Bab 20

12 2 0
                                    

Di mana aku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di mana aku?

Apa Angelo baik-baik saja?

Benar juga! Kami kan sudah kalah!

Begitu tersadar, Sane tengah berada di ruangan yang tak berujung. Hawa dingin dirasakan oleh rambut-rambut kulitnya.

Beberapa meter di hadapannya, sesosok lelaki berambut merah duduk terbelenggu di atas kursi logam.

Rantai melilit seluruh tubuhnya, membentuk simpul yang tak karuan.

Ryan.

"Sane, apa kau tahu siapa yang kau bunuh beberapa hari lalu?" tanya Ryan.

Sane menggeleng. Tak mengerti arah pembicaraan ini.

"Si-siapa?" ia balas bertanya.

"Dia adalah Nova, polisi yang selalu membantumu."

"Ti-tidak mungkin!"

"Dia adalah Penjahat di Televisi. Kau sudah ditipu!"

Terbayang sosok bapak-bapak berseragam polisi lengkap, terjun bebas dari ketinggian. Tangannya menggapai-gapai, berharap udara berpihak padanya.

Bagaimana pun usaha bapak itu, nyawanya telah diujung badan.

Seolah membaca pikiran lawan bicaranya, Ryan melanjutkan provokasi. "Angelo tidak mengatakan apa-apa?"

"Ti-tidak," Sane berlutut. Kedua tangannya memegang kepala.

"Itulah dia! Angelo menipumu, Sane!"

"Tidak! Angelo tidak mungkin–"

"Sadarlah, Sane! Angelo sudah mempermalukanmu! Kau terkena masalah di sekolah gara-gara dia!"

"Tidak! Tidak!"

"Angelo bahkan mengorbankanmu demi keselamatan dirinya sendiri!"

"Tidak! DIAM!"

Sane semakin kalut.

Ryan tersenyum sinis. Rantai demi rantai yang melilit tubuh kurusnya berangsur-angsur rontok.

Bodoh. Kau melupakan sesuatu yang penting, bisiknya.

Ryan bangkit dari kursi yang membelenggunya.

Laki-laki berambut merah itu bebas.

Kata-kata Angelo terngiang di telinga Sane. Kuatkan hatimu! Jika hatimu lemah, maka Ryan akan menguasai-mu.

Remaja itu mendongak, menatap betapa tubuh Ryan yang kurus tinggi seperti menara menjulang di hadapannya.

"Aku bebas!" teriaknya seolah mendeklarasikan kemerdekaan. "Aku takkan kalah di zaman-ku sendiri."

Sane mengepalkan tangan di depan dada. Dia harus melawan. Jika tidak ....

Ryan menghunuskan katana menuju wajah Sane. Mata pedang yang tajam menggoreskan cahaya merah bercampur oranye.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Monumen KubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang