19. Kepahitan

3 1 0
                                    

Skyla baru sampai rumah pukul 4 karena dirinya ikut menemani Tera ke suatu tempat terlebih dahulu. Setelah melihat mobil putih itu meninggalkan rumahnya Skyla melangkah masuk.

Seperti hari-hari sebelumnya, rumah besar itu terlihat sepi, melangkahkan kaki nya menaiki tangga, saat sudah berada di lantai dua Skyla berpapasan dengan Bi Ana.

"Non baru pulang? Mau Bibi siapkan makan?"

"Nanti aja Bi, Sky mau istirahat bentar." Bi Ana mengangguk kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi, tak lama pintu kamar mandi di buka menampilkan gadis beriris mata hazel keluar dengan penampilan yang lebih segar.

Dengan masih menggunakan handuk ia berjalan menuju bathroom, setelah selesai ia mendudukan diri di depan meja rias. Ia memandangi wajahnya yang makin lama kian memucat.

"Menyedihkan banget Lo Sky!" Ucapnya menatap lurus ke arah cermin.

Setelah selesai dengan rutinitas di dunia per skincare an Skyla menarik laci meja dan mengambil sebuah pouch yang berisi berbagai macam jenis obat yang ia dapat dari dokter.

Skyla memang rutin meminum obatnya namun tak urung ia juga pernah melupakan rutinitas barunya itu.

"Pahit" keluh gadis itu saat rasa pahit menjalar di lidahnya karena obat yang ia minum.

"Kenapa gue harus terus berurusan sama kepahitan" netra hazel itu menunduk kala merasakan cairan bening mulai memupuk di matanya.

"Apa suatu saat nanti Bunda bakalan sayang sama Sky? Cihh berharap apa sih Lo Sky!"

Gadis itu membaringkan tubuhnya di atas ranjang, matanya perlahan menutup seiring kesadarannya yang menghilang menyelam ke alam mimpi.

«★★★★★»

Tok tok tok

"Non..."

"Non Sky bangun non" Karena tidak mendapat sahutan dari dalam Bi Ana memutuskan untuk masuk, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam tapi Skyla belum juga keluar kamar sekedar mengisi perutnya membuat Bi Ana khawatir.

Bi Ana tersenyum melihat wajah damai Skyla saat tertidur. Ia lekas mendekat ke arah ranjang dan menepuk pelan pipi nonanya itu.

"Non" panggil Bi Ana lembut. Skyla yang merasakan pergerakan di sekitarnya sedikit membuka mata. Samar ia melihat wajah wanita paruh baya yang selalu ada untuknya.

Saat kesadarannya sudah benar benar terkumpul Skyla mendudukan diri. Menatap lurus ke depan guna meredakan pening di kepalanya.

"Makan dulu ya Non, nanti lanjut istirahat lagi."

"Bibi duluan aja, Sky mau cuci muka dulu."

"Yaudah Bibi tunggu di bawah." Skyla mengangguk, setelah kepergian Bi Ana ia kembali memegangi kepalanya yang kembali pusing. Tangan satunya lagi berusaha meraih segelas air putih yang biasa ia taruh di atas nakas.

Setelah meminum air ia beranjak ke arah kamar mandi untuk mencuci muka. Saat akan membasuh wajahnya Skyla kaget melihat cairan merah pekat yang mengalir dari hidungnya.

"Pantesan pusing, Lo malah keluar lagi." Skyla mendengus tak ayal tangannya bergerak membasuh cairan merah itu.

Setelah selesai ia berjalan menuju ruang makan karena perutnya juga sudah lapar.

"Non tadi ada yang kirim paket buat Non." Bi Ana menunjuk sebuah paper bag yang di taruh di atas meja dekat dapur.

"Dari siapa Bi?"

"Kata kurir nama pengirimnya ada di dalem Non, jadi buka dulu aja."

Skyla mengangguk dan mulai melahap makanannya. Bi Ana kembali ke dapur untuk melanjutkan sisa pekerjaannya.

"Bi..." Bi Ana yang sedang mengelap meja menoleh kala namanya di panggil.

"Iya Non, Non Sky butuh sesuatu?"

"Enggak Bi, Sky naik ke atas ya."

"Iya Non."

Sebelum kembali ke kamar tak lupa ia mengambil paper bag yang di maksud Bi Ana tadi. Ia jadi penasaran apa isi dan siapa yang mengirim itu untuknya.

Skyla mendudukan diri di kursi meja belajar. Dengan rasa penasaran ia membuka paper bag hitam di hadapannya. Seketika matanya terpana melihat isi di dalamnya.

Tbc.

«★★★★★»
Nextt?

Up kalo inget aja.

05/11/24

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SKYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang