12. Sisi Rapuh Skyla

3 1 0
                                    

Di ruangan serba putih yang begitu pekat bau obat-obatan, terdengar suara tangis pilu, membuat siapa saja yang mendengarnya akan ikut merasakan kesedihan gadis itu. Tidak ada satupun orang yang menemani, hanya ada kesunyian.

Mata hazel itu menatap lurus kedepan, dengan sorot mata kosong dan air mata yang terus mengalir. Bayang-bayang kejadian bertahun yang lalu terus berputar di kepalanya, membuat ia kembali merasakan sakit.

Pintu ruang rawat Skyla tiba-tiba terbuka, muncul seorang dokter dengan jas putihnya.

"Masih sakit? Biar saya periksa."

Skyla kembali merebahkan diri, setelah dokter mengecek keadaan gadis itu lantas dokter pun meraih amplop putih yang ada di saku jasnya.

"Ini hasil tes kamu. Saya harap kamu bisa menerima semua ini dan sebisa mungkin saya akan membantu kamu untuk bisa sembuh kembali." Dokter yang bernama Jeff itu menatap dalam iris mata hazel milik gadis di depannya.

Skyla takut melihat isi amplop itu, apa lagi setelah mendengar dokter mengatakan hal yang membuat dirinya semakin cemas.

"Maksud dokter apa?" Dokter Jeff diam, membuat Skyla mau tak mau harus melihat sendiri hasil tes nya.

Badan Skyla menegang kala mengetahui fakta yang kembali membuat hatinya sakit. Air mata yang semula kering kembali menetes, ia tidak sanggup mengetahui fakta ini.

"D-Dok.... I-ini pasti salah, gak mungkin saya hiks...hiks" Skyla tak kuat melanjutkan omongannya.

Dokter Jeff berusaha menenangkan gadis di depannya. "Kamu gadis yang kuat, saya yakin kamu pasti bisa melewati semua ini."

"Minggu depan kamu akan mulai kemoterapi, saya harap kamu tidak melewatkan semua."

Skyla mengangguk. "Apa saya bisa pulang sekarang?" Skyla sangat ingin pulang, rasanya ia ingin menangis semalaman, setelah mengetahui alasan orang tua yang membenci dirinya kini ia dihadapkan dengan masalah lain.

Pantas saja ia sering pusing akhir-akhir ini. Setelah di periksa dokter Jeff, kini Skyla sedang berada di halte bus. Gadis itu terus melamun dengan sorot mata sendu ia menyenderkan badan di kursi halte.

Hari sudah semakin gelap, jam di pergelangan tangan menunjukkan angka 19:06 . Ia pingsan cukup lama, saat sudah sadar ternyata dirinya sudah berada di rumah sakit. Mengingat itu ia baru ingat siapa orang yang membawanya ke sana.

Saat sudah sadar Skyla tidak melihat siapapun di ruangannya, hanya ada dirinya seorang. Bus dengan jurusan yang ia tunggu akhirnya tiba, Skyla menaiki bus, ia memilih bangku yang ada di pojok tepatnya dibagian belakang.

Lima belas menit berlalu, Skyla sudah sampai di rumah, rumah besar yang terlihat sepi, ia melangkah masuk.

Saat akan menginjakkan kaki di anak tangga, Skyla di kagetkan dengan tarikan keras di tangannya. Kepalanya menoleh, kini wajahnya tengah berhadapan dengan wajah marah Bunda.

Arabela menarik kasar tangan Skyla, mendorong tubuh gadis itu hingga membentur guci yang ada di samping tangga.

Prang!

Pecahan guci berserakan di lantai hingga mengenai tangan Skyla. Gadis itu merintih saat beling dari guci itu menggores tangannya.

"Ampun Bun....Sky mohon. Berhenti." Skyla terus meminta ampun saat tangan Arabela sudah siap dengan kemoceng yang akan ia pukulkan ke tubuh anaknya.

"Berhenti kamu bilang! Semua ini gara-gara kamu! Hidup saya berantakan semua karena kamu!"

Ctar!

Pukulan dari kemoceng berkali-kali Arabela layangkan, hingga sekujur tubuh Skyla sedikit membiru, meninggalkan bekas sebatan gagang kemoceng.

"Sakit Bun.... Sky mohon berhenti!"

Skyla hanya bisa menangis menahan sakit di seluruh tubuhnya, percuma ia meminta untuk berhenti toh Arabela tidak akan pernah mendengar apa yang ia ucapkan .

"Shh"

"Gak berguna! Saya kira dengan hadirnya kamu akan membuat suami saya lebih menyayangi saya, tapi nyatanya dia malah pergi itu semua karena kamu!"

PLAK!

Satu tamparan keras mengahiri penyiksaan yang di berikan Arabela pada Skyla. Wanita itu berjalan keluar rumah dengan nafas yang masih memburu. Kemoceng yang ia gunakan untuk memukul putrinya itu di buang ke sembarang arah.

Skyla kembali menangis , badannya sakit hingga ia tak mampu untuk berdiri.

"Kenapa harus Sky Tuhan.... Kalo Sky bisa milih, Sky gak akan milih untuk di lahirkan!" Gadis itu terus meratapi nasibnya.

Kenapa ia harus di beri cobaan yang begitu berat, tak cukup dengan siksaan yang selalu ia terima, kini ia harus menanggung sakit yang mungkin akan merenggut nyawanya.

Skyla juga ingin di sayang seperti anak-anak lain, tak apa jika ayahnya tidak menyayanginya tapi tidak untuk Bunda. Ia sangat mengharapkan kasih sayang dari wanita itu.

"Hiks..hiks..Sky sakit Bunda. Sky butuh Bunda sebagai pengobat luka Sky bukan malah sebaliknya."

"Sky pengen Bunda bisa sayang sama Sky, apa kehadiran Sky membuat bunda benci sama Sky. Jika memang benar Sky janji akan pergi setelah Bunda menyayangi Sky walaupun untuk sesaat."

"Lemah Lo Sky! Gimana mau bisa dapet kasih sayang Bunda kalo gini aja Lo nangis!" Sky terus melontarkan kalimat pedas pada dirinya sendiri. Ia lelah apa tidak boleh ia beristirahat sejenak.

Gadis itu berusaha bangkit, tangannya menggapai pembatas tangga, berusaha menyeimbangkan tubuh. Dengan susah payah ia perlahan menaiki tangga menuju ke kamar.

BRAK!

"AKHHH"

"GUE BENCI HIDUP! KENAPA TAKDIR SEOLAH MEMPERMAINKAN GUE! GUE BENCI! benci.....gue pengen bahagia"

Tbc.

«★★★★★»
Nextt?

Mana nih yang kangen sama Bunda Skyla versi marah-marah.

Gimana kelanjutan kisah Skyla?

Yokk lanjut scroll lagi!

See you All.

02/08/24

SKYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang