4. Saling tatap

9 3 2
                                    

Skyla kembali menyimpan ponsel ke dalam saku. Saat pandangannya terangkat mata Hazel itu tak sengaja bersitatap dengan Netra hitam kelam milik seseorang.

Tak ingin berkontak mata terlalu lama, Sky memutuskan pandangan menoleh pada Tera yang sedang memandangnya dengan raut tanya.

"Bunda masuk rumah sakit lagi Ra..."

Tera menggeser kursinya mendekat dengan Sky, mengusap pundak sahabatnya itu, menyalurkan kekuatan agar Sky mampu menjalani semua.

"Lo tau kan Bunda itu Kuat? Buang seluruh pemikiran negatif Lo."

Skyla mengangguk, tangannya hanya sibuk mengaduk-aduk bakso di hadapannya.

"Gue udah selesai." Skyla bangkit di ikuti Tera yang juga selesai dengan makannya.

Mereka berdua berjalan menuju kelas, saat berpapasan dengan Leeronza dkk, Skyla hanya acuh dan fokus pada jalannya.

«★★★★»

Di lorong rumah sakit yang tidak terlalu ramai, Skyla berjalan seorang diri menuju ruang rawat Bundanya. Setelah di beritahu Bi Ana letak ruang rawat Skyla langsung bergegas kesana.

Sampai di simpang empat koridor rumah sakit Skyla mengambil arah kanan, ia dapat melihat Bi Ana yang sudah menunggu dirinya di depan pintu ruangan Bundanya.

Skyla mempercepat langkahnya. Menghampiri Bi Ana, ia berdiri di depan pintu ruang rawat Bunda. Menatap dari pintu bagian kaca di mana Bundanya tengah terbaring dengan tangan yang di pasang infus.

Bi Ana menuntun Skyla untuk duduk di kursi yang berada di samping Skyla berdiri, ia pun ikut duduk.

"Dokter bilang kondisi Nyonya menurun. Dokter sarankan untuk Nyonya di rawat selama beberapa hari di rumah sakit. Nyonya juga gak boleh stres Non."

"Mengingat akhir-akhir ini emosi Nyonya yang tidak stabil, membuat tubuhnya lemah" Bi Ana terus menjelaskan kepada Skyla tentang apa yang di sampaikan dokter kepadanya.

Skyla menunduk, bulir air mata menetes dari mata hazelnya. "Ini semua salah Sky Bi. Sky yang udah buat bunda marah. Hiks."

Bi Ana merengkuh tubuh rapuh Skyla, memberikan kalimat semangat kepada Nona mudanya itu. "Non gak boleh nyalahin diri Non sendiri! Bi Ana tau Non gadis yang kuat."

Setelah melerai pelukannya, mata Skyla kembali menatap pintu kaca itu, "Sky mau masuk Bi."

Bi Ana membiarkan Skyla menemui wanita yang telah melahirkannya itu, dapat Bi Ana lihat pundak Skyla yang bergetar saat sudah berada di samping brankar rawat Bunda.

"Hiks.." satu isakan lolos dari bibir mungil gadis itu.

Sebisa mungkin ia menahan tangis, agar tak membangunkan Bundanya yang tengah tertidur.

"Sky pengen peluk Bunda...tanpa dapet penolakan atau bahkan tamparan yang buat hati Sky sakit. Apa bisa Bun?" Skyla terus bergumam lirih. Mata hazel itu tak pernah lepas dari wanita tersebut.

Sunyi ruangan itu menambah kehampaan di hati Skyla, tangannya terulur menyentuh tangan Bunda yang tidak di pasang infus. Walaupun tangannya terasa dingin berbeda dengan hatinya yang sedikit menghangat.

Menatap lamat tangan yang berada di genggamannya, tangan itu adalah tangan yang sering menamparnya. Walau begitu ia masih sangat berharap bahwa tangan itu dapat memberikan usapan hangat hingga sentuhan halus yang membuat Skyla dapat merasakan kasih sayang.

"Sky mau nemenin Bunda. Tapi Sky sadar jika itu terjadi Bunda pasti marah-marah sama Sky yang berakhir dengan kondisi Bunda yang makin menurun."

"Sky pulang ya Bun. Sky janji bakal datang ke sini lagi untuk jenguk Bunda."

Skyla berbalik badan dan mendapati Bi Ana yang sedang berdiri tak jauh darinya, mungkin Bi Ana juga menyaksikan Interaksi dirinya.

"Bi...Sky titip Bunda ya. Kalo ada apa-apa Bibi langsung kabari Sky."

Bi Ana mengangguk, saat pintu sudah di tutup kembali oleh Skyla Air mata yang Bi Ana tahan sedari tadi luruh. Ia adalah saksi perjalan hidup sosok gadis kuat itu.

«★★★★»

Sebenarnya Skyla tak langsung pulang ke rumah. Ia mengistirahatkan tubuh di taman yang tak jauh dari rumah sakit, mungkin masih satu wilayah dengan rumah sakit ini. Ia duduk di kursi yang sudah tersedia. Menengadah ke atas dengan badan yang bersandar pada kursi taman.

Tangannya terulur memijat kepala pelan, karena ke kepekaannya terhadap sekitar, ia merasa seperti ada yang mendekat. Matanya yang tertutup perlahan terbuka, semula wajahnya yang terkena sorot sinar lampu menjadi terhalang bayangan sosok tinggi yang sedang berdiri di hadapannya.

"L-lo!" Skyla hendak pergi tapi urung karena orang itu menahan pergelangan tangannya.

"Duduk!"

Skyla masih mengingat obrolannya dengan Tera tentang orang di depannya ini, karena tidak mau terlibat suatu masalah pun dengan orang itu ia kembali menyentak tangannya berharap bisa lepas dari cengkeraman orang itu.

Begitu kuat tautan tangan orang itu di pergelangan tangannya, membuat ia merasakan sakit akibat memberontak.

"Diam!"

"Duduk sekarang atau Lo tau akibatnya!" Mendadak Skyla menurut.

Ia menatap waspada pada pria di sampingnya. Sosok itu ialah Leeronza ntah bagaimana bisa ia bertemu dengan pria itu di sini.

Cowok itu tak sedikit pun membuka suara, membuat Skyla kesal. Ia mendengus berusaha menghilangkan rasa kesal agar tidak membogem wajah yang sayangnya tampan di sebelahnya ini.

"Cih... ngapain sih pakek acara nahan gue! Merenung kok ngajak-ngajak!" Batin Skyla sambil sesekali melirik ke arah Leeronza.

"Ekhem!"

Tanpa menunggu pria itu menoleh, Skyla langsung berlari secepat kilat. Besok ia akan memikirkan cara agar tak bertemu lagi dengan Leeronza di sekolah.

Tbc.

«★★★★»
Nextt??


03/06/2024

SKYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang