yang ada di perutnya meronta untuk segera di beri asupan.

Skyla ingat, semalam ia tak sempat makan karena pertengkaran dengan Bunda yang membuat napsu makannya hilang. Mengingat itu hanya membuat hati nya kembali sakit.

Ia meletakkan tas yang tadi tersampir di bahu ke atas kursi yang akan ia duduki. Bi Ana datang dengan sepiring nasi goreng yang ia letakkan di hadapan Skyla.

"Di makan Non." ucap Bi Ana seraya tersenyum kepada anak majikannya ini.

"Makasih Bi."

Bi Ana mengangguk dan hendak kembali ke dapur tapi tertahan akibat pertanyaan yang di lontarkan Skyla.

"Bunda mana Bi?" Bi Ana menunduk sebentar sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Skyla.

"Nyonya semalam keluar Non, dan belum pulang sampe sekarang."

Skyla meremas sendok yang ada di genggamannya.

"Pasti Bunda marah sama Sky ya Bi? Ini semua salah Sky gak bisa berguna buat Bunda." Skyla menunduk membuat Bi Ana kasihan.

Ia sangat tahu permasalahan keluarga ini, karena Ana sudah bekerja pada keluarga Skyla jauh sebelum Skyla hadir. Ia sangat kasihan dengan Nona nya ini, karena permasalahan orang tuanya justru Nona mudanya ini yang harus menanggung beban. Ia harus di besarkan dengan banyak tekanan dan lingkungan yang membuat kepribadiannya menjadi seperti ini.

Harusnya Skyla bisa tumbuh seperti anak normal pada umumnya. Namun karena orang tua yang tidak pernah peduli bahkan hanya bisa menyalahkan Skyla atas apa yang tidak ia lakukan. Untungnya ada Ana yang selalu berada di sisi Skyla walau tak bisa membantu banyak setidaknya Ana bisa menjadi alasan untuk ia bertahan.

Brakk!

Pintu rumah di buka kasar oleh Bunda dengan tatapan tajam menuju pada Skyla. Tanpa ada aba-aba tamparan langsung mendarat di pipi mulus gadis itu.

Skyla memegang pipinya yang nyeri akibat tamparan kuat Bunda. Ia menatap terluka Bundanya. "Puas Kamu! Udah bikin hidup saya berantakan!" Saya benci kamu!" Teriak Bunda di depan Skyla.

Gadis itu meremas kuat rok sekolahnya, menyalurkan rasa sakit akibat tamparan dan perkataan dari wanita yang berdiri sambil menatapnya nyalang, wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

Walaupun sudah terbiasa dengan tamparan dan kalimat pedas Bunda, tetap saja membuat hatinya berdenyut nyeri.

"Bunda...." Panggilnya lirih.

"Apa salah Sky sama Bunda? Kenapa Bunda selalu tampar Sky? Sky sakit Bunda, bukan hanya pipi Sky, tapi hati Sky juga sakit denger kalimat pedas yang selalu Bunda layangkan untuk Sky." Air mata lolos di kedua pipi gadis itu, ia menangis setelah kepergian Bunda dengan begitu saja tanpa pernah menjawab pertanyaan itu.

Sudah tidak berselera makan, Sky pergi menenteng tas hitam di bahunya, tak lupa berpamitan dengan Bi Ana. 

Tera sudah menunggu Sky di depan gerbang rumah gadis itu. Saat akan menelpon ia melihat Sky keluar dengan langkah cepat, melihat mata gadis itu yang seperti habis menangis membuat Tera hendak keluar tetapi urung saat Sky sudah masuk kedalam mobilnya.

"Lo nangis lagi Sky?" Skyla masih menunduk, kalaupun ia membalas ucapan Tera hanya akan membuat air matanya menetes. Ia sangat lemah, dan ia membenci itu.

Tera yang mengerti keadaan sahabatnya itu memutuskan untuk melajukan mobil menuju sekolah.

Di sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian, Tera paham Sky butuh ketenangan. Tak terasa mobil yang di kendarai Tera sudah sampai di halaman parkir sekolah.

Mata Skyla dan Tera memicing kala mendapati parkiran yang ramai dengan murid yang bergerombol seperti tengah memperhatikan sesuatu. Hingga bunyi deru motor menyita perhatian keduanya.

Tbc.

«★★★★»
Nextt?

Bakal update setiap hari Jum'at. Jadi stay tune.

24/05/2024

SKYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang